Mediatani – Komoditas pertanian asal Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) kembali diminati pasar mancanegara. Kali ini sebanyak 10.500 ton cangkang sawit senilai Rp 4 miliar berhasil diekspor perdana ke Jepang.
Pelepasan ekspor tersebut dilakukan oleh Gubernur Sulawesi Barat Ali Baal Masdar di pelabuhan Belangbelang, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju. Pejabat lain yang hadir pada kegiatan ini, yakni anggota DPRD Hatta Kainang, dan Kepala Kantor Pelabuhan Belang-belang Mamuju Kapten Christina Anton.
Gubernur Ali berharap, dengan adanya ekspor cangkang sawit tersebut, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat bisa mengalami peningkatan. Ia juga berharap ekspor ini juga bisa dialami oleh komoditas lain yang ada di provinsi yang dipimpinnya itu.
“Getah pinus dan masih banyak komoditi lainnya diharapkan dapat diekspor ke negara lain. Berbagai komoditi milik daerah ini dapat memacu pertumbuhan ekonomi daerah,” kata Ali dilansir dari Antara, Jumat (4/2).
Menurutnya, kegiatan ekspor sudah layak dilakukan di pelabuhan di Sulawesi Barat. Ia juga memastikan bahwa pihaknya akan berusaha secara maksimal melayani kegiatan ekpor.
Ia menyebutkan, ada sejumlah instansi pemerintah yang dibangun di Sulawesi Barat untuk mendukung kelancaran ekspor seperti Bea dan Cukai, Imigrasi, dan Karantina Kesehatan.
“Pembangunan kantor perizinan, dan dukungan lainnya yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi, akan disediakan dengan maksimal, secara efektif dan efisien,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Karantina Pertanian Mamuju Agus Karyono membeberkan bahwa ada berbagai pelayanan yang juga dibantu oleh pihaknya, mulai dari pemeriksaan dokumen, fisik hingga perlakuan fumigasi menggunakan zat kimia phospin.
Menurut Agus, hal tersebut dilakukan guna menjamin komoditas pertanian asal Sulawesi Barat terbebas dari serangga hidup dari organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh negara tujuan.
Setelah pejabat karantina pertumbuhan melakukan serangkaian pemeriksaan dan pengawasan, selanjutnya dilakukan penerbitan sertifikasi jaminan kesehatan, pythosanitary certificate (PC) demi menjaga kualitas produk dan peluang di pasar ekspor.
Sistem data otomasi perkarantinaan (IQFAST) menunjukkan bahwa volume cangkang sawit yang diekspor dua kali ke Thailand pada 2020 mencapai 16,7 ribu ton atau setara Rp 22,9 miliar. Sementara pada 2021 kemarin, ada sebanyak 15 kilogram yang dikirim ke Jepang sebagai sampel.
“Cangkang sawit diminati di pasar mancanegara sebagai sumber energi biomassa terbarukan. Jepang perlahan mulai meninggalkan penggunaan bahan bakar fosil,” katanya.
Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Bambang menuturkan bahwa dirinya berharap pelepasan ekspor ke Jepang bisa menggairahkan ekspor produk pertanian yang ada di Sulawesi Barat.
“Semoga ke depan terus terjadi peningkatan, baik produksi, penambahan frekuensi pengiriman, jumlah eksportir dan ragam produk pertanian. Maka, dapat memperluas mitra dagang atau negara tujuan,” kata Bambang.
Berdasarkan data IQFAST, cangkang sawit yang diekspor pada tahun ini mencapai 102,9 ribu ton atau Rp 537,1 miliar dengan frekuensi pengiriman sebanyak 39 kali. Pada 2021, sertifikasi diberikan untuk ekspor 1,3 juta ton atau setara Rp 7,8 triliun.
Ia menjelaskan, pihaknya terus berkomitmen untuk mendorong program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Komoditas Pertanian (Gratieks) dalam upaya mencapai rencana pembangunan pertanian 2020 – 2024.
“Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo agar terwujud program Kementan, mulai dari menggali potensi ekspor yang ada di daerah hingga mengawal komoditas tersebut tiba di negara tujuan,” ujar Bambang.