Mediatani – Pakan merupakan salah satu komponen penting yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya perikanan. Pasalnya, organisme yang dibudidaya membutuhkan kandungan gizi dari pakan untuk tumbuh dan bertahan hidup. Seiring berkembangnya pengetahuan, berbagai kalangan baik peneliti maupun pembudidaya itu sendiri mulai melakukan inovasi dalam membuat pakan yang lebih efektif dan efisien bagi organisme budidaya.
Seperti yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat di Desa Tanon, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri yang memberikan tambahan bahan herbal dalam metode pemberian makan untuk ikan lele yang mereka budidayakan. Dengan formula tersebut, proses pertumbuhan ikan menjadi lebih cepat tingkat kematian ikan mampu diminimalisir, sehingga hasil panen yang didapat lebih banyak.
Dilansir dari BeritaJatim, Kamis, (4/2/2021), formula tersebut menggunakan campuran rempah-rempah alami yang tumbuh di sekitar lingkungan warga. Paling sedikit, ada 12 jenis tanaman herbal yang dicampur menjadi satu dan dipadukan dengan pakan pelet buatan pabrikan.
Ketua Kelompok Budidaya Ikan Lele Mina Tanon, Agus mengaku, pembuatan formula sebagai menu makanan tambahan tersebut dilatarbelakangi dari seringnya warga mengalami kerugian akibat gagala dalam membudidaya ikan. Selain karena tingkat kematian tinggi, panen ikan yang dihasilkan tidak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan. Apalagi ketika harga pakan sedang mahal.
Agus mengatakan atas dasar itulah dia bersama warga pembudidaya mencoba meramu bahan-bahan herbal dengan berbagai khasiat dan memadukannya dengan pakan pelet pabrikan. Hal tersebut dilakukan dengan mempelajari berbagai referensi, termasuk dari sebuah penelitian yang dilakukan ITB.
Ramuan herbal tersebut kemudian melalui berbagai tahapan uji coba untuk dapat mengetahui komposisi maupun takaran penggunaannya yang pas. Sebelumnya, lanjut Agus, warga memang sudah menggunakan formula serupa yang berasal dari produk orang lain.
“Hingga akhirnya, karena satu dua hal, kami memutuskan untuk menciptakannya sendiri,” ungkapnya.
Berkat sistem budidaya ikan lele dengan menu makanan tambahan herbal ini, salah satu warga asal Mojokerto yang tergabung dalam Kelompok Budidaya Ikan ‘Mina Tanon’ berhasil menuai hasil yang menggembirakan. Ia mengaku telah mengaplikasikan formula tersebut selama satu tahun terakhir ini.
Menggunakan pakan alternatif
Pria yang akrab dipanggil Gus Hanafi itu awalnya tidak begitu tertarik untuk fokus memelihara lele. Namun, karena pakan yang dibelinya menggunakan modal utang yang banyak, ia akhirnya memutuskan untuk menggunakan pakan alternatif dari pelet yang dibuat sendiri. Sayangnya, hasil yang didapat kurang memuaskan karena pelet buatannya tidak mengapung dan membuat kolam menjadi keruh.
Tidak menyerah begitu saja, Gus Hanafi kemudian menggunakan pakan alternatif lain berupa kepala udang yang didatangkannya dari Lamongan. Menurutnya, saat itu harga kepala udang jauh lebih murah yaitu hanya Rp 2 ribu per kilonya. Sementara pakan pelet seharga Rp 10 ribu per kilo.
Setelah mencobanya dalam sebulan, ternyata ikan lele tidak menunjukkan perkembangan sama sekali, justru menimbulkan bau yang menggangu masyarakat sekitar. Selain itu, juga sangat mengotori air kolam dan dipenuhi cangkang kepala udang.
Setelah menunggu selama tiga bulan, Gus Hanafi semakin pesimis karena belum melakukan panen. Hingga akhirnya dia dibantu oleh salah satunya Perangkat Desa Tanon Edi Prastowo yang dikenal sudah lama bergelut di dunia perikanan. Dia memiliki jaringan dengan sebuah distributor pakan ikan yang mau menjual pakannya dengan sistem pinjaman dan dibayar saat panen.
Penggunaan ramuan herbal
Disamping menggunakan pelet, teman sesama Kelompok Mina Tanon, menguji coba sebuah formula yang mampu membuat ikan makan dengan lahap. Gus Hanafi pun mencoba mengaplikasikan formula herbal tersebut pada ikannya yang belum bisa dipanennya.
“Akhirnya saya coba pakai dengan campuran formula itu. Saya beri makan dengan jumlah porsi yang agak banyak. Ternyata 6 minggu sudah bisa langsung panen,” ucap Gus Hanafi dengan senang.
Menurutnya, formula tersebut memiliki khasiat untuk meningkatkan nafsu makan ikan lele, sehingga ikan menjadi berkembang lebih pesat. Selain itu, formula ini juga berkhasiat untuk meningkatkan imunitas dan daya tahan tubuh ikan, sehingga tidak gampang terserang penyakit kematian ikan dapat diminimalisir.
Setelah merasakan hasilnya, Gus Hanafi pun mencoba untuk membudidayakan kembali dengan tambahan formula tersebut. Alhasil, belum dua bulan, ikan lele yang populasinya sebanyak 6 ribu itu sudah bisa dipanen dan menghasilkan hingga 5 kwintal. Dari hasil perhitungannya, dirinya mendapat keuntungan sebesar Rp 2 juta.
Hanya dalam kurun waktu satu tahun, Gus Hanafi sudah berhasil menambah kolamnya menjadi tujuh unit dengan total populasi sebanyak 30 ribu ekor. Biaya pembuatan kolam tersebut berasal dari keuntungan yang sebelumnya didapat. Gus Hanafi juga telah berencana untuk mengaplikasikan formula herbal tersebut pada ikan gurami.
Edi Prastowo atau yang karib disapa Mbah Bayan ini adalah orang yang turut memiliki andil besar terhadap keberhasilan masyarakat Desa Tanon. Selain mendorong terbentuknya kelompok Mina Tanon, juga kerap membantu dalam memasarkan produk ikan lele masyarakat.
Ia mengaku bersyukur karena sudah semakin banyak warga yang menekuni budidaya ikan lele dan telah mencapai 30 orang yang tergabung sebagai anggota Kelompok Mina Tanon.
“Artinya perjuangan kami dahulu, memberi pemahaman warga agar bisa meningkatkan taraf ekonominya dari budidaya ikan lele sudah bisa dinikmati hasilnya,” jelas Edi.
Kini para pembudidaya di Desa Tanon bisa tetap berdaya berkat usaha budidaya lele, meskipun saat ini sedang terjadi krisis ekonomi akibat dampak pandemi. Kemandirian ini tidak lepas dari peran Pemerintah Desa Tanon melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang sejak awal membantu urusan permodalan petani dengan menyediakan pakan ikan pabrikan kemudian dijual kepada petani yang modalnya kecil. BUMDes ini pulayang berperan sebagai produsen formula menu makanan tambahan tersebut.
Edi menjelaskan, untuk satu formula dengan kemasan botol bekas air mineral ukuran 1.500 mililiter (ml), paling sedikit membuthkan biaya Rp 22.500. Produk tersebut kemudidan dijual kepada pembudidaya seharga Rp 30 ribu. Selisi harga tersebut masing-masing Rp 2.500 untuk tenaga produksi dan untuk kas LAZIZNU Rp 5 ribu.