Pemuda berusia 28 tahun itu menuturkan, perangkat yang mereka kembangkan dengan teknologi IoT (Internet of Things) itu terintegrasi dengan aplikasi Habibi Garden, di mana petani bisa mendapatkan informasi tentang berbagai hal seputar kondisi kebun. Ia pun menjelaskan cara kerjanya.
“Alat ini ditancapkan di perkebunan, nanti ada 6 parameter yang bisa diketahui, mulai dari pH tanah, nutrisi, kelembaban tanah, hingga kondisi lingkungan udara seperti apa, apakah ideal dengan tanamannya. Kemudian alat itu akan mengirimkan report ke aplikasi Habibi Garden. Jadi, petani dengan ponselnya bisa tahu kondisi kebunnya butuh pupuk atau air,” jelasnya.
Sensor itu memang membutuhkan jaringan internet untuk terhubung dengan aplikasi, tapi Irsan mengungkapkan ada kemampuan mengirim data secara offline dari alat itu dengan radius 5 kilometer.
Dan untuk mengatasi jaringan internet yang terkadang masih sulit di didapatkan di kawasan pertanian yang jauh dari kota, Habibi Garden bekerja sama dengan Telkomsel selaku penyedia jaringan telekomunikasi yang diyakini sudah menjangkau berbagai pelosok daerah.
“Ke depannya kita mau produksi massal, untuk saat ini kita mau cetak 5000 device yang akan disebarkan di Jawa dan Lampung. Kita jalan proyek sama Telkomsel untuk 4,5 hektar di Lampung dan 4,5 hektar di Garut, menanam cabe dan kentang. Dan untuk proyek ini ada 600 unit alat,” katanya.
Diawali dengan hanya dua orang saja pada Mei 2016 lalu, Habibi Garden kini beranggotakan tujuh orang untuk mengembangkan aplikasinya. Saat ini, dari sisi peranti keras, Irsan mengaku pengembangan Habibi Sensor sudah mencapai tahap ke-3, di mana mereka mengembangkan desain alatnya dengan lebih profesional dan juga menambahkan sensor baru seperti sensor pH tanah.