Mediatani – Penggunaan teknologi pada budidaya ayam khususnya ayam broiler atau ayam pedaging sangat dibutuhkan. Sebab, ayam broiler di Indonesia rentan terkena heat stress yang berdampak pada performa ayam broiler.
Inilah salah satu alasan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Universitas Gadjah Mada (UGM) menciptakan sistem pendeteksi suhu kandang ayam yang berbasis Internet of Things (IoT), sebuah aplikasi bernama BroilerX yang dapat memudahkan peternak memantau kondisi ayam.
Teknologi tersebut memiliki fitur berupa early warning system yang akan memberikan notifikasi di web desktop maupun aplikasi Android. Sehingga, ayam yang kondisinya menurun atau stress karena efek lingkungan yang semakin kurang mendukung, dapat diselamatkan secepat mungkin.
BroilerX mampu mencatat kelembaban, suhu, kadar ammonia dan kadar CO2 di kandang. Dengan adanya aplikasi ini, keadaan kandang ayam dapat dilaporkan secara realtime.
Sehingga, ketika tejadi perubahan pada komponen yang memengaruhi kondisi kenyamanan ayam, peternak dapat melakukan tindakan secepat mungkin. Adapun beberapa komponen yang dimaksud, yakni kelembaban, suhu, kadar ammonia dan kadar CO2.
Dikutip dari keterangan resminya, Sabtu (14/8/2021), Dosen Fakultas Peternakan UGM sekaligus ketua Tim Research and Development BroilerX Galuh Adi Insani menjelaskan bahwa dengan menggunakan BroilerX, peternak tak hanya mendapatkan notifikasi kondisi kandang di layar telepon pintar, tapi mereka juga bisa mengaksesnya melalui web di komputer.
Sistem pemantauan ini merupakan pengembangan lanjutan dari sistem kandang closed house. BroilerX tak hanya merekam data perubahan kondisi kandang, tapi juga mengoptimalkan penggunaan sensor dan peralatan yang ada di kandang.
Peternak dapat mengontrol kandang dari jauh dengan system BroilerX. Keunggulan lainnya, aplikasi tersebut dapat membantu peternak ayam untuk memastikan kesejukan kondisi kandang.
CEO BroilerX Jati Pikukuh menjelaskan bahwa selama ini, bagian kandang yang sejuk hanya terdapat pada bagian depannya saja, sedangkan bagian belakang kandang terasa panas.
“Banyak peternak yang tidak mengetahuinya dikarenakan pada area tersebut tidak dilengkapi sensor yang digunakan untuk mengukur kondisi kandang dan dapat dipantau secara online dengan memanfaatkan peran dari IoT,” terangnya.
Untuk dapat digunakan secara luas oleh industri peternakan di Indonesia, lanjut Jati, BroilerX diciptakan menggunakan berbagai komponen yang murah dan berkualitas. Petenak dapat mengaplikasikannya tanpa harus menguras modal yang banyak. Sebab, alat buatan luar negeri bisa mencapai Rp28 juta.
Dekan Fakultas Peternakan UGM Ali Agus pun turut mengapresiasi usaha tim BroilerX untuk mewujudkan smart farming di kandang closed house.
Ia juga memberikan dukungan lebih atas upaya memudahkan petani peternak untuk dapat mengikuti ternak hour by hour, dimana kondisi kandang mulai dari temperatur, kelembapan, hingga kadar amonia dapat diawasi.
Bahkan, negara-negara lain seperti Kanada dan Singapura pun tertarik dengan alat buatan Jati dan timnya. Peternak dapat mencoba sistem SaaS (Softeware as a Service) tersebut di alamat saas.broilerx.com untuk mempermudah proses pengelolaan administrasi peternakan.