Mediatani – Tersebarnya kabar perihal mahalnya harga daging sapi di Pasaran dan mogoknya pedagang daging sapi membuat Dubes RI untuk Panama merangkap Honduras-Kosta Rika-Nikaragua, Sukmo Harsono, menyebut Nikaragua bisa menjadi alternatif impor daging sapi sekaligus melepas ketergantungan impor dari Australia.
“Mogoknya pedagang karena harga daging sapi terlalu tinggi ialah sebagai pressure bahwa ketergantungan impor sapi hidup atau daging beku dari Australia (dan India daging kerbau) juga pasokan dalam negeri yang belum stabil merugikan para user akhir,” kata Sukmo Harsono dalam keterangannya, Senin (25/1/2021) dikutip Rabu (27/1/2021) dari situs berita detikcom.
“Indonesia harus bisa melihat potensi Nikaragua untuk menjadi sumber impor daging sapi beku. Nikaragua ini sudah memantapkan dirinya sebagai pengekspor daging sapi terkemuka di Amerika Tengah. Daging sapi Nikaragua pun diakui sebagai satu di antara daging dengan kualitas terbaik di Amerika Latin,” ujar Sukmo.
Sukmo Harsono menyebut Amerika serikat, Kosta Rika, Puerto Riko, Meksiko, El Savador, Guatemala, Jepang, hinga Taiwan, ialah negara pengimpor daging sapi dari Nikaragua. Dubes Panama juga menyebut pertukaran produk ekspor dari Indonesia ke Nikaragua pula sangat terbuka dengan dia menyebut kendala jarak sangat bisa diatasi.
“Saya selaku Dubes ingin ada peluang ekspor ke Nikaragua dengan kerja sama impor daging sapi dari Nikaragua dan melepas ketergantungan dari pemasok (asing) yang itu-itu saja. Sehingga dengan itu harga daging sapi di Indonesia lebih murah dan bisa stabil,” ucap dia.
Sebelumnya, pedagang daging sapi melakukan aksi mogok jualan sejak Rabu (20/1) lalu, dan kembali berjualan pada Sabtu (23/1). Aksi mogok itu tak sepenuhnya diikuti seluruh pedagang sapi.
Ketua Umum Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Asnawi sebelumnya juga menyebutkan aksi mogok pedagang sebagai imbas tingginya harga sapi hidup di Australia.
Sebagaimana diberitakan mediatani.co, aksi mogok jualan oleh para penjual daging sapi sebelumnya, telah berlangsung di wilayah Jabodetabek. Mereka telah bersepakat untuk melakukan mogok berjualan bersama dalam jangka waktu tiga hari. Lamanya waktu itu terhitung mulai Rabu (20/1/2021) hari ini, hingga pada hari Jumat (22/1/2021) mendatang.
Sekretaris Dewan Pengurus Daerah Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) DKI Jakarta, Tb Mufti Bangkit menuturkan aksi mogok jualan itu dilakukan sebagai wujud protes atas melonjaknya harga daging sapi di rumah pemotongan hewan.
Mukti mengungkapkan saat ini, harga per kilogram daging sapi yang belum dipisah antar tulang dan kulitnya sekira Rp 95.000.
Harga itu pun dinilai terlalu tinggi untuk kembal dijual di pasar.
“Ditambah biaya produksi, ekspedisi total sudah Rp 120.000-lah. Sementara, harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah adalah Rp 120.000. Belum biaya karyawan, belum pelaku pemotong sendiri kan harus (memberi uang ) anak istri di rumah,” kata Mufti melalui telepon, Selasa (19/1/2021) dikutip dari Kompas.com, Rabu, (20/1/2021).
Menurut dia kenaikan harga daging sapi ini justru merugikan pedagang. Lantaran hal itu melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Dampaknya, masyarakat pun enggan untuk membeli daging sapi lagi.
“Kasihan masyarakat kalau kami naikan terlalu tinggi harganya. Tidak ada yang beli nanti,” tutur Mufti.
Dia melanjutkan, melambungnya harga daging sapi itu sudah dirasakan sejak empat bulan terakhir. Bahkan pihaknya memprediksi kenaikan akan terus terjadi hingga April 2021.
“Diprediksi akan naik terus hingga bulan Maret atau April mendatang dengan harga tertinggi Rp 105.000 per kilogram per karkas. Sekarang ini harganya, per karkas masih Rp 94.000,” kata dia. (*)