Jelang Imlek, Harga Ikan Bawal di Bantul Melonjak Hingga Rp 250 Ribu Per Kg

  • Bagikan
Ikan Bawal

Mediatani – Hampir setiap tahunnya ketika menjelang tahun baru China atau Imlek, harga ikan laut terutama ikan bawal dipastikan selalu melonjak. Seperti saat ini yang terjadi di Kabupaten Bantul, harga ikan bawal kini mencapai Rp.250.000 per kilogram.

Di tengah pademi Covid-19 ini, tentunya hal tersebut menjadi berkah tersendiri bagi para nelayan. Banyaknya warga Tionghoa yang berburu ikan bawal ini berdampak pada naiknya harga ikan laut jenis ini.

Salah satu nelayan di Pantai Samas, Kabupaten Bantul, Mugari mengatakan bahwa Imlek yang jatuh pada tanggal 12 Februari membuat harga ikan bawal laut melonjak tinggi di hari-hari menjelang perayaan tersebut. Pasalnya, ikan bawal laut merupakan salah satu jenis ikan komoditas ekspor yang sangat diminati masyarakat Tionghoa untuk perayaan Imlek.

“Di sini (Tempat Pelelangan Ikan Pantai Samas) sekarang harga ikan bawal laut sekilo (satu kilogram) bisa mencapai Rp 250 ribu. Kalau yang bobotnya dua ons masih dihargai Rp 80 ribu,” katanya dilansir dari DetikFinance, Sabtu (16/1/2021).

Meski demikian, lanjut Mugari, harga ikan lainnya tidak terpengaruh oleh naiknya harga ikan bawal laut tersebut. Seperti halnya harga ikan layur dengan jenis layur super yang masih dipatok Rp 28 ribu per kg. Begitu juga dengan harga ikan tenggiri yang masih stabil seperti sebelumnya yakni Rp 35 ribu per kilogramnya.

Sementara itu, nelayan Pantai Samas lainnya, Mistok sangat berharap agar Imlek tahun ini permintaan bawal bisa lebih banyak lagi dari tahun sebelumnya. Pasalnya pada Imlek tahun 2020 merupakan masa yang sulit bagi para nelayan.

“Karena tahun kemarin kan pas lagi ramai-ramainya Corona di China jadi tidak ada ekspor ikan laut ke sana (China),” ujarnya.

Pandemi yang membuat kegiatan ekpor ikan dihentikan itu memaksa para nelayan untuk melakukan penjualan ikan bawal laut di pasar lokal dengan harga yang terbilang anjlok. Sebab, permintaan ikan bawal laut di pasar lokal tidak setinggi di China.

“Tahun kemarin itu hasil tangkapan ikan untuk ekspor tidak bisa dikirim jadi harga jatuh. Ya akhirnya hanya bisa dikonsumsi untuk lokalan saja,” ujarnya.

Dengan dilakukannya vaksinasi di berbagai wilayah di Indonesia, membuat dirinya kini semakin optimis. Menurutnya, hal itu bisa menjadi harapan terbukanya kembali keran ekspor ikan bawal laut ke negeri Tirai Bambu.

“Untuk Imlek tahun ini sudah kembali normal dan pedagang yang melayani perusahaan ekspor ikan laut sudah berani membeli ikan bawal laut dengan harga yang tinggi,” katanya.

Ikan bawal dan Imlek

Mungkin banyak yang bertanya kenapa ikan bawal laut sangat diminati oleh etnis Tionghoa untuk merayakan Imlek. Ternyata, ikan bawal khususnya ikan bawal putih (perak) merupakan lambang kemakmuran atau pembawa berkah bagi warga Tionghoa.

Pengamat budaya Tionghoa Anggie Minarni, menjelaskan bahwa konon yang dipercaya sebagai pembawa rezeki adalah ikan mas. Lebih tepatnya warna sirip pada ikan mas tersebut dianggap sebagai simbol rezeki.

Namun, menurutnya, lambat laun ikan mas semakin sulit ditemui di pasaran, sehingga warga Tionghoa beralih ke ikan bawal perak, karena warna perak juga merupakan simbol limpahan rezeki warga Tionghoa.

Karena itu, harga ikan bawal dipastikan selalu melonjak setiap kali mendekati tahun baru Imlek. Tidak hanya diekspor, warga Tionghoa yang berada di Indonesia pun kerap memborong ikan bawal, sehingga sesuai hukum ekonomi, maka harga pun akan naik.

Apalagi cuaca yang buruk di hari-hari menjelang Imlek ini membuat nelayan yang melaut berkurang, sehingga hasil tangkapan juga tak begitu banyak.

  • Bagikan