Kandang Peternakan Ayam Ini Jadi Lokasi Pengungsian di Majene

  • Bagikan
Kondisi kandang ayam yang dijadikan sebagai tempat mengungsi warga Majene. (Tribunnews/Dok. Kepala Desa Maliaya, Masri.)/ist

Mediatani – Tidak ada tempat lain selain menjadikan sebuah kandang peternakan ayam di Desa Maliaya, Kabupaten Mejene sebagai tempat pengungian sementara.

Minimnya tempat berlindung bagi para pengungsi ini membuat mereka dengan terpaksa tidur beralaskan tikar dan terpal di bawah kolong peternakan ayam tersebut.

Kondisi memprihatinkan yang dialami para pengungsi itu dibenarkan Kepala Desa Maliaya, Masri. Dikutip, Senin, (18/1/2021), dari situs berita Kompas.com Masri mengatakan warga terpaksa melakukannya disebabkan keterbatasan jumlah bantuan tenda yang masih terbatas.

“Warga yang tidak punya tenda atau tidak kebagian tenda, terpaksa nginep di situ (kandang ayam) karena tenda terbatas,” terangnya, dilansir dari Kompas.com, Senin, (18/1/2021), yang mengutip dari situs berita Tribunnews.com, Minggu (17/1/2021).

Dia mengungkapkan jumlah kandang yang ada di desanya memang cukup banyak. Sehingga untuk satu kandang ayam rata-rata jumlah pengungsi yang bisa menempatinya mulai 7 KK hingga 30 KK, bervariasi.

Kandang ayam tersebut pun diketahui memang mayoritas milik warga sendiri. Sementara, untuk pengungsi yang tidak memiliki kandang ayam bisa menempati kandang peternakan ayam milik warga lainnya.

“Karena kandang ayam ditempati pengungsi, hewan ternak diletakkan di atas, pengungsi di kolong,” jelasnya.

Dampaknya dari kondisi yang memprihatinkan itu, membuat tidak sedikit para pengungsi yang mulai terkena penyakit kulit atau gatal-gatal.

Sementara itu, Masri menambahkan, selain warga di situ masih kekurangan tenda, warga pula masih membutuhkan uluran bantuan bahan makanan.

Karena itu, meski hingga saat ini beberapa bantuan sudah mulai masuk, dalam beberapa hal masih dianggap kurang dan distribusinya yang belum merata.

“Sekarang bantuan sudah masuk, tetapi belum merata,” ungkap Masri saat dihubungi secara langsung.

“Kalau air bersih sudah banyak, kebutuhan pokok dan tenda saja yang kurang,” tambahnya.

Sementara itu, kejadian banjir akibat curah hujan sangat tinggi di wilayah pegunungan seputaran Kecamatan Pekutatan, Jembrana Bali yang menyebabkan air sungai Yeh Satang Desa Medewi meluap dan menyebabkan banjir bandang yang menghanyutkan rumah serta hewan ternak warga.

Kapolsek Pekutatan Kompol Gusti Agung Komang Sukasana menjelaskan bencana itu menyebabkan satu rumah hilang diterjang banjir dan satu rumah rusak bagian pondasi.

Tak cukup sampai di situ, 7 ekor sapi warga dan 4 kambing milik warga yang biasanya di simpan di pinggir sungai pun ikut hanyut.
Kini masyarakat setempat dan petugas pun telah menemukan tiga sapi milik warga yang ditemukan dalam kondisi mati.

“Enggak ada korban jiwa, satu rumah hilang terbawa air, dan satunya fondasi hancur, kemudian jalan desa putus,” kata Agung, saat dihubungi, Jumat (15/1/202), dikutip dari Kompas.com, Minggu, (17/1/2021).

Hingga kini lalu lintas di sana pun telah lancar. Para petugas pun berhasil membersih sampah di jalanan akibat banjir. Para petugas dan warga setempat juga masih terus membersihkan areal rumah warga yang terdampak. Kerugian yang tercatat akibat banjir bandang ini diperprediksi kerugiannya mencapai Rp 50 juta.

Kapolres Jembrana AKBP I Ketut Gede Adi Wibawa menuturkan pihaknya pun telah menerjunkan tim untuk tanggap bencana.

“Kita langsung terjunkan tim tanggap bencana untuk menyelamatkan warga, untuk menghindari adanya korban jiwa,” ujar dia di Jembrana, Bali, Jumat (15/1/2021), dikutip dari situs berita liputan6.com, Minggu, (17/1/2021).

Dampak banjir bandang pun menyebabkan akses Banjar Loloan Kampung Lebah, Desa Medewi dan Jalan utama Desa Medewi terputus.

“Akses jalan sepanjang 300 meter amblas tergerus banjir sepanjang. Banjir juga membawa sampah kayu kering dari pegunungan,” ujarnya.

Kerugian yang diperoleh warg pun diperkirakan ratusan juta apalagi ditambah hewan ternak milik warga yang juga terbawa banjir bandang.

“Kerugian atas kerusakan rumah, dapur, 2 doser diperkirakan kerugian mencapai ratusan juta rupiah. Sementara jalan desa yang menghubungkan jalan utama menuju desa Medewi putus akibat banjir sepanjang 300 meter,” tuturnya.

Meskipun begitu, beruntung kejadian itu tidak menelan korban jiwa. (*)

  • Bagikan