Bukan Untuk Konsumsi, Ikan Gabus Kini Jadi Ikan Hias Seharga Jutaan Rupiah

  • Bagikan
Ikan Gabus Hias, Channa Barca (Pinterest).

Mediatani – Ikan Gabus (Channa Striata) selama ini dikenal sebagai salah satu ikan air tawar yang lezat untuk dikonsumsi. Bahkan, banyak restoran yang menyajikan berbagai olahan makanan ikan gabus ini. Namun ternyata, tidak semua jenis ikan yang badannya mirip ikan lele itu hanya berakhir di meja makan.

Belakangan ini, banyak pecinta ikan hias yang mengembang biakkan beberapa jenis ikan gabus sebagai ikan hias. Seiring dengan makin banyaknya penghobi yang memeliharanya, harganya pun makin melambung tinggi. Ikan gabus hias tersebut dihargai mulai dari ratusan ribu sampai puluhan juta rupiah.

Mayarakat di pulau Jawa sering menyebut ikan gabus hias itu dengan nama Iwak Kutuk. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut Snakehead karena kepalanya yang berbentuk ular. Ikan yang dapat ditemui di perairan tawar Afrika dan Asia itu disukai oleh para pecinta ikan hias karena corak warna dan bentuk tubuhnya yang unik.

Selain itu, ketenangan gerakan tubuhnya saat berenang membuat ikan gabus hias itu tampak semakin mempesona. Namun, ketika diberi makan, sifat agresifnya bisa keluar. Pada beberapa jenis tertentu, corak warnanya terlihat lebih kontras. Semakin terang coraknya, semakin tinggi nilai jualnya.

Dikutip dari Jawa Pos, Kamis (9/10), seorang penghobi Ikan gabus hias, Alif Lisantoro menjelaskan, memelihara ikan tersebut tidak memerlukan peralatan yang biasanya dibutuhkan ikan hias lainnya, seperti aerator dan filter. Hal itu membuat penghobi tidak perlu khawatir listrik padam, meskipun sebaiknya peralatan tersebut ada di dalam akuarium.

Biasanya para penghobi menghitung nilai jual ikan berdasar ukuran, yaitu per centimeter. Untuk anakan channa saja biasa dibanderol dengan kisaran harga Rp10.000 hingga Rp15.000 dengan ukuran 3 cm. Namun, lain halnya dengan jenis channa Barca, ikan yang disebut sebagai ikannya para sultan karena harganya yang sangat mahal.

”Per sentimeternya bisa dihargai satu juta,” ungkap Alif.

Channa Barca merupakan endemi perairan India dan Bangladesh. Harganya mahal lantaran ikan tersebut sudah langka. Sebab, pada 2014, ikan dinyatakan nyaris punah. Channa Barca juga sulit dikembangbiakkan di Indonesia karena ikan tersebut sangat dipengaruhi iklim.

Alif mengungkapkan, setiap jenis channa memiliki karakteristik yang berbeda pula. Mulai kepala, ekor, dorsal atau bentuk sirip punggung, sirip bawah, hingga motif warnanya. Channa Barca yang diincar para penghobi, memiliki bentuk dorsal dan sirip bawah yang panjang dan elegan. Bentuk kepalanya melonjong membuat ikan itu terlihat anggun, tapi tetap garang.

Menurutnya, Tantangan terbesar merawat channa hias adalah menciptakan atmosfer akuarium semirip mungkin dengan habitat aslinya. Meski cenderung tidak rewel, channa tetap saja membutuhkan penyesuaian air. Salah satunya, menempatkan daun ketapang di dalam akuarium. Sebab, selain untuk menjaga pH air, daun ketapang berguna sebagai antibiotik alami.

Channa maru atau marulioides itu hidupnya malah di sekitar pohon ketapang,” terang Alif.

Di dalam tubuh channa terdapat kandungan albumin yang mampu meregenerasi sel-sel tubuh yang rusak. Hal itu membuat channa mampu menyembuhkan penyakitnya sendiri. Menurut beberapa hasil penelitian, kadar albumin ikan gabus berkisar 63–107 mg/g, sedangkan kadar albumin tertinggi dimiliki ikan gabus alam yang dipanen dari sekitar Parung, Bogor, dengan nilai 107,28 ±3,20 mg/g daging. Hal itu menunjukkan bahwa tempat asal yang berbeda juga mengakibatkan kandungan albumin yang berbeda.

Seorang penghobi lainnya, Wahyu Afriansyah mengungkapkan, perkawinan ikan channa juga ditentukan dengan jenisnya. Dia menyatakan, perkawinan tidak dapat dilakukan dengan persilangan dan harus sejenis. Menurutnya, genetik tidak terlalu berpengaruh ketika hendak melakukan breeding. Namun, yang perlu diperhatikan ukuran jantan itu harus lebih besar daripada betina.

”Selisih ukuran tidak lebih dari 2 sentimeter. Kalau jantannya lebih kecil, pasti gagal,” paparnya.

Yang terpenting menurutnya adalah membuat bagaimana agar anakan channa tersebut dapat tumbuh dengan baik. Ketika anakan lahir, sudah pasti dicari oleh penghobi. Ikan predator ini, tidak memerlukan pakan pelet seperti ikan hias pada umumnya. Karena termasuk ikan predator, makanannya juga berupa makluk hidup, seperti udang kecil, cacing sutra, jangkrik, ataupun ayam puyuh.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version