Mediatani – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak seluruh petani di Tanah Air memanfaatkan ketersediaan air hujan yang masih ada saat ini untuk membantu pengairan sawah. Karena itu, Presiden Jokowi meminta para petani untuk segera kembali menanam setelah panen raya.
Hal itu diungkapkannya saat mengikuti panen raya di area persawahan di Desa Kartoharjo, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, dilansir dari Antara, Sabtu (11/3/2023).
“Saya mengajak seluruh petani di Tanah Air, karena ini airnya masih ada, masih ada hujan, setelah dipanen jangan diberi jeda lama, langsung diolah lagi tanah, ditanam lagi,” ujar Presiden Jokowi, dilansir dari Liputan6, Minggu (12/3).
Presiden meminta petani untuk memanfaatkan keberadaan curah hujan yang masih turun di sejumlah daerah Tanah Air. Langkah ini penting untuk membantu pengairan sawah dan tanaman padi guna menjaga ketersediaan dan ketahanan pangan nasional, terlebih musim kemarau yang sebentar lagi akan datang diprediksi akan berlangsung lebih panjang.
Pada kesempatan itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) menyatakan siap merealisasikan instruksi Presiden Jokowi yang menginginkan masa tanam padi dilakukan lebih cepat setelah panen raya dengan bersinergi bersama para kepala daerah.
Mentan SYL menargetkan percepatan tanam dapat dilakukan di lahan sawah dengan total luas 7,4 juta hingga seluas sampai 10 juta hektare.
“Lahan sawah kita sebenarnya 7,4 juta hektare, tapi luas tanam bisa lebih dari itu, dengan dilakukan percepatan tanam. Untuk lahan yang sudah panen jangan dikasih jeda terlalu lama karena air masih ada. Kami bersama Gubernur dan Bupati akan serempak melakukan langkah itu,” ungkap Mentan SYL.
Ia mengungkapkan, panen raya padi nusantara yang dilaksanakan di Kabupaten Ngawi ini telah menjadi simbol panen bersama 1 juta hektare, walaupun lahan yang dipanen menurut data secara keseluruhan pada bulan Februari ini mencapai 1,20 juta hektare dengan perkiraan total produksi 6,39 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 3,68 juta ton beras.
Sedangkan pada bulan Maret mencapai 1,70 juta hektare dengan produksi 9,14 juta ton GKG setara 5,26 juta ton beras, dan bulan April 1,15 juta hektare dengan produksi 6,09 juta ton GKG atau setara 3,51 juta ton beras.
Mentan SYL berharap dapat memaksimalkan dan serentak menyelesaikan panen raya ini mengingat diprediksi akan terjadi cuaca kemarau panjang.
“Walaupun ternyata saat panen ini, hujan masih ada sehingga anomali cuaca ini harus kita perhitungkan,” tambahnya.
Mentan SYL juga meyampaikan bahwa Kabupaten Ngawi memiliki tingkat produksi padi yang jauh lebih tinggi yakni rata-rata mencapai 8 ton per hektare dibanding daerah lainnya hanya 6 ton per hektare. Padahal lahan sawah di Kabupaten Ngawi tidak memiliki irigasi dan petani hanya memaksimalkan penggunaan pompa air.
“Oleh karena itu, perintah Presiden untuk perbanyak ‘dryer’, ‘power thresher’,” ungkapnya.
Bahkan, tambah Mentan, Presiden juga meminta penambahan mesin combine karena harga gabah lebih tinggi menggunakan mesin tersebut dibanding menggunakan sabit.
“Kami siap sampai 1.000 unit menggunakan dana KUR untuk mendukungnya,” ucap Mentan.
Sementara data pada Maret 2023 menyebutkan, luas panen di Kabupaten Ngawi mencapai 32.676 hektare. Jika dipanen secara manual, harga gabah berkisar Rp4.700 sampai 4.900 per kilogram, sementara yang gabah yang dipanen menggunakan mesin “combine harvester” bisa mencapai Rp5.000 sampai Rp 5.500 per kilogram.