Pernah Dilarang Ortu, Maya Tetap Ngotot Jadi Petani, Ini Yang Terjadi

  • Bagikan
Maya Stolastika Boleng dengan usaha pertanian organiknya (dok. maya stolastika boleng)

Mediatani.co – Semua orang tua tentu saja menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Dalam hal pekerjaan, semua orang tua ingin agar anaknya mendapatkan pekerjaan yang prospektif dan menguntungkan. Jika pekerjaan itu tidak memberikan sesuatu jaminan yang pasti untuk dirinya, tak segan sebagian orang tua akan menyuruh anaknya untuk meninggalkannya.

Hal ini juga dialami oleh Maya Stolastika Boleng petani muda asal Mojokerto. Terjun ke dunia pertanian hal ini mendapat tentangan dari orang tua.

Harus di sadari bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa profesi petani adalah pekerjaan yang tidak menjamin. Paradigma ini tertanam juga pada sebagian orang tua.

Maya memang sudah sejak lama konsisten ikut berpartisipasi mengenalkan masyarakat tentang budidaya sayuran organik. Selama kurang lebih 9 tahun jalan ini ia tempuh. Akan tetapi seperti halnya hidup yang penuh dengan ujian, misi membangun sayuran organik di tengah jalan sempat menemui jalan kandas.

BACA JUGA: Bertemu Petani Wanita Ini, Jokowi Merasa Bahagia

Sekitar dua tahun terpaksa usaha sayuran organik ini berhenti. Tidak mendapat ijin dari orang tua menjadi alasan mengapa Maya memutuskan untuk tidak melanjutkan. Meskipun sempat vakum, usaha pertanian organik yang dirintis bersama rekan-rekannya ini beroperasi kembali pada tahun 2012 hingga sekarang.

“Sempat vakum diantara 2010-2012, ketika lulus tidak dijinkan oleh orang tua menjadi petani. Kita mulai lagi di tahun 2012”. Jelas Maya

Jalan untuk mengembangkan usaha sayuran organik dilihat oleh Maya sebagai salah satunya. Maya menyadari, semakin banyaknya lahan kritis yang tidak lagi dapat ditanami dengan mudah, justru akibat penggunaan pupuk sintetis dan pestisida kimia yang serampangan.

BACA JUGA: Bonus Demografi: Akhir Dari Pertanian Indonesia

Selain itu, dia juga belajar, tingginya angka kematian akibat penyakit yang dipicu oleh bahan makanan yang terpapar zat kimia berbahaya pada pupuk sintetis dan pestisida kimia.

“Selain membuka pertanian organik sebagai sebuah usaha, ini juga dapat menghasilkan produk-produk yang sehat untuk menyehatkan masyarakat”. ucap Maya (Kamis, 30/11/17)

Saat ini hasil dari sayuran organik yang dia kelola telah dipasarkan ke beberapa daerah diantaranya Mojokerto, Sidoarjo, dan Surabaya. Produk organik ini juga telah melakukan ekspansi penjualan berdasarkan permintaan dari beberapa super market, restaurant, hotel dan sebagian lagi permintaan dari rumah tangga.

Maya yang juga duta petani muda di tahun 2016 ini menganggap bahwa dengan di bangun lahan-lahan organik seperti dapat menjadi rujukan kepada petani-petani yang lain.

Membangun pertanian organik adalah memberikan contoh dan inpirasi langsung kepada masyarakat. Dalam budidaya pertanian organik, masyarakat butuh contoh langsung dari yang lain sehingga hal itu menimbulkan kepercayaan masyarakat terhadap pertanian organik.

“Pertanian organik ini berhubungan dengan trustability, jadi dengan mereka datang kita edukasi akan lebih gampang, lebih cepat kalau orangnya ngeliat langsung, jadi istilahnya mereka bisa lihat kerja di kebun seperti apa, panen seperti apa, penanaman seperti apa, pupuk yang seperti apa, hal itu lebih mengena”. Tandasnya.

BACA JUGA:
* Hebat! Mahasiswi Ini Bawa Petani Indonesia Lampaui Jepang
* Inspiratif, Petani Muda Lulusan SD Ini Dapat Penghargaan Dari FAO
* Apa Saja Perbedaan Nasib Petani Indonesia Dan Di Negara Maju

Soal bagaimana perspektif anak muda melihat sektor pertanian,  menurut dia, anak muda harus melirik pertanian sebagai usaha karena manusia selalu membutuhkan makanan dari usaha di bidang pertanian. Dengan demikian, maka ini akan menjadikan petani sebagai profesi yang menjanjikan di masa depan.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version