Mediatani – Pandemi Covid-19 membuat aktivitas konser offline terhenti sama sekali sejak awal pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia. Sekalipun Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai dilonggarkan dan pusat perbelanjaan serta kafe-kafe sudah bisa beroperasi lagi, namun aktivitas penyelenggaraan konser belum dapat diselenggarakan sampai sekarang.
Musisi elektronik asal Bandung, Bottlesmoker justru menghadirkan sebuah ide baru yang begitu unik untuk mengadakan sebuah konser. Konser yang dihelat Sabtu (25/7) itu sungguh beda. Penontonnya bukan manusia. Melainkan tanaman. Bahkan, aransemen yang dihadirkan pun khusus tanaman.
Suara alam yang dipadukan dengan frekuensi audio 5 ribu hertz itu terdengar aneh di telinga. Dua personel Bottle Smoker, Agung Suherman (Angkuy) dan Ryan Adzani (Nobie), bahkan harus menggunakan earplug agar bisa fokus memainkan ritme dalam berbagai peralatan musik elektronik di hadapan mereka.
Meski aneh, musik yang berlangsung selama 90 menit itu justru katanya bisa dinikmati oleh tanaman. Sebab, duo musisi elektronik tersebut membuat Konser Plantasia hanya untuk tanaman. Tentu banyak orang akan terkejut dan heran dengan ide yang diusung Bottle Smoker dalam konsernya itu.
“Idenya berangkat dari ingin mengadakan konser tapi yang aman gimana, kalau banyak manusia kan takut lagi pandemi gini. Akhirnya tercetus ide banyak orang yang senang tanaman saat ini, lalu akhirnya kami mempersiapkan konser Plantasia,” ujar Angkuy.
Dalam proses pembuatan musik itu, Angkuy dan Nobie melihat ada kebiasaan baru yang sedang booming di masyarakat selama pandemi corona yang dilakukan anak muda. Seperti bersepeda dan bercocok tanam, itulah inspirasi dia membuat ide konser yang mengganti penonton manusia dengan penonton tanaman.
Angkuy dan Nobie kemudian mengeksplorasi ide itu lebih jauh. Mereka mencoba mencari keterkaitan musik dengan tanaman. Eksplorasi berlanjut pada penemuan berbagai kajian ilmiah tentang hubungan tanaman dengan musik.
“Di Konser Plantasia ini kami ingin memberikan timbal balik kepada tumbuh-tumbuhan khususnya tanaman dengan menyajikan konser musik yang bisa membuat mereka bahagia,” ujar Angkuy.
Dalam proses pembuatan musik khusus tanaman ini, Bottlesmoker mengadaptasi pola musik yang bisa meningkatkan pertumbuhan tanaman, kesuburan, warna daun, sel dan lain sebagainya.
Tidak mudah, walau memainkan genre elektronik yang bisa punya keterkaitan dengan banyak genre musik. Memainkan instrumen khusus untuk tanaman ternyata jauh berbeda dengan apa yang selama ini disajikan dalam Bottle Smoker. Bahkan, karya-karya yang selama ini dipunyai band asal Bandung itu tidak bisa dimainkan lagi untuk ide tersebut.
”Kami murni membuat aransemen khusus. Semua baru, basic musiknya menyesuaikan kajian ilmiah yang kami gabungkan dengan peradaban Indonesia,” tegasnya.
Menurut kajian ilmiah soal hubungan musik dengan pertumbuhan tanaman, Bottle Smoker wajib memasukkan beragam unsur di dalamnya. Yang pertama genre musik klasik dengan pola-pola khusus. Lantas, wajib ada unsur string di dalamya. Menariknya adalah dalam membuat musik khusus tanaman ini Angkuy mengatakan frekuensinya pun disesuaikan dengan tanaman, yaitu diantara 5.000 hertz.
Dalam proses pembuatan musik ini, uniknya dikatakan Angkuy jika tumbuhan dengan suara-suara harmoni alam juga saling bersinergi satu sama lain. “Seperti bunyi burung, tongeret, musik karinding, bahkan tarawangsa ternyata bagus untuk stomata tanaman,” ujar Angkuy.
Selain itu, untuk menambah nilai budaya, Angkuy dan Nobie mempelajari sejarah Dewi Sri. Sang ratu padi yang terkenal dalam kebudayaan Jawa. Disebutkan ada beberapa ritual di dalamnya, ada istilah musik tarawangsa.
