Mediatani – Dilansir Jumat (5/2/2021) dari situs berita Goriau.com, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Kabupaten Pelalawan, Mazlun berjanji akan kembali mengaktifkan Rumah Potong Hewan (RPH) dan Pasar Ternak Kemang.
“Selama ini juga aktif, tapi kurang optimal,” ujar dia saat dikonfirmasi GoRiau.com, Rabu (3/2/2021) dikutip Jumat (5/2/2021).
Mazlun berjanji bakal segera mengaktifkan dan membuatnya lebih optimal dalam pemanfaatan RPH dan Pasar Ternak Kemang.
“Tahun ini kita sudah mulai. Kedepan, rencana akan ditata lagi agar lebih baik,” ucapnya.
Sebelumnya Wakil Ketua DPRD Pelalawan, H Syafrizal SE mengutarakan bahwa pihaknya mendesak dinas terkait agar mengaktifkan kembali RPH dan Pasar Ternak yang berlokasi di Jalan Lintas Timur (Jalintim) Desa Kemang, Kecamatan Pangkalan Kuras.
“Saya harap ada perubahan baru, karena di sana tak ada aktivitas sama sekali sejak banjir 2019 lalu, hingga sekarang ini,” ungkap dia usai meninjau RPH dan Pasar Ternak Kemang didampingi anggota DPRD Pelalawan, Carles, SSos, Selasa (2/2/2021), dikutip dari situs yang sama Jumat (5/2/2021).
Dia meminta dinas terkait agar kembali mengaktifkan RPH dan Pasar Ternak Kemang.
“Saya minta agar RPH dan Pasar Ternak Kemang ini difungsikan lagi. Karena memang sudah ada berapa tahun ini tak ada pemotongan,” ungkap politisi PDIP ini.
Menurut dia, ada kerugian yang terjadi jika RPH dan Pasar Ternak Kemang tidak diaktifkan kembali.
Salah satu di antaranya ialah akan kehilangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bisa didapat dari kegiatan RPH dan Pasar Ternak Kemang.
“Dengan aset yang lengkap di sana itu agar dimanfaatkan, karena di situ sumber PAD, ada jasa pemotongan, jasa penitipan dan jual beli ternak. Kan retribusinya ada,” kata Syafrizal.
Disisi lain, lanjut Syafrizal, pemerintah rutin menganggarkan gaji untuk petugas.
Jika RPH dan Pasar Ternak Kemang tidak diaktifkan lagi, maka disarankannya agar sebaiknya ditutup.
“Ke depan sepertinya juga tidak ada kegiatan pemotongan di sana. Sementara negara membayar gaji petugas, tapi kegiatan tidak ada. Tak mungkin negara membayar terus,” pungkasnya.
Sementara itu, beralih ke berita yang lain, pengadaan ternak di Sumbawa melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan (Disnakeswan) Sumbawa diketahui nilainya cukup besar.
Dikutip Sabtu (6/2/2021) dari Suara NTB, bahwa tercatat berjumlah sekitar Rp 11 Miliar lebih untuk sejumlah item ternak.
Dengan mencegah kegagalan seperti pada tahun lalu, rencana pengadaan 2021 diklaim harus terencana secara baik.
Masih dari sumber yang sama, disadur Sabtu (6/2/2021) Kepala Bappeda Sumbawa, Ir. H. Junaidi M.Si, saat dihubungi Suara NTB, Senin, 1 Februari 2021 menyebut, total nilai pengadaan ternak melalui Disnakeswan tahun ini sebesar Rp. 11,3 Miliar yang mana terdiri dari sapi, kambing, ayam dan kerbau.
Pihaknya berharap agar rencana pengadaan ternak yang diprogramkan oleh pemerintah pada tahun anggaran 2021 ini bisa diselenggarakan dengan baik.
Jangan sampai terjadi lagi kegagalan seperti tahun lalu.
“Tentu dinas teknis dalam hal ini Disnakeswan bisa melakukan evaluasi kegiatan tahun sebelumnya (2020). Terkait permasalahan yang menyebabkan tak terealisasinya pengadaan sesuai rencana,” kata dia.
Diharapkannya, terbangun strategi yang bisa mengantisipasi semua kemungkinan secara baik.
Pelaksanaannya pun terencana dengan mempertimbangkan alokasi waktu serta proses pengadaan.
Dengan demikian target/sasaran masyarakat tani yang direncanakan sebagai penerima manfaat juga dapat terpenuhi.
Sementara itu, Kepala Disnakeswan Sumbawa, H. Junaidi S.Pt, yang dikonfirmasi terkait hal ini mengatakan anggaran pengadaan ternak tahun ini dari pokir anggota DPRD Sumbawa.
Untuk nilai pengadaannya, Rp10,5 Miliar. Jika ditambah biaya operasional maka anggarannya sekitar Rp. 11 Miliar seperti yang disebutkan Bappeda.
“Ini lagi kami verifikasi. Kami juga terus berkoordinasi agar tender pengadaan ternak ini bisa diupayakan pada Maret ini,” ucapnya.
Item pengadaan di antaranya terdiri atas sapi bali bibit betina 98-102 cm sejumlah 1232 ekor, sapi bali bibit betina 105 cm sejumlah 88 ekor, kambing bibit 55 cm sejumlah 377 ekor.
Sapi bali bibit jantan 98-102 cm sejumlah 41 ekor. Sapi Sumbawa bibit betina 107 cm sejumlah 23 ekor.
Kegagalan pengadaan ternak tahun lalu disebabkan oleh sejumlah faktor.
Seperti, harga penawaran yang sangat rendah.
Makanya pada tahun ini, sebelum ditentukan pemenang perlu dilakukan survei harga di lapangan.
“Siapapun pemenangnya, kita harapkan profesional dan punya modal. Karena pembelian ternak ini tak bisa dihutang. (*)