Mediatani – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memperkirakan ekspor minyak sawit Indonesia bakal meningkat di tahun 2021 baik volume maupun nilainya.
GAPKI sendiri memproyeksikan bahwa ekspor meningkat sebesar 37,5 juta ton dari ekspor tahun lalu yang sebesar 34 juta ton.
“Kita pula berharap ekspor meningkat itu pun sangat tergantung vaksin apakah bisa mengcover sebagian besar wilayah di dunia. Kalau vaksinasi dapat cepat selesai mungkin pasar akan lebih recovery dan demand segera pulih,” ujar Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono di Jakarta, Jumat (5/2/2021) dikutip Senin (8/2/2021) dari situs berita kabarbisnis.com.
Meskipun begitu, lanjut dia, ada beberapa tantangan ekspor minyak sawit ke depan.
“Faktor yang diperkirakan mengganggu permintaan di antaranya ialah berjangkit kembalinya Covid-19 di China maupun negara lain,” ungkap Joko.
Selan itu, kata Joko, bahwa berjangkitnya African Swine Fever yang mengganggu permintaan oilseed dan oilmeal yang pada akhirnya akan mengganggu permintaan minyak nabati termasuk minyak sawit.
“Mungkin ekspor sawit tak setinggi tahun-tahun sebelumnya, tapi minimal mengalami peningkatan sebagaimana tahun lalu,” ungkap Joko.
Menurut Joko, permintaan minyak nabati dunia bakal sangat tergantung dari keberhasilan vaksin Covid-19.
“Keberhasilan program vaksin akan meningkatkan aktivitas ekonomi sehingga akan meningkatkan konsumsi minyak nabati termasuk minyak sawit. Selain itu juga, banyak negara yang karena alasan ekonomi terpaksa lebih terbuka,” terang Joko.
Dia menambahkan bahwa tahun ini, pengaruh pandemi Covid-19 diperkirakan belum berakhir.
“Produksi minyak sawit Indonesia 2021 akan naik secara signifikan dikarenakan pemeliharaan kebun yang lebih baik, cuaca yang mendukung dan harga yang menarik, sehingga diperkirakan mencapai 49 juta ton untuk CPO dan 4,65 juta ton untuk PKO,” papar Joko.
Sementara itu, dengan adanya komitmen pemerintah untuk melanjutkan program B30, maka konsumsi biodiesel diperkirakan meningkat sebesar 9,2 juta kilo liter (KL) yang setara dengan 8 juta ton minyak sawit.
Penggunaan sawit guna oleokimia di tahun 2021 diperkirakan pula naik sekitar 2 juta ton untuk domestik dan sekitar 4,5 juta ton untuk ekspor.
Panen Hasil Replanting Lebih Awal, Sumatera Selatan Dapatkan Produksi Sawit Maksimal
Replanting kebun sawit atau proses peremajaan/penanaman kembali kebun sawit adalah kegiatan yang rutin dilakukan sekali selama beberapa tahun tergantung dengan kondisi tiap kebun sawit.
Usaha ini dilakukan untuk meningkatkan jumlah produksi karena jika umur pohon sawit sudah tua maka akan mempengaruhi jumlah produksi dan panen semakin sulit dilakukan karena ukuran pohon yang semakin tinggi.
Pentingnya replanting ini membuat Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) melakukan pendanaan terharap Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
Program ini telah dilaksanakan sejak tahun 2016 hingga saat ini. Program replanting menargetkan seluruh perkebunan sawit rakyat yang ada di 26 provinsi di Indonesia yaitu seluas 2,5 juta hektare.
Kebun sawit rakyat yang direplanting telah menunjukkan hasilnya pada tahun kelima pelaksanaan program ini.
Salah satu hasilnya dapat dilihat pada kegiatan panen sawit yang dilaksanakan oleh petani di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan.
Total produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang didapatkan sebanyak 1.000 ton di atas lahan seluas 1.843 hektare.
Melihat hasil replanting ini, Presiden Joko Widodo akan dijadwalkan untuk meresmikan panen perdana Peremajaan Sawit Rakyat.
Selain itu, Presiden juga akan sekaligus meresmikan hirilisasi minyak kelapa sawit yang nantinya menjadi bahan bakar nabati bensin sawit dari lahan PSR yang dilakukan oleh pekebun rakyat di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatra Selatan. (*)