Mediatani – Dampak atau imbas dari ketidakpastian Liga Indonesia 2020, membuat para pesepakbola tanah air harus menelan pil pahit, kompetisi pun berhenti.
Tim juga tak memiliki pemasukan, gaji yang tidak kunjung dibayarkan, hingga terjadinya pembubaran tim.
Tidak sedikit pula dari para pemain pada akhirnya memilih membuka usaha, karena mereka harus tetap memiliki pemasukan untuk hidup bersama keluarga sehari-hari.
Belum lagi, kondisi (force majeure) Covid-19 memaksa siapapun untuk belajar hal baru agar dapat bertahan hidup.
Hal itu juga kemudian terjadi pada seorang eks kiper PSS Sleman 2016, Nanda Pradana yang kini ternyata mulai membuka usaha pribadi penggemukan sapi di tempat tinggalnya, Banyuwangi.
Dilansir Sabtu (30/1/2021) dari Tribun Jogja, Nanda mengisahkan kepada Tribun Jogja bahwa jika usaha yang dirintisnya itu dilakukan sejak PSSI memberhentikan sementara Liga Indonesia 2020.
Mulanya, usaha penggemukan sapi yang sekarang ditekuni Nanda ialah usaha dari Kakek Neneknya di Banyuwangi.
Tugas dia hanyalah membantu. Akan tetapi, berbeda dengan sekarang, Nanda pun turut serta mengelola seluk beluk usahanya itu.
“Dulu saya cuma bantu-bantu (penggemukan sapi), tapi setelah masa pandemi, saya terjun langsung,” ujar Nanda.
Ilmu yang dia pelajari berupa pengalaman secara otodidak. Dengan kondisi yang mendesak ini membuatnya harus belajar ekstra. Semua yang telah dia dapat lalu dipraktikannya. Mulai dari membuat pakan fermentasi, perawatan, pemeliharaan, hingga penjualan.
Selain itu, di sela-sela kesibukannya mengurus penggemukan sapi itu, Nanda pula ikut melatih tim SSB Junior Glenmore, Banyuwangi.
“Kalau pagi cari rumput, sore kita latihan,” kata pria yang juga mantan pemain Persewangi Banyuwangi itu.
Dia mengaku diajak rekannya untuk melatih calon-calon kiper di daerah Glenmore.
Aktivitas itu ialah wujud dari cinta dan pengabdiannya kepada sepak bola di Banyuwangi.
Nanda bilang, dengan dirinya ikut andil dan melahirkan kiper muda berbakat, semoga hal itu dapat mengharumkan nama Banyuwangi di kancah nasional.
“Saya pengen ada penerus (kiper) dari Banyuwangi,” katanya berharap.
Upaya Nanda itu pun berbuah hasil, beberapa kali SSB yang Nanda dan kolega latih, berhasil menjadi wakil dari Asosiasi Kota Surabaya. Karena para pemainnya memiliki kemampuan yang memadai pada usia dini untuk ikut kompetisi.
Kiper yang dilatih Nanda pun tak banyak, hanya empat dari golongan usia berbeda, dari usia 13, 15, serta 17.
Kepada Tribun Jogja, dirinya juga tidak ingin disebut sebagai seorang pelatih, lantaran Nanda belum memutuskan pensiun dan menjadi pelatih.
“Ya istilahnya kita main bareng, berbagi ilmu sambil jaga kondisi,” kata dia.
Dia juga selalu memastikan kalau anak yang ingin berlatih itu memiliki keseriusan terhadap sepak bola.
Baginya, hal itu adalah bagian penting dari pembinaan sepak bola usia dini.
“Jangan asal-asalan,” imbuh nanda
Menariknya pula, Nanda dan rekan-rekannya itu teryata tidak memberikan tarif bagi siapa saja yang ingin serius berlatih di SSB Junior Glenmore.
“Yang penting semangat, daripada bayar mahal tapi tak ada semangat, nanti jadi berat tanggung jawabnya,” ujar pemain yang juga pernah lama di PSIR Rembang itu.
Sesi latihan di sana digelar setiap Senin hingga Jumat. Pada sore hari, dan khusus Selasa Kamis pada pagi hari.
Semua hal yang dilakukannya pun, semata-mata agar dirinya tak mengeluh, dan tetap menjalani hidup yang diberikan Tuhan sebaik-baiknya.
Saat ini pun di usianya yang berkepala tiga, Nanda masih berstatus sebagai pemain Persibat Batang.