Mediatani – Rencana Pemerintah Australia untuk menggunakan racun bromadiolon untuk mengatasi wabah tikus yang melanda New South Wales (NSW) dikhawatiran akan berdampak pada spesies lain dalam rantai makanan.
Dilansir dari SariAgri, timbulnya kekhawatiran tersebut dilatarbelakangi oleh adanya puluhan tikus yang ditemukan di dalam perut ikan Kod murray yang hidup diperairan NSW.
Setelah mengalami kekeringan bertahun-tahun lamanya, Aaron Graham akhirnya merasa gembira melihat Sungai Macquarie yang kembali terisi dengan air yang jernih.
Hal itu membuat ikan Kod murray kembali banyak bermunculan dan terlihat lebih gemuk. Namun, ia tak menyangka bahwa besarnya ikan Kod tersebut disebabkan karena mereka melahap banyak tikus.
Dubbo dan daerah sekitarnya merupakan wilayah yang terkena wabah tikus paling parah, dan ikan-ikan yang berada di sungai memakan ribuan tikus yang mencoba berenang menyeberanginya.
“Kami telah melihat tikus diangkat dari atas air, ”ungkap Graham, seperti dikutip dari The Guardian.
Banyaknya tikus yang terdapat di wilayah tersebut membuat ikan-ikan Kod menjadi sangat sehat dan gemuk. Ia memperkirakan ada sekitar 90% dari ikan yang ditangkapnya itu telah memakan tikus.
“Saya telah melihat hingga 10 tikus keluar dari ikan Kod ukuran 70 sentimeter dan 80 sentimeter. Saya pikir ini seperti cara ikan Kod pulih dari semua hal buruk yang terjadi dalam 12 bulan terakhir,” sebut Graham.
Di internet telah beredar postingan foto dan video yang menampilkan ikan Kod di sungai Murray Darling Basin. Di postingan tersebut tampak ikan Kod gemuk yang tenggorokannya dipenuhi dengan lusinan tikus.
Ikan-ikan Kod itu, lanjut Graham, menelan utuh tikus-tikus tersebut seperti perlahan-lahan larut, menimbulkan bau tidak sedap, bulu yang rontok, dan sudah tidak memiliki rambut dan ekor pada kakinya.
Ditemukannya pola makan yang baru pada ikan Kod ini telah membuat adanya perubahan tentang usulan penanganan wabah tikus oleh pemerintah NSW.
Pada bulan Mei kemarin, Menteri Pertanian NSW, Adam Marshall, telah menyatakan akan menyalurkan bantuan paket senilai $50 juta untuk untuk mengatasi wabah tikus di daerah tersebut hingga tikus-tikus tersebut benar-benar musnah.
Menteri juga telah mengumumkan sebanyak $1,8 juta dari dana ini akan digunakan untuk melakukan berbagai langkah biokontrol genetik, termasuk melepaskan tikus yang dimodifikasi ke alam liar.
Tikus tersebut nantinya akan menyebarkan gen mereka hingga mengubah seluruh populasi dan menyebabkan lahirnya lebih banyak tikus jantan daripada tikus betina, atau membuat semua tikus betina menjadi tidak subur.
Di samping melakukan langkah tersebut, solusi terkini yang dilakukan pemerintah untuk memerangi wabah tikus adalah dengan penggunaan racun, bromadiolon. Pihak berwenang telah mengajukan permohonan persetujuan untuk segera menggunakan racun di sepanjang batas tanaman.
Penggunaan anti-koagulan dalam skala luas di pertanian saat ini telah dilarang, alasannya karena risiko keracunan sekunder yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan umpan standar industri, seng fosfida.
“Zinc phosphid, racun apa pun di bangkai hilang dalam 24 jam dalam satu hari. Itu hanya berubah menjadi gas fosfin di dalam usus,” ungkap Xavier Martin, seorang petani gandum dari Mullaley, timur laut Dubbo dan Wakil Presiden Asosiasi Petani NSW.
Padahal, tambahnya, bromadiolone membutuh 100 sampai 200 hari lamanya untuk dapat melawan di usus. Karena itu, ia menganggap produk tersebut sangat berbeda.
Ancaman yang signifikan juga dikhawatirkan akan berdampak bagi hewan lain di ekosistem Australia karena peluang keracunan sekunder atau bahkan tersier ini. Mulai dari anjing ternak, babi, unggas, hingga burung elang dan burung hantu dikhawatirkan akan terkena dampaknya.