Salah satunya ada musik karinding yang dulu digunakan untuk mengusir hama. Mereka kemudian berasumsi, dengan memunculkan frekuensi-frekuensi bebunyian karinding, pendengaran hama bakal terganggu.
Diadakan selama 90 menit, musik Plantasia menjadi sebuah terapi bagi tanaman untuk tetap tumbuh sehat. Sebelum konser, Angkuy dan Nobie telah bereksperimen untuk tanaman penghias di dalam rumah ketika diberikan terapi musik Plantasia.
“Ketika dicoba daunnya bergerak tumbuh dan untuk bunga bisa langsung tumbuh berbunga saat itu dan beberapa tanaman ada yang akarnya tumbuh diluar tanah,” ucapnya.
Format konser lantas dipikirkan. Lou Belle Space, Bandung, dipilih jadi lokasi konser. ”Kami namai konsernya Plantasia. Terinspirasi dari salah satu lagu dari idola kami, Mort Garson, berjudul Plantasia. Jadi nama konser dan muncullah konsep pertunjukan musik untuk tanaman ini,” ungkap pria 35 tahun tersebut.
Konsep dalam konser itu pun unik. Untuk mencari tanaman yang akan dijadikan percobaan (baca: penonton), Bottle Smoker membuat pengumuman melalui media sosial. Isinya tentang siapa saja yang mau mendaftarkan tanamannya untuk jadi penonton Konser Plantasia. Hanya beberapa hari, 50 tanaman sesuai kuota terpenuhi.
Lantas, disusunlah jadwal. Para pemilik tanaman diminta membawa tanamannya di depan lokasi konser. Jadwal itu harus benar-benar ditaati untuk mematuhi protokol kesehatan. Sesudah itu, pemilik tanaman bakal mendapat link untuk melihat konser secara streaming.
”Bukan menonton sih, yang lebih tepat mengawasi apakah tanamannya baik-baik saja selama konser. Karena kalau ditonton dan dinikmati, musik untuk Plantasia ini tidak untuk manusia,” kata alumnus ilmu komunikasi Unpad tersebut.
Sesudah konser, pemilik juga terjadwal ketika mengambil tanaman-tanamannya. Tidak hanya sampai di situ, pemilik tanaman akan mendapat audio file dari konser tersebut. Harapannya, mereka bisa kembali memutarkan musik tersebut di rumah masing-masing setiap hari. ”Lalu, mereka nanti bisa bercerita ke kami bagaimana pengaruh musik itu terhadap tanaman masing-masing,” sambungnya.
Angkuy mengaku, untuk Bottlesmoker sendiri sendiri sama sekali tidak memperoleh keuntungan dari konser yang digelarya itu. Bahkan Dari digital pun menurutnya akan sulit. Sebab, akses untuk streaming hanya ditujukan untuk 50 pemilik tanaman.
Dijelaskannya juga bahwa konser streaming tersebut dibatasi untuk menghindari adanya reduksi-reduksi atau terkompres selama proses streaming. Menurutnya, frekuensi akan tidak sampai 5 ribu hertz. Selain itu, device, dan segala macam yang digunakan sangat berpengaruh.
Namun, Angkuy mengatakan, keuntungan yang dilihat Bottle Smoker adalah bisnis jangka panjang. Artinya, jika Konser Plantasia berhasil membuat pertumbuhan tanaman makin baik, Bottle Smoker punya kans untuk bisnis yang lebih menjanjikan di masa depan. Menjadi lahan baru bagi musisi elektronik yang terkendala masa pandemi seperti saat ini.
”Beberapa kota sudah meminta kami membuat pertunjukan serupa, bahkan di luar negeri. Jadi, ini lahan yang baru bisa kami kembangkan lagi,” paparnya.
Angkuy dan Nobie merasa puas dengan Konser Plantasia. Bahkan, Angkuy mengatakan sempat melihat langsung tanaman lombok yang awalnya berwarna hijau kecil berubah membesar dan matang setelah konser 90 menit.
”Alhamdulillah puas banget. Tapi, juga pemilik tanaman puas, vibrasinya pas sekali. Sejauh ini untuk feedback tanamannya belum banyak yang melapor,” tutur Angkuy.