Mediatani – Sebuah penelitian yang menakjubkan kembali dilakukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Penelitian yang dilakukan melalui Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) kali ini memanfaatkan radiasi gamma untuk meningkatkan kualitas produk tanaman porang.
Plt. Kepala Pusat Riset dan Teknologi Aplikasi Isotop dan Radiasi, ORTN BRIN, Roziq Himawan memaparkan bahwa radiasi sinar gamma yang dimanfaatkan dengan teknik mutasi dapat dilakukan untuk memperbaiki varietas porang.
Adapun perbaikan yang dimaksud, yakni berupa peningkatan produktivitas umbi, peningkatan kadar glukomanan pada umbi, perbaikan ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta perbaikan ketahanan terhadap kekeringan.
“Bagian yang diiradiasi yaitu mata tunas atau umbi, katak, dan biji,” ungkap Roziq, saat Webinar Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Propaktani, dengan tema Pemanfaatan Teknologi Radiasi Sinar Gamma Untuk Mendukung Kesuksesan Agribisnis Aneka Produk Berbasis Porang, secara daring, Kamis (17/2).
Ketua Umum Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (ISWI), sekaligus perwakilan dari Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Retno Sri Endah Lestari menjelaskan, sebagai tanaman umbi-umbian, porang memiliki banyak manfaat dan khasiat yang baik bagi kesehatan.
Dijelasnnya, dalam tanaman porang terdapat kandungan glukomanan yang sangat banyak manfaatnya, diantaranya sebagai bahan baku industri pangan maupun industri non pangan, dan kesehatan.
Saat ini, budidaya porang mulai dikembangkan secara luas. Masa depan budidaya porang sangat prospektif, dimana pasar tepung porang sudah tersedia di sejumlah negara, seperti Jepang, Cina, Taiwan, Vietnam, Australia, dan Korea Selatan.
Manfaatkan Iradiasi untuk Pengawetan Bahan dan Sterilisasi
Ada berbagai keunggulan dari penerapan teknologi iradiasi. Selain untuk perbaikan varietas tanaman, teknologi ini juga digunakan untuk proses pengawetan bahan pangan dan sterilisasi alat kesehatan.
Plt. Kepala Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir, ORTN BRIN, Kristedjo Kurnianto mengatakan, pengelolaan yang tidak baik pada produk pertanian akan berpotensi menjadi rusak karena proses pasca panen tidak dilakukan secara optimal dan terjadinya perubahan iklim.
Ia menjelaskan, iradiator Gamma dapat menjadi salah satu opsi dan solusi untuk melakukan sterilisasi maupun pengawetan bahan makanan, obat-obatan, serta produk medis. Hal itu dapat dilakukan karena iradiasi dapat menghambat pertunasan, membasmi serangga, memperpanjang umur simpan, mereduksi patogen, dan karantina.
Keunggulan sinar gamma, tambah Kristedjo, memiliki daya tembus yang sangat tinggi, dengan dosis radiasi yang tepat dapat menghasilkan efek yang menyeluruh, prosesnya sederhana pada suhu kamar sehingga bentuk dan warna produk tidak berubah, tidak meninggalkan radiasi, tidak menggunakan bahan kimia, dan tentunya aman.
Dia juga mengungkapkan, penerapan teknologi iradiasi gamma terbukti lebih unggul dibanding konvensional. Pasalanya, teknologi ini sangat tepat digunakan untuk pengawetan produk pangan, meningkatkan kualitas produk sehingga tidak menurunkan nilai jualnya.
Selain itu, untuk melakukan perbaikan sifat yang tidak diinginkan pada varietas tanaman porang, penggunaan iradiasi gamma dapat dilakukan dengan teknik mutasi genetik, sehingga diperoleh varietas tanaman porang baru dengan sifat yang lebih baik.
“Dengan memanfaatkan teknologi iradiasi gamma diharapkan dapat mendukung suksesnya budidaya dan perkembangan agribisnis porang di Indonesia,” pungkasnya.