Gunakan Kolam Tanah, Ikan Gabus yang Dibudidaya Warga Sleman Ini Berkembang Cepat

  • Bagikan
Budidaya ikan gabus di kolam tanah. (Sumber: Cendana)

Mediatani – Selain dikenal sebagai ikan air tawar asli Indonesia yang mudah beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan, ikan gabus selama ini juga dikenal kaya akan kandungan protein serta zat albumin yang sangat diperlukan tubuh manusia khususnya dalam proses penyembuhan luka-luka.

Tak heran banyak masyarakat yang kerap memanfaatkan daging ikan gabus sebagai makanan konsumsi tambahan, misalnya bagi ibu yang baru melahirkan, orang yang baru saja menjalani operasi, dan lain-lain. Hal inilah yang membuat nilai jual ikan gabus di pasaran menjadi sangat tinggi.

Sayangnya, meski memiliki nilai jual tinggi hingga mencapai Rp75 ribu per kilogram, sampai saat ini mayoritas suplai ikan gabus konsumsi masih sangat mengandalkan hasil panen dari tangkapan alam.

Proses budidaya yang dilakukan selama ini juga masih sebatas pada pembesaran anakan ikan gabus yang ditangkap langsung dari sungai, danau atau area persawahan.

Melihat hal tersebut, Darto (40) seorang warga di lereng Gunung Merapi, Sleman, berinisiatif membudidayakan ikan gabus atau yang biasa juga disebut ikan Kutok ini, dengan konsep kolam yang alami atau sesuai habitat aslinya.

Di sebuah kolam tanah yang berukuran sekitar 3 x 5 meter, ia banyak memelihara indukan ikan gabus hasil tangkapan dari para pemancing.

Ia kemudian memelihara ikan tersebut dengan menambahkan beberapa tanaman air yang dapat dijadikannya tempat persembunyian dan sarang ikan.

“Ikan gabus ini suka dengan tempat yang agak berlumpur serta dipenuhi dengan tanaman air liar. Biasanya ikan ini akan membuat lubang sarang di lokasi seperti itu. Karenanya saya sengaja membuat kolam ini mirip seperti kondisi aslinya,” kata Darto, dikutip dari Cendananews, Minggu (22/8/2021).

Terkait pemberian pakan, Darto mengaku ikan gabus peliharaannya itu biasa diberi pakan alami seperti jangkrik, ulat atau ikan kecil. Pakan alami yang berprotein tinggi itu biasanya diberikan setiap dua hari sekali.

Untuk ikan gabus hasil tangkapan yang telah berukuran dewasa, pakan buatan seperti pelet sudah tidak cocok diberikan. Hal itu disebabkan karena mereka telah terbiasa dengan pakan alami sejak masih anakan.

“Berbeda dengan ikan gabus yang dipelihara di kolam sejak masih kecil dan sudah biasa dilatih makan pelet,” jelasnya.

Meski masih dalam tahap percobaan, Darto mengatakan dengan sistem budidaya yang dilakukan secara natural seperti pada kondisi aslinya ini, dinilainya bisa membuat ikan gabus berkembang lebih cepat dan tidak mudah terserang penyakit, seperti ketika dipelihara di kolam beton atau akuarium.

Meski belum mampu untuk memproduksi anakan, namun ia mengaku yakin sistem tersebut akan mampu memberikan manfaat dalam pemeliharaan dan pembenihan ikan gabus.

Sementara itu, Dani (45), warga Gamping, Sleman, juga mengaku tertarik menerapkan sistem kolam tanah alami ini untuk membudidayakan ikan gabus. Pasalnya, selama ini ia membutuhakan waktu yang lama untuk membesarkan anakan ikan gabusnya dalam akuarium.

“Karena hanya memanfaatkan akuarium, pertumbuhannya jadi agak lambat. Tidak secepat jika menggunakan kolam tanah seperti habitat aslinya seperti ini,” ungkapnya.

  • Bagikan