Gagal Panen, Belasan Hektare Lahan Pertanian Sukaresmi-Cianjur Amblas

  • Bagikan
Sumber foto: cianjurtoday.com

Mediatani – Fenomena tanah bergerak yang terjadi di Cianjur ini merusak areal persawahan. Tanah bergerak ini terjadi di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pergerakan tanah yang terjadi sejak Rabu (10 februari 2021) itu mengancam perkampungan penduduk. Selain itu, lahan pertanian juga terkena dampak dari pergeseran tanah tersebut.

Terdapat tiga belas hektar (Ha) lahan pertanian yang telah ditanami padi di Desa Rawabelut, Kecamatan Sukaresmi, Jawa Barat harus merasakan gagal panen pada musim tanam kali ini.

Sarip Hidayat selaku Kepala Desa Rawabelut menyampaikan bahwa sebagian besar area persawahan yang berada disekitar wilayah tersebut mengalami pergerakan tanah. Sehingga para petani yang lahannya rusak akibat pergeseran tanah ini mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah.

Informasi hingga saat ini, kedalaman tanah yang amblas terus bertambah. Hingga saat ini tercatat kedalamannya mencapai tiga meter melanda perkampungan dan persawahan.

“Sejak dua bulan yang lalu kami sudah menanam disebagian besar lahan, namun tiba – tiba ada fenomena pergeseran tanah, sehingga dapat dipastikan seluruh lahan pertanian mengalami gagal panen. Seharusnya panen kali ini bisa menghasilkan belasan ton padi,” kata Sarip, di Cianjur, Rabu (10/2).

Sarip juga menuturkan, lahan pertanian di wilayah tersebut terus berkurang karena pada 2017, pergerakan tanah yang menyebabkan delapan hektar sawah milik warga Kampung Cipari, amblas. Area persawahan tersebut, terletak di lereng bukit yang berselahan dengan perkampungan, Oleh karenanya menurut Sarip rawan terjadi pergerakan tanah dengan kedalaman mencapai tiga meter di masing-masing bidang sawah.

“Untuk mengairi area persawahan, kami hanya mengandalkan air tadah hujan, sehingga cukup sulit untuk beralih dari menanam padi ke palawija,” katanya.

Sementara itu, Herman Suherman selaku Bupati Cianjur mengatakan bahwa pihaknya telah menugaskan Kepala Dinas Pertanian, untuk meninjau langsung ke lokasi dan memberikan bantuan untuk petani. Herman mengatakan bahwa pihaknya juga akan melakukan berbagai upaya bersama dinas terkait agar pergerakan tanah tidak meluas.

“Tim dari dinas pertanian dan dinas terkait lainnya, tengah mendata apa saja yang dibutuhkan saat ini, termasuk mencari solusi agar pergerakan tanah tidak meluas,” ujar Herman

Pergeseran tanah yang terjadi di Sukaresmi, Cianjur ini memang bukan yang pertama kalinya. Pergeseran tanah juga pernah terjadi pada tahun 2020 yang lalu. Salah satu warga bernama Irfan menuturkan bahwa pergerakan tanah pertama kali diketahui seorang petani setempat yang tengah bekerja di sawah.

“Saat itu, ada petani yang melihat pematang sawahnya bergeser dengan garis memanjang, Kejadiannya sekitar jam 10 pagi”, ungkapnya.

Kemudian saksi melaporkan kondisi tersebut kepada retana (relawan tanggap bencana) setempat. Setelah meninjau di lokasi, retana lalu meneruskan laporannya ke BPBD. Keesokan harinya, personel BPBD bersama perangkat desa dan aparat kepolisian dan TNI meninjau lokasi untuk melakukan asesmen.

Ditemukan dua retakan yang berada di sawah dari hasil assesmen. Lebar atau celah retakannya variatif antara 35-50 centimeter. Sedangkan kedalamannya antara 2 meter hingga 2,5 meter. Disebutkan juga lokasi retakan berada di areal pesawahan yang posisinya di tebing berjarak 50 meter di atas perkampungan penduduk.

“Personel akan kita siagakan 24 jam, karena adanya laporan saat ini ada retakan baru. Mereka akan piket untuk memantau aktivitas warga yang terdampak, namun dipastikan tidak ada korban jiwa dan luka serta kerusakan rumah penduduk. Nihil. Namun, areal persawahan yang baru tanam terpaksa airnya dikosongkan untuk mengurangi beban tanah,” ungkap Irfan.

  • Bagikan