Mediatani – Kisruh antara Rusia dan Ukraina hingga saat ini, memberi dampak terhadap bisnis di sejumlah negara. Indonesia juga turut mengalami, diantarnya yaitu eskpor komoditas perkebunan asal Jawa Barat.
Pengiriman sejumlah komoditas perkebunan ke Ukraina dan Rusia tertunda akibat perang yang tengah berlangsung, sehingga mengakibatkan sejumalah komoditas ekspor asal jawa barat tertahan.
Head of Logistics and Shipping Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Barat, Samsul Rizal, kepada DeskJabar, di Bandung pada Jumat (4/3/2022) , menjelaskan bahwa perang antara Rusia dan Ukraina sangat berpengaruh kepada bisnis dunia, termasuk kepada Indonesia.
Ada pun pengaruhnya terhadap bisnis ekspor asal Jawa Barat, disebutkan oleh Rizal, ada beberapa komoditas utama yang selama ini diekspor ke Rusia dan Ukraina, yaitu biji coklat (kakao), kopi, teh dan benang.
Menurut Samsul Rizal, perusahaan shipping pelayaran yang mengangkut kontainer dari Indonesia ke pelabuhan Rusia dan Ukraina sedang mengalami penundaan, hingga menunggu kabar selanjutnya dari negara tujuan.
Beberapa perusahaan pelayaran atau shipping line yang saat ini sedang menunda pengiriman ke Rusia dan Ukraina, yaitu : Sinokor, One Shipping, Cosco, Evergreen, CMA CGM, dan Maerksline.
Disebutkan bahwa tujuan ekspor yang sedang ditangguhkan adalah ke Odessa, Ukraina dan Novorossiysk, Rusia sampai pemberitahuan lebih lanjut. Begitu pula penerimaan pemesanan ke dan dari St. Petersburg, Rusia juga segera akan ditangguhkan.
Lebih lanjut, menurut Samsul Rizal, khusus untuk komoditas kopi sementara disimpan di gudang. Sebab, stok kopi Jawa Barat itu masih stok tahun 2021 dengan kualitas Grade 1. Namun menurut Rizal, jika ingin dialihkan ke pasar lokal, tidak masuk harga lokal.
“Solusi sudah ditawarkan ke berapa negara lain seperti Eropa dan Timur Tengah,” ungkap Samsul Rizal.
Walau dengan demikian, dikatakan bahwa terdapat beberapa kondisi lain, yaitu soal turunnya ekspor biji kopi, disebabkan masih langkanya kontainer serta harga freight yang juga masih melambung tinggi, sehingga harga tersebut belum mampu untuk menutupi biaya produksi.
Sedangkan untuk komoditas teh, ungkap Rizal, misalnya seperti yang dialami PT. Kabepe Chakra Jawa Barat, dimana 75 persen ekspor ke Jerman untuk memenuhi Unilever di Jerman. Akibat dari harga freight untuk fcl 40HQ mencapai level USD 14.000/container, padahal sebelum pandemi Covid-19 harga freight fcl 40HQ USD 4.500.
Selain itu, Sekretaris Gabungan Pengusaha Perkebunan Jawa barat-Banten, Imron Rosyadi, menjelaskan, mengutip informasi dari Dewan Teh Indonesia, sebelumnya sudah dikhawatirkan akan terjadinya sanksi perbankan terhadap bank Rusia.
Disebutkan bahwa pembayaran dari Rusia yaitu dengan menggunakan mata uang dolar dan Euro. Ini dikhawatirkan akan terhambat, sehingga berdampak besar terhadap ekspor ke negera Rusia.
Namun negara produsen teh lainnya, disebutkan, seperti pemerintah India sedang memikirkan metode pembayaran yang akan dilakukan dengan mata uang Rupee. Cara ini dapat merupakan by pass sistem perbankan internasional.