Mediatani – Warga di Desa Jingah Bujur, Kecamatan Haur Gading, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) menciptakan teknologi kapal pencacah gulma. Hal ini dilatarbelakangi karena banyaknya tanaman eceng gondok yang dianggap mengganggu aktivitas warga saat tengah menanam dan mencari ikan di rawa-rawa.
Kehadiran teknologi kapal pencacah gulma tersebut disambut positif oleh banyak pihak. Ini terbukti saat teknologi tersebut diikutsertakan dalam lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat Provinsi Kalimantan Selatan. Sebelumnya, teknologi tersebut telah menjadi pemenang lomba inovasi TTG Tingkat Kabupaten di HSU Tahun 2022.
Kepala Desa Jingah Bujur, Hanafi mengatakan, sebagaimana kondisi geografis di kabupaten HSU yang didominasi oleh dataran rendah perairan rawa, maka mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan tangkap, tak terkecuali dengan warga di Desa Jingah Bujur.
“Namun, selama tiga tahun terakhir ini lahan pertanian dan perikanan masyarakat kita terganggu dengan tanaman gulma (enceng gondok),” terang Hanafi, Rabu (22/6/2022).
Berangkat dari latarbelakang permasalahan tersebut, akhirnya pemerintahan desa bersama dengan warga mengadakan musyawarah untuk mencari solusi dalam mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat.
Dari musyawarah tersebut akhirnya dipilih satu inovasi teknologi dari salah satu warga, yaitu Sugianor, untuk membuat kapal penghancur atau pencacah eceng gondok.
“Kita optimalkan dana desa refocusing anggaran, ketahanan pangan dana desa sebanyak 20%, kita maksimalkan untuk membuat inovasi alat penghancur gulma,” kata Hanafi.
Adapun rancangan pembuatan kapal pencacah itu sendiri, terbuat dari plat besi yang dilengkapi dengan mesin serta baling-baling tajam sebagai pencacah eceng gondok.
Saat mesin dinyalakan, baling-baling yang berada di depan kapal akan menabrak eceng gondok yang ada di depannya kemudian mencacahnya hingga hancur mengambang di permukaan rawa, membusuk hingga tenggelam menjadi pupuk.
“Selama mesin ini beroperasi, kinerjanya Alhamdulillah sangat bagus, dari satu hari kerja bisa membersihkan 1,5 hektar (rawa-rawa) ini tentu lebih efisien waktu, harapan kita sebelum musim tanam tiba, lahan pertanian sudah bersih, dan gulma yang kita hancur tadi secara alami menjadi pupuk,” ungkap Hanafi.
Di samping dapat meningkatkan perekonomian, Hanafi juga berharap agar aktivitas masyarakat dan pelaku UMKM warga desa akan kembali pulih.
“Kita berharap inovasi alat penghancur gulma ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, dengan terbukanya lahan pertanian otomatis juga membuka lahan perikanan bagi masyarakat, tujuannya tentu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat,” ujar Hanafi.
Abdul Hadi selaku salah satu warga setempat turut menyambut baik langkah aparatur desa dalam mengatasi masalah eceng gondok dengan pembuatan kapal pencacah eceng gondok.
Menurutnya, adanya eceng gondok yang terlalu banyak mengakibatkan terhambatnya aktivitas warga untuk bertani dan mencari ikan selama ini.
“Mudah-mudahan dengan adanya upaya dari pemerintahan desa menagani permasalahan ini dibantu oleh dinas-dinas terkait sehingga dapat memudahkan kami untuk bertani,” ungkapnya.