Mediatani – Petani cabai rawit di Kabupaten Klungkung bernasib kurang beruntung karena tanaman cabainya diserang hama dalam beberapa minggu terakhir ini. Hal ini merupakan imbas dari kondisi cuaca yang tidak menentu.
Akibat serangan hama tersebut, cabai yang ditanam oleh petani banyak yang busuk sehingga hasil panen menjadi tidak maksimal, meski buah cabai yang dihasilkan masih terbilang banyak.
Salah saorang petani di Kecamatan Banjarangkan, I Nyoman Sudarta mengungkapkan meski tanaman cabai di lahannya menghasilkan banyak buah yang lebat, namun ia kecewa karena banyak juga yang mengalami busuk buah.
Kendati demikian, Nyoman Sudarta masih tetap semangat untuk memanen cabai di lahan pertanian dengan luas sekitar 10 are. Pria paruh baya itu masih tampak lihai, memetik buah cabai yang sudah berwarna merah.
“Ini buahnya labat, tapi sayang banyak yang busuk,” keluh Nyoman Sudarta saat memeanen cabai di lahan pertaniannya di wilayah Desa Tihingan, Kamis (3/11).
Menurutnya, penyebab buah cabai itu busuk adalah serangan hama lalat buah. Ia sudah melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan hama pada tanamannya, seperti menyemprotkan insektisida.
Namun upaya tersebut masih belum berhasil. Buah cabai yang banyak dihasilkan juga masih banyak yang membusuk. Keuntungan yang diperolehnya pun jadi berkurang.
“Sudah saya memberikan insektisida, tapi belum mempan juga. Hasilnya (panen) jadi berkurang,” ungkapnya.
Ia menuturkan bahwa faktor yang mengakibatkan tanaman cabainya rentan diserang hama adalah kondisi cuaca yang tidak menentu.
“Kadang hujan deras, kadang panas. Ini yang buat cabai menjadi rentan diserang hama,” jelasnya.
Sementara itu, Nyoman Sudarta juga mengatakan bahwa harga cabai saat ini masih membuat risau para petani. Harga cabai di tingkat petani saat ini dibanderol Rp12 ribu perkilogramnya.
Beberapa pekan lalu, Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid menyampaikan bahwa harga cabai mengalami penurunan karena beberapa daerah sentra produksi tengah memasuki musim panen.
Meski demikian, ia telah memprediksi harga cabai akan naik jika hujan terus menerus turun. Menurutnya, hujan ekstrim akan membuat tanaman petani tidak bisa panen atau akan menyebabkan harga mengalami kenaikan.
Meski curah hujan tinggi, namun ia belum menerima laporan adanya kebun petani cabai yang mengalami banjir. Kendati demikian, tetap saja yang menjadi kekhawatiran petani bukan hanya masalah banjir yang terjadi di kebun, melainkan juga kerusakan tanaman cabai akibat hujan.
“Banjir nggak (belum ada), tapi ya (dikhawatirkan) banyaknya hujan merusak hasil panen,” jelas Sudarta.
Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Cipinang Zulkifli Rasyid juga merasakan kekhawatiran yang sama. Menurutnya, curah hujan yang tinggi membuat harga beras ikut terkerek sejak Agustus 2022.
“Kendalanya pasokan dari daerah berkurang sedangkan permintaan pasarnya meningkat,” jelasnya.