Mediatani – Neraca perdagangan Indonesia-Taiwan pada periode Januari—Agustus 2021 menunjukkan hasil positif bahkan mengalami surplus hingga sebesar USD 1,36 miliar.
Hasil menggembirakan ini dicatatkan masing-masing dari sektor nonmigas yang mengalami surplus sebesar USD 1 miliar dan sektor migas sebesar USD 363 juta.
Hal ini terungkap dalam kegiatan pelepasan ekspor perdana ikan kering yang dihadiri oleh Dirjen PEN Kementerian Perdagangan Didi Sumedi, Selasa (16/11)
Pelepasan ekspor ikan kering tersebut dilakukan secara hibrida ke Taiwan dengan volume sebesar dua ton atau senilai Rp 440 juta.
Acara pelepasan ekspor ini juga turut dihadiri oleh Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei, Taiwan, Budi Santoso; Direktur Direktur Pengembangan Produk Ekspor Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional Miftah Farid; serta Direktur PT Kartika Amanah Sejahtera Sri Hendarto.
Didi menyebutkan ekspor nonmigas yang dilakukan Indonesia ke Taiwan selama periode Januari – Agustus 2021 tersebut didominasi besi dan baja (HS 72) dengan nilai mencapai USD 1,5 miliar atau naik sebesar 136 persen (YoY).
Kemudian diikuti batubara (HS 27) yang juga mengalami pertumbuhan hingga 3,8 persen atau dengan nilai USD 680,39 juta.
“Produk dengan pertumbuhan ekspor tertinggi antara lain bijih, kerak, dan abu logam (HS 26) meningkat sebesar 10.276,4 persen dan tembaga (HS 74) sebesar 226,3 persen (YoY),” ungkapnya.
Keberhasilan ekspor ikan kering ke Taiwan ini tidak lepas dari upaya Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) yang menjalin kerja sama dengan perwakilan perdagangan di luar negeri.
Kerja sama tersebut yakni dengan memfasilitasi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) untuk menjangkau pasar ekspor melalui penjajakan kesepakatan bisnis (business matching) yang dilaksanakan secara virtual.
Menurut Didi, pencapaian ini merupakan hasil dari salah satu bentuk dukungan nyata Pemerintah dalam mendorong pengembangan UKM di Tanah air untuk bisa Go Global.
“Keberhasilan menembus pasar ekspor ini merupakan proses yang panjang dan tidak mudah dilakukan sehingga keberhasilan UKM dalam menembus pasar global menjadi prestasi yang membanggakan dan harus dikembangkan,” tutur Didi.
Didi juga menyatakan bahwa pasar Taiwan masih cukup potensial. Salah satunya karena diaspora Indonesia yang berada di Taiwan jumlahnya paling banyak di dunia, yakni mencapai 300 ribu orang.
Selain itu, standar kualitas yang ditetapkan di Taiwan terbilang cukup tinggi. Artinya, UKM yang berhasil menjangkau pasar Taiwan dapat memenuhi standar global.
“Ke depan, KDEI diharapkan terus melakukan pengembangan dan penetrasi pasar Indonesia di Taiwan melalui diaspora,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei, Taiwan, Budi Santoso menyampaikan bahwa pihaknya akan terus berupaya dengan berbagai keterbatasan untuk meningkatkan ekspor Indonesia ke Taiwan kondisi karena pandemi yang masih melanda.
Salah satu cara yang sampai saat ini masih dilakukan yaitu berkoordinasi dengan Ditjen PEN secara reguler melalui virtual business matching.
Ia juga mengatakan, salah satu prioritas KDEI yaitu memfasilitasi pertemuan bisnis antara UKM Indonesia dengan perusahaan Taiwan.
Menurutnya, jumlah diaspora Indonesia di Taiwan dapat memaksimalkan produk UKM yang dipasarkan sekaligus menjadi pintu masuk produk Indonesia ke Taiwan.
“Pelepasan ekspor perdana ini menjadi salah satu bentuk nyata dukungan Kemendag terhadap UKM agar semakin percaya diri dalam menembus pasar global, khususnya ke Taiwan,” terang Budi.