MediataniĀ – Bulan Ramadhan adalah salah satu bulan yang paling ditunggu terutama bagi Umat Islam. Tidak hanya itu, Ramadhan menjadi salah satu momen dimana harga pangan biasanya mengalami kenaikan harga. Bercermin pada Ramadan di tahun lalu yang menunjukkan angka inflasi rendah, namun bukan berarti pemerintah menjadi terlena dan tidak waspada.
Seperti yang kita ketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) telah mencatat adanya inflasi di Ramadhan tahun lalu tepatnya Bulan Mei yang hanya sebesar 0,07 persen. Nurul Hasanuddin selaku Direktur Statistik Harga BPS mengungkapkan bahwa inflasi tersebut menjadi inflasi terendah sejak Lebaran tahun 1978 silam.
“Inflasi Lebaran di Mei 2020 yang lalu, menjadi terendah sejak tahun 1978. Dalam kondisi yang normal bahwa inflasi ini biasanya tinggi menjelang Lebaran,” ujar Nurul
Merespon hal tersebut, Suhariyanto selaku Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan bahwa pelemahan inflasi yang terjadi di bulan Mei 2020 lalu disebabkan karena adanya penurunan pada beberapa permintaan terhadap komoditas barang. Seperti yang kita ketahui, dunia tengah berada pada masa pandemi virus corona.
“Kita semua telah menyadari bahwa disituasi yang tidak biasa karena Covid ini menyebabkan pola dari inflasi bulan Ramadan tahun lalu sangat tidak biasa berbeda jauh dengan tahun sebelumnya,” jelasnya.
Pemerintah akan berkomitmen untuk menjaga ketersediaan pasokan dan juga kelancaran pada distribusi pangan. Terutama mengantisipasi adanya kemungkinan kenaikan harga pangan menjelang Ramadhan. Pemerintah telah menyiapkan strategi dalam mengawal harga pangan agar tetap stabil. Yang pertama, pemerintah akan memperkuat pemanfaatan teknologi. Tujuannya agar inflasi bisa mencapai target yaitu sekitar 3Ā±1 persen.
Implementasi strategi ini fokus dalam menjaga adanya kesinambungan terhadap pasokan sepanjang waktu dan juga kelancaran distribusi ke daerah antara lain melalui penerapan teknologi informasi serta penguatan kerjasama antar daerah.
“Upaya ini dilakukan dengan memperkuat empat pilar strategi yang mencakup Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif (4K) di masa pandemi Covid-19,” kata Menko Airlangga.
Strategi pemerintah yang kedua adalah mengizinkan produk impor masuk ke dalam negeri. Muhammad Lutfi selaku Menteri Perdagangan sejak akhir tahun 2020 telah memastikan bahwa stok kebutuhan bahan pokok untuk Ramadan dan Lebaran tahun ini sudah terpenuhi.
“Kita sudah bekerja dalam memastikan kecukupan dari bahan pokok dan bahan penting tersebut. Saya juga sudah memerintahkan untuk yang impor,” ujar Mendag Lutfi pada konferensi pers virtual.
Lutfi mengungkapkan, sejumlah kebutuhan pokok yang sudah disiapkan antara lain beras, gula, daging kerbau dan daging sapi. Meskipun demikian, dia masih enggan mengungkapkan terkait total barang yang akan diimpor, berikut waktu dan harganya.
Sementara itu, Budi Waseso selaku Direktur Utama Perum Bulog juga telah menjamin bahwa tidak adanya kenaikan harga pangan di saat Ramadan 2021 mendatang.
“Sejak awal bulan Januari, kita sudah mempersiapkan bahan pangan yang kemungkinan nanti akan dibutuhkan oleh masyarakat pada saat merayakan puasa dan lebaran. Kita sudah bekerja bersama Menko Perekonomian pada beberapa rakortas,” kata Budi.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan melakukan percepatan penugasan impor oleh Bulog untuk bahan pangan yang rawan mengalami kenaikan harga. Untuk mengamankan ketersediaan stok daging, Bulog akan mengimpor sebanyak delapan puluh ribu ton daging kerbau asal India.
Ditahun ini Bulog juga mendapat tugas untuk mendatangkan sebanyak 100-150 ribu ton gula kristal putih impor, untuk menghadapi bulan puasa dan Lebaran. Diharapkan kepada masyarakat agar tidak khawatir terhadap lonjakan harga pangan saat memasuki bulan puasa maupun perayaan hari raya Idul Fitri 1442.