Mediatani – Industri perunggasan terus menerus mengalami perkembangan, mulai dari genetik, teknologi pakan, sistem kandang, hingga penanganan dan deteksi penyakit.
Perkembangan ini tidak lepas dari munculnya berbagai macam ancaman yang dapat menganggu seperti penyakit pada unggas, khususnya pada ayam broiler yang sangat rentan terhadap penyakit. Hal ini biasanya disebabkan karena perubahan cuaca yang tidak menentu.
Permasalahan lainnya adalah pengamanan biosecurity yang kurang bagus, misalnya pada kandang terbuka, udara dan serangga seperti lalat dapat dengan bebas masuk kandang dan dapat menularkan penyakit ke seluruh ayam yang ada di dalam kandang.
Baik secara langsung maupun tidak, udara dan serangga ini akan mempengaruhi kehidupan tetangga kandang. Dengan kandang terbuka, produktivitas ayam juga menjadi masalah peternak, dimana semakin hari ayam semakin sulit mencapai perkembangan yang optimal.
Perkandangan dengan system atau model closed house adalah solusi untuk menjawab permasalahan ini. Saat ini sudah banyak peternak yang telah beralih dari kandang open house ke closed house.
Kandang closed house diharapkan mampu menjadi solusi dalam menghadapi perubahan cuaca yang tidak menentu. Selain itu, juga lebih ramah lingkungan dan ramah untuk pemukiman yang ada di sekitar kandang.
Pembuatan kandang tipe tertutup atau close house untuk peternakan khususnya budidaya ayam broiler ini dibuat dengan tujuan agar keadaan lingkungan luar seperti udara panas, hujan, angin, dan intensitas sinar matahari tidak berpengaruh banyak terhadap keadaan di dalam kandang.
Pada kandang closed house, stress lingkungan menjadi sangat minim, temperatur lebih mudah diatur sesuai dengan kebutuhan hidup ayam, mudah mengontrol biosecurity, hasil produksi lebih seragam dan pertumbuhan ayam lebih bagus.
Selain itu, perawatan kandang bisa lebih hemat, daya tahan kandang lebih lama, pencahayaan pada kandang closed house lebih merata dibandingkan open house. Performa ayam juga sangat bagus dengan biaya per kg ayam hidup yang lebih rendah.
Hal yang perlu diketahui, tingkat kepadatan kandang bisa 2-3 kali dari kandang open house. Apabila kandang open house per meter persegi dengan kapasitas hanya 6-8 ekor, maka kandang closed house bisa dengan kapasitas 14-18 ekor ayam per meter perseginya.
Salah satu yang menerapkan model kandang ini adalah Exfarm Fakultas Peternakan Unsoed. Kandang tersebut memiliki luas 12 x 124 meter dan berkapasitas 20 ribu ayam broiler.
Masa panennya bisa hingga tujuh kali dalam setahun dan mampu menghasilkan 40.363 kg ayam broiler, dengan kebutuhan pakan setiap panen 1.206 karung yang beratnya 13 kg.
Bagi kalangan peternak, keuntungan lain yang didapat dengan menerapkan model kandang closed house yaitu sangat mudah untuk diatur dan mampu menekan biaya operasional.
Mahalnya biaya investasi menjadi kelemahan model closed house ini. Meski demikian, efisiensi pakan bisa menjadi sangat bagus, sehingga biaya per kg ayam hidup menjadi lebih murah. Biaya investasi yang mahal akan segera BEP (Break Even Point) hanya dengan beberapa kali siklus produksi.
Meski biayanya mahal, peternak juga mempertimbangkan kandang tersebut karena mampu memberikan efek lingkungan yang baik bagi ayam dan dapat menjadi investasi jangka panjang.