Ekspansi PLN ke Sektor Pertanian melalui Program Electrifying Agriculture

  • Bagikan
Sumber foto: mnews.co.id

Mediatani – Penggunaan listrik saat ini tidak hanya dimanfaatkan sebagai alat penerangan. Tetapi pada sektor pertanian, fungsi listrik juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan produktifitas pada sektor pertanian.

Hal ini kemudian dibuktikan oleh para petani bawang yang tinggal di Desa Telle, Kecamatan Ajangale, Bone. Imam yang menjadi salah satu petani bawang Desa Telle. Imam juga tergabung dalam Kelompok Tani Pelita yang berhasil menemukan inovasi cukup unik untuk dijadikan sebagai pengusir hama di kebun miliknya.

Berbeda dari petani lainnya yang mengusir hama dengan pestisida, Imam memilih menggunakan penerangan lampu sebagai pengusir hama. Tidak hanya itu, di kebun miliknya pun dipasang lampu penarik hama.

“Lampu itu kami atur dan tempatkan posisinya disetiap sudut di kebun bawang. Lampu – lampu yang telah ditata kemudian dinyalakan selanjutnya menggiring hama menuju jebakan perangkap yang telah disiapkan,” tutur Imam.

Imam juga menambahkan tentang masalah utama pada usaha tani komoditas bawang merah yaitu terlalu tinggi resiko gagal panen sebab lingkungan yang tidak begitu menguntungkan, khususnya serangan hama dan penyakit. Kehadiran hama dan penyakit ini menurut Imam menjadi penyebab para petani menggunakan bantuan pestisida secara berlebihan.

Para petani mengira bahwa tingkat keberhasilan usaha tani bisa ditentukan dari berhasil tidaknya para petani mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang komoditas mereka. Salah satu cara yang dinilai mampu mengatasi solusi tersebut adalah dengan peningkatkan takaran, frekuensi dan komposisi jenis campuran pestisida yang digunakan.

Namun akibatnya berdampak pada pengeluaran biaya yang cukup banyak untuk sektor pertanian bawang merah dan keuntungan yang didapatkan petani tersebut menjadi tidak seimbang.

“Dulu penggunaan pestisida ini mampu menghabiskan biaya sebanyak sepuluh juta rupiah dalam satu hektarnya. Tetapi setelah memanfaatkan penyinaran lampu untuk pengusir hama, biaya yang dikeluarkan dalam waktu sebulan hanya sebanyak dua juta pada satu hektar. Artinya dengan pemanfaatan listrik kami telah berhemat delapan juta rupiah,” jelas Imam.

Bukan hanya berbicara tentang uang, dampak lain dari fungsi pestisida yang digunakan secara berlebihan juga tidak baik dalam jangka panjang. Selain itu, penggunaan pestisida yang berlebihan juga tidak ramah pada lingkungan. Hal itu bisa menyebabkan terjadinya ledakan terhadap hama sekunder. Sehingga juga akan berdampak negatif bagi lingkungan dan bisa mengganggu ekosistem pada sekitar lokasi pertanian.

“Dengan pemanfaatan lampu dan juga listrik dari perusahaan listrik negara (PLN) ini tentunya konsep pertanian bisa beralih  menjadi lebih ramah terhadap lingkungan,”ujar Imam.

Sementara itu, Awaluddin Hafid selaku General Manager Perusahaan Listrik Negara UIW Sulselrabar, menjelaskan kepada terkini.id bahwa dengan melalui program Electrifying Agriculture, Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan terus mendorong program – program elektrifikasi yang dinilai mampu meningkatkan hasil produktifitas terutama pada sektor pertanian.

“Semangat perubahan ini kami mengacu kepada motto PLN, yaitu bahwa penggunaan listrik harus bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan produktifitas yang membawa dampak baik bagi masyarakat, serta mendukung lingkungan yang lebih ramah,”tutup Awal.

“Melalui program Electrifying Agriculture, PLN bisa beroperasi lebih efisien, efektif, dan tepat sasaran untuk meningkatkan perekonomian negeri, terutama pada sektor pertanian,”

PLN akan memberikan pelayanan listrik untuk semua pelaku usaha terutama pada sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan juga peternakan pada beberapa wilayah yang ada di Indonesia. Dari program inilah, PLN sekaligus mengungkapkan keberhasilannya dalam memaksimalkan peningkatan produktivitas sektor pertanian dan peningkatan efisiensi para pelaku usaha tani. Tujuannya agar daya saing industri dan ketahanan pangan nasional terus meningkat.

  • Bagikan