Mediatani – Menjelang bulan suci Ramadan, nampaknya telah menjadi tren harga ternak mulai meningkat. Kenaikan harga ini diprediksi akan tetap terjadi sampai dengan Hari Raya Idul Adha.
“Bagi sebagian peternak, menjelang puasa (Ramadan) sampai Idul Adha ialah waktu untuk menjual ternak, terutama sapi potong. Waktu-waktu seperti ini harganya memang naik, baru turun setelah Idul Adha,” ujar salah satu peternak sapi potong yang menjual ternaknya di Pasar Ternak Jrebeng Kidul, Kecamatan Wonoasih, Muhammad, Sabtu (13/3) yang dikutip mediatani.co dari situs radarbromo.jawapos.com.
Muhammad menuturkan bahwa menjelang Ramadan, sudah banyak pedagang dari Jakarta dan Jawa Barat yang mulai mencari sapi untuk dipasarkan saat Idul Adha. Sehingga, peternak berani menaikkan harga.
“Tapi, kenaikan menjelang puasa seperti ini masih kecil. Rata-rata, peternak masih menaikkan Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta per ekor daripada harga biasanya. Terutama untuk ternak yang usianya siap potong. Kalau harga sapi yang masih anakan biasanya tidak naik. Anakan sapi memang untuk dibesarkan bukan untuk tujuan dipotong dan dikonsumsi,” jelas dia.
Muhammad juga mengungkapkan bahwa semakin dekat dengan Idul Adha, maka kenaikan harga jual sapi potong pun menjadi lebih tinggi. Sehingga, pedagang ternak dari luar daerah banyak yang membeli sebelum Ramadan.
Hal senada diungkapkan Indra (45) seorang warga Kelurahan Kebonsari Kulon, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo. Dirinya mengaku datang ke Pasar Ternak Jrebeng Kidul, untuk membeli ternak untuk dibesarkan.
“Saya masih cari yang anakan, usia di bawah 1 tahun, harganya masih tetap. Tapi kalau yang sudah usia siap dipotong, saya tanya sudah naik. Naiknya Rp 1 juta per ekor,” akunya.
Indra menyadari ini saat menanyakan harga sapi kepada salah satu kenalannya yang bersapi Madura. Menurutnya, dua pekan lalu harganya masih Rp 15 juta, tetapi kemarin sudah ditawarkan Rp 16 juta.
Dinas Peternakan Upayakan Tambah TPS Ber-NKV
Sementara itu di berita yang lain, Unit usaha produk hewan dan tempat penampungan susu (TPS) yang mengantongi sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) di Kabupaten Probolinggo, tercatat masih minim.
Mengetahui halitu, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Probolinggo kini terus berusaha untuk menambahnya. Terutama, terhadap TPS.
Kasi Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) DPKH Kabupaten Probolinggo Nikolas Nuryulianto menuturkan, sejauh ini dari 13 TPS, ada 4 TPS yang sudah tersertifikasi NKV. Sementara itu, unit usaha produk hewan ada 2 unit dan satu yang belum.
“Ada 9 TPS yang belum ter-NKV. Kami upayakan tahun ini ada 2-4 TPS yang ber-NKV. Namun sejak 2017 lalu, sampai tahun 2020 telah memiliki 10 unit usaha yang ber-NKV. Unit usahanya seperti pengemasan telur, TPS, dan gudang pendingan,” ujar dia.
Beberapa waktu lalu, Nikolas juga mengungkapkan, pihaknya pun telah melakukan pengawasan dan pembinaan NKV. Hal itu dilakukan di dua unit usaha. Yakni, usaha gudang pendingin di Kecamatan Gending dan unit usaha pengolahan produk hewan di Pajarakan.
“Audit yang dilakukan sesuai Permentan 11/2020 tentang Sertifikasi NKV Unit Usaha Produk Hewan,” jelasnya.
Dari audit yang dilakukan, di unit pengolahan hewan di Pajarakan, ditemukan masih harus melengkapi lembar kelayakan dasar dan perlu memperbaiki sarana dan prasarananya. Serta, memperhatikan hiegine sanitasi sesuai dengan yang diamanahkan Permentan 11/2020.
“Kami berharap setiap unit usaha yang bergerak di bidang produk hewan maupun olahan produk hewan sebaiknya ber-NKV. Semuanya untuk menjamin hiegine sanitasi produk hewan atau olahan produk hewan sesuai peraturan,” jelas dia. (*)