Di Balik Harga Cabai yang Melambung, Petani di Mojokerto Disebut Beli Puluhan Kendaraan

  • Bagikan

Mediatani – Beberapa petani cabai di Desa Pucuk, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto ramai memborong motor dan mobil. Hal ini menjadi salah satu berkah dari melambungnya harga cabai.

Mereka berani membeli puluhan motor dan mobil secara tunai dengan uang yang mereka dapatkan dari hasil keuntungan panen cabai saat harga melambung hingga Rp95 ribu per kilogram ditingkat petani.

Dilansir dari Surya,co,id – Kepala Desa Pucuk, Nanang Sudarmawan membenarkan hal ini. Sejumlah masyarakat khususnya petani cabai memborong kendaraan motor dan mobil hingga membangun rumah yang dibeli secara tunai dari hasil panen cabai rawit.

“Kalau jumlah kendaraan yang dibeli itu setahu saya sampai saat ini ada puluhan sekitar 30-50 motor. Memang paling banyak motor Scoopy, ada juga motor PCX dana juga dua mobil,” ungkapnya (28/3/2021).

Menurut Nanang, petani cabai yang paling banyak memborong kendaraan motor tersebut berada di Dusun Pucuk. Daerah itu memiliki wilayah yang lebih luas dan mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani cabai.

Setidaknya, ada lima dusun di Desa Pucuk yaitu Dusun Wotgaru, Dusun Pucuk paling besar, Dusun Brejel Lor, Dusun Brejel Kidul dan Dusun Kwarigan.

Dari jumlah keseluruhan penduduk di Desa Pucuk yang mencapai sekitar 1.100 KK (Kepala Keluarga), sekitar 95 persen di antaranya bekerja sebagai petani dan rata-rata mempunyai lahan cabai.

Mereka membudidayakan tanaman cabai di lahan persawahan pribadi dan sebagian lagi manfaatkan lahan tanaman kayu putih milik Perhutani.

“Paling banyak ya di Dusun Pucuk itu petani cabai yang beli kendaraan, ada yang merenovasi atau membangun rumahnya dari hasil panen cabai,” jelas Nanang.

Nanang menyebutkan bahwa harga cabai dalam masa panen di Dawarblandong tahun 2021 ini memang relatif bagus dan dapat bertahan lama hampir 1,5 bulan.

Harga cabai rawit ditingkat petani saat awal panen di Bulan Februari sebesar Rp50 ribu perkilo, namun harga tersebut semakin merangkak naik hingga puncaknya mencapai Rp90 ribu sampai Rp95 ribu per kilogramnya.

Apalagi, beberapa daerah lain memiliki ketersediaan cabai yang minim, sehingga petani di Dawarblandong beruntung karena memiliki banyak pasokan.

Nanang menyebutkan bahwa sekali panen setiap sepekan sekali, hasil yang didapatkan mencapai 2 hingga 3 kwintal, dan jika dikalikan sekitar Rp24 juta dan memanen cabai bisa sampai 10-12 kali panen.

Faktanya, secara bertahap para petani cabai ramai membeli kendaraan baru sejak bulan Maret 2021.

“Alhamdullilah tahun 2021 ini masyarakat Desa Pucuk panen cabai banyak jadi hampir setiap hari beli sepeda motor,” ujarnya.

Selain membeli kendaraan, sebagian petani cabai juga menggunakan uang dari hasil panen cabai rawitnya untuk membangun rumah.

“Ya tahun ini memang banyak masyarakat yang merenovasi dan membangun rumahnya dari hasil panen cabai,” katanya.

Pemerintah Desa Pucuk menyambut positif saat warganya mendapatkan rezeki yang melimpah dari keuntungan hasil pertanian, sehingga dapat meningkatkan perekonomian dan  kesejahteraan petani cabai di Dawarblandong.

Salah satu petani cabai setempat, Listyono mengaku bahwa sebagian hasil panen digunakan membeli mobil second untuk anaknya, dan sebagiannya lagi dia tabung untuk persiapan menyambut lebaran Idul Fitri 2021.

“Saya tidak menyangka bisa membeli mobil  dari hasil panen cabai,” ungkapnya.

Listyono mengatakan sudah menjadi petani selama 18 tahun di Dawarblandong, dan harga cabai rawit tahun 2021 menjadi yang paling mahal dan bertahan lama.

Sebelumnya, harga cabai saat panen raya pada 2019-2020 terpuruk mencapai Rp4 ribu sampai Rp5 ribu per kilogram.

“Hasil panen cabai dalam satu bulan ini sekitar 4,7 kwintal,” katanya.(*)

 

 

  • Bagikan