Mediatani – Palm Jumeirah, Dubai selama ini dikenal sebagai pulau buatan yang unik karena bentuknya yang seperti pohon palm. Selain itu, pulau ini juga diisi dengan hotel bintang lima dan berbagai villa yang mewah.
Namun, pulau yang seakan menusuk Teluk Arab ini masih memiliki berbagai keunikan lainnya yang bisa memanjakan para wisatawan. Dan yang tak kalah menariknya, di tempat ini juga terdapat rumah sakit khusus untuk ikan.
Dikutip dari CNN Travel, di pulau ini terdapat sebuah resor bertema laut yang menjadi rumah bagi 65.000 penghuni laut atau biasa disebut Fish Hospital di Atlantis Dubai. Tempat ini menjaga dengan baik semua hewan air, mulai dari ikan anthia kecil hingga hiu karang ujung hitam yang panjangnya dua meter.
Di rumah sakit ikan ini terdapat lebih dari 100 spesialis perawatan hewan. Mereka yang terdiri dari penyelam, aquarists hingga dokter hewan berkontribusi untuk memastikan kualitas air terus terjaga dan semua sistem lainnya agar berjalan dengan lancar.
“Kami bertujuan untuk fokus pada pencegahan daripada pengobatan,” ungkap Direktur Pelayanan Veteriner (kedokteran hewan) rumah sakit, Ana Salbany.
Salbany dan tim setiap harinya melakukan berbagai macam penilaian terhadap kesehatan hewan laut dengan melakukan pengambilan sampel darah atau melakukan rontgen pada hewan yang berpotensi mengalami cedera.
Kegiatan memelihara populasi yang sehat ini merupakan dedikasi yang menjadi faktor utama dalam akuarium, di mana telah diakui melalui akreditasi standar emas oleh Association of Zoos and Aquariums (AZA).
Meski dikatakan rumah sakit, namun jarang ditemukan adanya hewan akuatik yang sedang sakit di tempat ini. Akan tetapi, bukan berarti tidak ada kesibukan di tempat ini.
Hewan yang baru dimasukkan ke akuarium di tempat ini akan terlebih dahulu melalui proses karantina. Saat musim panas, para penyu akan diberikan tempat yang aman dan suhu yang terkontrol. Selain itu, ada juga tempat dan fasilitas untuk pembiakan ubur-ubur bulan, karang dan hiu.
Manajer The Lost Chambers Aquarium, Rob Bennet mengungkapkan bahwa saat penyelam dari pihaknya menemukan telur hiu di laguna, mereka akan mengambilnya dan membawanya ke tempat aman di Rumah Sakit Ikan.
Telur dari hiu karpet Arab memiliki embrio yang biasa disebut ‘dompet putri duyung’. Selama sembilan hingga 12 bulan lamanya, mereka akan bertahan dngan mengonsumsi kuning telur yang terkandung dalam kantung dan terus bergerak untuk mengoksidasi cairan di sekitarnya.
Kemampuannya bertahan hidup secara mandiri ini membuatnya menjadi spesies yang layak untuk dilepas kembali ke alam liar. Setiap tahun, tim Atlantis bekerja sama dengan pemerintah Kota Dubai untuk melepas sejumlah hiu karpet remaja ke perairan Teluk Arab.
Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) telah menyatakan bahwa hiu karpet Arab ini sebagai salah satu spesies yang sudah terancam punah.
Makanan merupakan hal yang paling diperhatikan bagi para spesialis perawatan hewan di rumah sakit ikan ini. Semua hewan yang menghuni akuarium ini membutuhkan antara 350 hingga 400 kg makanan per hari.
Namun di musim panas, tambah Bennet, kebutuhan pakan lebih sedikit karena sinar matahari alami di laguna akan membantu proses pembentukan ganggang yang merupakan sumber makanan yang baik bagi sebagian penghuni akuarium.
Hampir mirip dengan manusia, makanan yang diberikan untuk hewan air ini juga memiliki kualitas terbaik. Bennet menyebutkan bahwa rumah sakit ikan ini menyediakan berbagai macam makanan berbeda yang mencakup cumi-cumi, makarel, udang, kepiting dan lobster.
“Semuanya berkelas restoran, kualitas terbaik yang sama dengan yang kami sajikan untuk tamu di hotel,” tambahnya.
Bahkan, juga digunakan sekitar 40 kg bawang putih sebagai bahan makanannya di setiap bulan. Terlebih saat musim dingin, suhu yang menurun membuat ganggang alami berkurang, sehingga makanan ditambahkan dengan bayam dan selada yang kaya vitamin.
Menjadi tempat wisata
Rumah sakit ini juga menjadi salah satu rekomendasi tempat wisata edukasi bagi pengunjung. Dimana mereka dapat melihat kekayaan laut yang indah sekaligus menambah pengetahuan tentang kehidupan laut.
“Kami berusaha sebaik mungkin untuk menjelaskan kekayaan kehidupan laut di Teluk kepada para tamu karena kurangnya pengetahuan tentang perairan kami. Orang-orang mengira, karena cuaca panas, tak ada yang hidup di sini,” kata Bennet.
Selain itu, rumah sakit ini juga berperan untuk memberi kesadaran bagi orang-orang yang salah paham terhadap adanya suatu spesies yang sebenarnya tidak menyeramkan. Hal tersebut juga telah menjadi fokus Bennet beserta timnya.
Dengan menampilkan hiu karpet Arab dan hiu lain di akuarium kami, kata Bennet, pihaknya dapat menunjukkan kepada orang-orang bahwa ada keanekaragaman yang besar dan hiu tak harus selalu dianggap sebagai hewan yang menakutkan.
“Bagian penting dari melindungi hiu adalah menghilangkan mitos itu dan ini adalah bagian penting dari melindungi hiu adalah menghilangkan mitos itu. Ini adalah bagian penting dari peran yang kami mainkan di sini,” pungkasnya.