Mediatani – Direktur PT Asia Prima Konjac, Revie Christianto Gozali mengungkap, dalam sebuah acara Webinar Porang dengan tema “Persiapan Masa Panen, Petani Porang Sejahtera, Industri Porang Mendunia”, saat ini porang telah dibudidayakan, melansir, Sabtu (26/6/2021) dari situs wartaekonomi.com.
Di sisi lain, sudah jarang sekali tanaman populer satu ini ditemukan dan diambil secara liar.
Yup! Adapun salah satu lokasi di Indonesia yang membudidayakan porang yakni Banyuwangi; 1.400 ton/musim, Jember 7.000 ton/musim, Probolinggo 2.900 ton/musim, hingga NTT hingga 17.000 ton/musim.
Dari data itu, Revie rupanya melihat potensi porang di NTT besar sekali. Selain daerah-daerah itu, masih banyak daerah yang mulai mengembangkan untuk membudidayakan porang juga.
Di samping itu, Revie pula membeberkan bahwa data dari Kementan menunjukkan catatan hasil porang kering atau chips per tahunnya mencapai 10.000 ton.
Maka dari itu, porang basahnya berarti mencapai lebih dari 100.000 ton per tahun. Adapun, tujuan membudidayakan porang ini bisa untuk dua hal, yaitu chips dan tepung.
Untuk chips, tujuan ekspornya yakni ke negeri Tirai Bambu, China dan negeri Sakura, Jepang.
Perusahaannya, PT Asia Prima Konjac kini mampu menampung 20.100 ton porang basah per tahun 2021, sehingga bisa memproduksi chips sekitar 2.800 ton dan produksi tepung 1.500 ton.
Revie mengungkapkan bahwa potensi pabriknya ini dapat mencapai 63.000 ton per tahun, chips 9.000 ton dan tepung 4.700 ton.
Revie mengakui perusahaannya siap menambah mesin jika bahan baku memang tersedia banyak. Namun, permasalahannya ialah bahan baku, tanaman porang kini harganya naik semakin ekstrem.
Pihaknya pun berharap, petani porang mampu menjaga agar harga porang tidak naik terlalu tinggi.
Dirinya pula mengkhawatirkan jika harga terlalu tinggi, maka bisa saja muncul tepung pengganti porang di kemudian hari. Olehnya itu, Revie meminta para petani porang bisa menjaga harga agar tidak seperti singkong yang harganya hanya Rp300 perak.
Lebih lanjut, kata dia, dalam menerima porang masuk ke pabriknya, timnya melihat kualitas porang dari ukuran terlebih dahulu yakni di atas 8 cm atau biasanya di atas 500 gram.
Usai itu, sebaiknya porang tersebut di simpan di karung bawang sudah dalam keadaan bersih, atau kotoran hanya beberapa persen. Sehingga, chips dan tepung dari porang ini memiliki kualitas terbaik.
Wow! Porang Asal Pati Laris Manis di Pasar Asia dan Eropa
Di berita yang lain, Tanaman Porang (Amorphophallus Muelleri) asal Pati (Jateng) kini laris manis ke pasar Asia. Bahkan, belakangan ini, pasar Eropa juga rupanya minta disuplai.
“Ekspor porang asal Pati mencapai 6 ton per bulan,” tutur ketua Asosiasi Petani Porang Pati, Slamet Riyadi (48), Selasa (22/6/2021), melansir, Rabu (23/6/2021) dari laman krjogja.com.
Dikatakannya, awalnya porang asal Pati melalui kerjasama dengan perusahaan di Surabaya dan Bali, mengirim ke negara-negara Asia.
Akan tetapi sejak awal 2021 ini, ada permintaan melalui perusahaan di Cirebon (Jabar) untuk ekspor ke Eropa dan kawasan sekitarnya.
“Harga jual untuk pasar eropa memang lebih tinggi. Yakni Rp75 ribu per kilogramnya. Jadi lebih menguntungkan petani porang. Tetapi persyaratan kualitas yang lebih ketat,” kata Slamet Riyadi.
Adapun beberapa persyaratan agar supaya porang dapat diekspor ke Eropa ialah di antaranya, warna porang harus asli (Orange), bersih dari tanah. Serta jika masih ada kulit (tebal dikupas 7 milimeter kering), dan tebal daging dirajang (2 milimeter basah)…baca selengkapnya dengan klik di sini. (*)