Mediatani – Tantangan yang saat ini dihadapi dalam aktivitas budidaya petanian adalah keterbatasan sumberdaya alam, modal, dan pengetahuan terhadap teknologi. Tak hanya itu, faktor lahan yang semakin lama semakin menurun karena alih fungsi lahan produktif menjadi pemukiman juga menjadi tantangan tersendiri untuk dapat mengoptimalkan kondisi yang ada. Oleh karena itu, Indonesia perlu menerapkan sistem pertanian yang optimal dengan produksi yang maksimal.
Sekadar tambahan informasi, bahwa sistem pertanian presisi ini adalah sistem pertanian yang dinilai mampu mengoptimalkan penggunaan sumberdaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan juga mengurangi dampak terhadap lingkungan. Konsep yang diperhatikan diantaranya dengan pendekatan sistem yang memperhatikan Input, Proses, Outputnya.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Diklat Agrinas Cisaat Bekasi baru – baru ini telah melakukan kegiatan panen padi perdana di lahannya pada Jumat (12 Februari 2021). Pada lahan dengan luas area lima hektar (Ha) ini menerapkan sistem pertanian presisi (precision agriculture) terhadap sejumlah komoditas pangan, hortikultura dan buah – buahan.
Sistem pertanian presisi ini telah mendapat dukungan yaitu dari Prabowo Subianto selaku Menteri Pertahanan Republik Indonesia. Prabowo berharap dengan adanya uji coba ini, publik mampu melihat adanya upaya untuk meningkatkan produktivitas pangan dengan bantuan teknologi pertanian presisi agar kelak kedepannya bisa diterapkan pada lahan yang lebih luas sebagai wujud ketahanan pangan nasional.
“Kami harapkan dengan uji coba ini publik bisa melihat upaya peningkatan produktivitas pangan dengan teknologi pertanian presisi untuk kelak bisa diterapkan di lahan yang lebih luas dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional,” kata Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto dalam keterangannya, Jumat (12/2/2021).
Dengan menempati petak yang luasnya sekitar tiga ribu meter persegi, lahan uji coba ini ditanami padi dengan varites Inpago 10 kali. Pola tanam padi dengan model pertanian presisi ini memungkinkan jarak tanam menjadi lebih padat sekitar 5 x 5 cm. Berbeda jika menggunakan teknik cocok tanam konvensional yang capaiannya yaitu 30 x 40 cm. Gabah kering panen memungkinkan berlipat ganda jumlahnya jika populasi batang padi lebih padat di areal tanam dengan penerapan sistem pertanian presisi yaitu pemasangan pipa – pipa kecil pengantar pupuk dan air (fertigation system pipe).
Mayor Jenderal Dadang Hendrayudha selaku Direktur Jenderal Potensi Pertahanan yang juga hadir pada kegiatan panen perdana yang berlangsung di Cisaat itu menyampaikan tentang prediksinya terhadap panen perdana lahan padi ini. Diharapkan bisa mencapai sekitar 3 hingga 4 kali lipat dari pada pola cocok tanam konvensional. Teknologi pertanian presisi ini dinilai sangat cocok untuk meningkatkan produktivitas pangan nasional.
PT Buwana Selaras Invesment (BSI) selaku pihak pelaksana penanaman pola pertanian presisi ini akan melakukan tindak lanjut terhadap proses penelitian terhadap kualitas dan kuantitas dari gabah kering yang sudah dipanen dari hasil varietas Inpago 10. Hal ini dilakukan untuk kepentingan ujicoba dan penelitian malai bulir padi.
Merespon hal itu, Widjajanto selaku perwakilan dari tim konsultan penerapan pertanian presisi dari Prancis, Lead Tech International (LTI) menyampaikan bahwa setelah dilakukannya panen perdana kali ini, selanjutnya segera mungkin kami akan lakukan uji coba penanaman terhadap jenis varietas lain. Hal itu dimaksudkan agar terciptanya hasil terbaik dari segi kualitas dan juga kuantitas gabah kering panen.
Prabowo Subianto selaku Menteri Pertahanan Republik Indonesia mengadopsi teknologi pertanian presisi ini dari sistem yang sudah diterapkan oleh beberapa negara di Asia, Afrika dan Timur Tengah. Keberhasilan pertanian presisi ini diantaranya berkat penggunaan sejumlah pipa khusus (dripping lines), dan diikuti dengan pemasangan sensor, dan penyediaan ruang kontrol (control room),” tambah Widjajanto.