Mediatani – Menjelang perayaan Imlek atau Tahun Baru China, penjualan ikan bandeng di Jakarta mendadak meningkat. Hal ini terlihat banyaknya bermunculan pedagang ikan bandeng musiman yang bahkan sebelumnya bukan pedagang ikan.
Para penjual ikan bandeng dadakan itu banyak ditemukan di pasar bunga Rawa Belong, Jakarta Barat. Hal itu membuat pasar bunga tampak berubah menjadi lautan bandeng setiap Imlek tiba.
Menurut, Alwi Shahab dalam bukunya “Saudagar Baghdad dari Betawi” menjelaskan bahwa naiknya permintaan bandeng setiap menjelang Imlek di wilayah Ibu Kota tidak lepas dari pengaruh kebudayaan penduduk asli Jakarta, Betawi.
Dalam tradisi Betawi lama, harga ikan bandeng yang mahal pada waktu menjelang Imlek, sering menjadi sajian utama dalam acara-acara penting, seperti acara lamaran.
Ikan bandeng dalam keadaan mentah dan segar dijadikan menu untuk antaran dari calon menantu kepada calon mertua. Menurut kepercayaan mereka, ukuran bandeng yang diantarkan bisa menentukan kelanjutan kisah perjodohan.
Sementara itu, menyantap ikan pada perayaanmalam Tahun Baru China merupakan tradisi turun temurun masyarakat Tionghoa. Dalam bahasa Mandarin, kata “ikan” memiliki homofon yang mirip dengan kata “yu” yang berarti rezeki. Hal itu membuat ikan dianggap melambangkan rezeki yang baik untuk tahun mendatang.
Ikan yang biasanya disajikan pada perayaan Imlek ada banyak jenis. Ikan yang dipilih juga biasanya memiliki nama yang berhomofon dengan kata-kata bermakna baik, seperti Jiyu (sejenis ikan mas yang bisa ditemui di perairan tawar Eropa) dimana bunyinya melekat dengan ji yang berarti “semoga beruntung”.
Jika menyantap ikan pada perayaan Imlek, masyarakat Cina meyakini bisa mendatangkan keberuntungan di tahun mendatang. Kemudian, ada Liyu (ikan kap lumpur) terdengar mirip dengan li atau hadiah, yang berarti memakan ini sekaligus memohon rezeki di tahun yang baru. Lalu, ada ikan Nianyu atau yang kita kenal sebagai ikan lele, memiliki homofon dengan nian yu yang berarti surplus tahunan.
Dilansir dari Kompas, kawasan Rawa Belong yang biasanya banyak dipenuhi penjual bunga, mendadak berubah menjadi lautan bandeng pada 3 atau 4 hari menjelang Tahun Baru China. Ikan yang dijual oleh pedagang itu biasanya adalah bandeng hasil budidaya yang ukurannya jauh lebih besar dibanding yang berasal dari laut.
Salah seorang pedagang yang menjual bandeng di Rawa Belong, Rojali, menyebutkan, harga bandeng jumbo bisa mencapai Rp 65.000-Rp 75.000 per kg. Sedangkan bandeng yang berukuran biasa dijual dengan harga Rp 25.000 per kg.
Ia mengatakan, bandeng jumbo yang dijualnya itu merupakan hasil tangkapan nelayan di Muara Angke, Jakarta Utara. Ia pun mengaku selama 3-4 hari ini mendatangi Kawasan tersebut untuk mencari ikan bandeng jumbo 1-2 kuintal. Rutinitasnya sebagai pedagang bandeng musiman sudah dilakukan sejak tahun 1980.
Pedagang lainnya, Nur Hasanah, mengaku dirinya dan keluarganya yang lain sudah menjadi pedagang bandeng musiman sejak tahun 1970-an. Padahal, biasanya ia hanya berdagang sayur-sayuran di pasar.
“Sudah dari zaman dulu. Bapak saya sudah jadi pedagang (bandeng musiman) sejak 1970-an. Mulai 1980, saya ikut bantu sampai sekarang,” ujar Nur.
Harga bandeng naik
Kepala Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan (Sudin KPKP) Jakarta Barat Iwan Indriyanto mengatakan, saat ini harga ikan bandeng mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan harga di tahun sebelumnya.
Iwan menuturkan, menjelang Imlek 2021, harga bandeng per kg terendah adalah Rp 50.000. Sedangkan tahun lalu, harga bandeng per kg terendah adalah Rp 45.000.
“Harga tahun ini kisaran Rp 50.000 sampai dengan Rp 100.000 per kg,” kata Iwan.
Berdasarkan data Sudin KPKP Jakarta Barat, pada tahun ini terdapat setidaknya 23 pedagang bandeng musiman yang berada di kawasan Rawa Belong. Untuk itu, Iwan mengimbau agar para pedagang selalu menerapkan protokol kesehatan karena saat ini masih dalam kondisi pandemi Covid-19.
“Pedagang kita imbau untuk selalu menerapkan prokes, terutama memakai masker, menjaga jarak konsumen minimal satu meter dan jangan lupa sering cuci tangan saat melayani konsumen,” tutup Iwan.