Mediatani – Apakah Anda pecinta stroberi ataupun bayam? Mungkin Anda harus berhati-hati saat membeli stroberi atau bayam. Environmental Working Group (EWG) melaporkan bahwa pada sayur dan buah itu menjadi komoditi yang paling terkontaminasi terhadap sisa pestisida sintetis.
Penemuan itu menjadi bagian dari daftar “Dirty Dozen” dan “Clean Fifteen” pada tahun 2017, tercatat terkait daftar makanan paling banyak dan juga paling sedikit terkena sisa pestisida. Untuk memperoleh data ranking tersebut, EWG telah membuat tes analisa bersama Departemen Pertanian Amerika Serikat terhadap lebih dari 36 ribu sampel dari 48 jenis produk yang ditanam secara konvensional.
“Parahnya, paparan dari pestisida dalam kadar rendah pun bisa membahayakan para balita, bayi serta anak kecil. Kita akan mengupayakan, agar orang tua juga harus mengambil langkah untuk mengurangi paparannya. Sementara seperti yang kita ketahui untuk memberi makan anak diet yang sehat dan kaya akan sayur dan buah,” kata Dr. Philip Landrigan dari Mt Sinai School of Medicine dalam sebuah pernyataan.
Sudah dua tahun berturut-turut ini, EWG menemukan bahwa stroberi termasuk dalam buah yang paling cepat terkontaminasi. Tahun 2020 yang lalu, buah stroberi menggantikan posisi apel yang telah menyandang buah paling terkontaminasi berada diposisi puncak selama lima tahun. Pada buah stroberi, residu pestisida mengalami peningkatan dikarenakan meningkatnya permintaan buah di luar musimnya.
Tahun 2021 ini buah stoberi yang paling terkontaminasi memiliki jejak dua puluh jenis pestisida yang berbeda. Selain itu, yang telah naik ke daftar tahun ini adalah buah nectarine dan bayam. Bayam naik dari posisi kedelapan menjadi kedua. Departemen Pertanian Amerika Serikat menemukan bahwa sampel bayam telah terkontaminasi lebih banyak residu dengan berat lebih dari produk lain yang telah diuji.
Tercatat sekitar 75 persen sampel yang mengandung residu permethrin, insektisida yang digunakan untuk membunuh serangga dan nyamuk. Dalam dosis tinggi pestisida itu bisa merusak pada sistem saraf. Lalu produk apa yang bisa ditanam secara konvensional dan aman untuk dibeli? Menurut EWG salah satunya adalah Jagung manis.
Sekitar satu persen sampel baik jagung manis dan alpukat yang mengandung pestisida yang terdeteksi. EWG juga memperingatkan bahwa sedikit jagung manis dan juga pepaya diproduksi dari benih yang dimodifikasi secara genetis.
Daftar EWG yang dimulai pada 1993 mendapatkan reputasi dari banyak dokter dan organisasi kesehatan, termasuk perkumpulan dokter anak di AS, American Academy of Pediatrics. Namun daftar itu mendapatkan kritik karena memfokuskan diri pada jumlah pestisida, bukan toksisitas. Menurut Sonya Lunder, analis senior EWG, grup tersebut sudah mengulas hasil panen seperti cabai tahun ini sebagai “Dirty Dozen Plus”.
Pilihan poduk-produk ini tidak memenuhi standar tradisional tetapi ditemukan mengandung residu pestisida yang sangat beracun. Sebagai tambahan, beberapa kritikus menunjukkan bahwa kadar residu pestisida yang ditemukan dalam makanan di daftar itu kendati lebih tinggi dibandingkan sayur dan buah lain secara umum masih di bawah level toleransi EPA (Environmental Protection Agency).
Namun EWG tetap mengacu pada daftar mereka dan akan memperingatkan konsumen untuk memperhatikan jejak pestisida sintetis. Lunder mengatakan kepada media sebelumnya bahwa EPA memiliki “toleransi yang dicabut” atau batas legal berubah atau melarang insektisida tertentu yang sebelumnya dipikir aman setelah pengukuran risiko yang diperbaiki. Misalnya, tahun lalu toleransi terhadap Chlorpyrifos, pestisida yang pernah dideteksi ada pada sayur dan buah dicabut setelah tak lagi memenuhi standar keamanan EPA.