Peneliti Ungkap Cacing Super Pemakan Plastik Styrofoam, Solusikah?

  • Bagikan
Sumber: timesindonesia.co.id

Mediatani – Siapa sangka, plastik yang pada awalnya diciptakan untuk mengatasi permasalahan manusia, kini menimbulkan permasalahan lain. Pasalnya, segala lini kehidupan manusia saat ini tidak bisa terlepas dari penggunaan plastik, mulai untuk kebutuhan rumah tangga, pengemasan dan masih banyak lagi.

Salah satu bentuk plastik yang banyak digunakan adalah peralatan makan sekali pakai yang terbuat dari polistiren. Masalah yang ditimbulkan adalah sampah plastik jenis ini sangat susah untuk didaur ulang. Bahkan, tak jarang plastik ini juga dihanyutkan ke laut dan mengancam ekosistem laut.

Merespon hal tersebut, para ilmuwan di Universitas Queensland Australia belum lama ini menemukan bahwa superworm yang merupakan larva dari Kumbang Jerman atau Zophobas morio ternyata sangat senang memakan polistiren. Superworm memiliki enzim usus yang memiliki kemampuan mendaur ulang yang tinggi.

Menurut Chris Rinke, yang bertugas sebagai ketua dalam penelitian ini, waxworm kecil dan ulat hongkong (mealworm) memiliki rekam jejak yang baik dalam memakan plastik.

“Jadi kami berhipotesis, bahwa superworm yang jauh lebih besar dapat memakan plastik lebih banyak lagi,” kata Rinke dikutip dari Science Alert, pada Jumat (10/6/22).

Superworm atau ulat Jerman bisa tumbuh hingga lima sentimeter. Makhluk ini dibudidayakan sebagai sumber makanan untuk burung dan reptil. Bahkan di Thailand dan Meksiko, superworm ini dikonsumsi oleh warga.

Dalam studi di Microbial Genomics ini, selama periode tiga minggu, para peneliti memberi makan superworm dengan makanan yang berbeda. Superworm diberi makan busa polistiren atau yang kita kenal sebagai styrofoam, beberapa dedak, dan superworm lainnya tidak diberi makan.

Setelah melakukan penelitian, Rinke menjelaskan bahwa superworm yang mengonsumsi stryrofoam mampu bertahan hidup dan bahkan berat badannya bertambah. Hal ini bisa disimpulkan bahwa superworm mendapatkan energi dari mengonsumsi stryrofoam.

Meskipun superworm dapat bertahan hidup hingga menjadi kumbang dewasa dengan memakan stryrofoam saja, tetapi hal ini tentu tidak disarankan karena stryrofoam bukan makanan yang sehat. Superworm akan kehilangan keragaman mikroba dan patogen potensial yang ada di dalam usus mereka.

Langkah selanjutnya, para peneliti menggunakan teknik yang disebut metagenomics untuk menganalisis komunitas usus mikroba dan menemukan enzim pengkodean gen mana yang terlibat dalam mendegradasi plastik.

Salah satu cara untuk memanfaatkan temuan ini adalah dengan menyediakan superworm sisa makanan atau bioproduk pertanian untuk dikonsumsi bersama polistiren.

“Ini bisa menjadi cara untuk meningkatkan kesehatan ulat dan menangani limbah makanan dalam jumlah besar,” ungkap Rinke.

Para peneliti memiliki cara lain untuk mencari solusi dari permasalahan sampah ini. Mereka mencoba untuk meniru tingkah laku ulat ketika memakan plastik dan cara mereka mencerna melalui enzim.

Ketika telah menemukan enzim yang paling efisien, para peneliti akan meningkatkannya menjadi jauh lebih baik melalui rekayasa enzim. Produk pengurai itu nantinya bisa diberikan ke mikroba lain untuk membuat senyawa bernilai tinggi seperti bioplastik yang mampu menjadi pendaur ulang layak.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version