Mediatani – Bupati Sukabumi H. Marwan Hamami menerima kunjungan dari perwakilan Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Jumat 28 Mei 2021, lalu.
Kunjungan ke Pendopo itu pun berkaiatan dengan koordinasi tentang penanganan stunting di Kabupaten Sukabumi.
Ketua Tim Penanganan Stunting Kementerian Pertanian Republik Indonesia Nandang Sunandar mengatakan bahwa pertemuan dengan kepala daerah untuk menyampaikan kajian budidaya tanaman-ternak dalam mendukung penanganan mal nutrisi potensial stunting di Kabupaten Sukabumi.
Dari situ, diharapkan akan terjadi penurunan angka stunting di Sukabumi.
“Stunting itu ada yang akibat medis dan non medis. Non medis ini, artinya kekurangan gizi dan nutrisi. Makanya, kami melakukan pendekatan khusus dengan melibatkan bidan desa, kader, dan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) dalam perbaikan gizi dan nutrisi untuk menangani stunting,” ujar Nandang Sunandar, melansir, Senin (31/5/2021) dari laman mediapakuan.pikiran-rakyat.com.
Penyediaan gizi dan nutrisi itu, menurutnya bisa dilakukan dengan memanfaatkan kembali lahan kosong di pekarangan rumah untuk menaman sayuran dan memelihara ayam.
Apalagi, ayam merupakan sumber protein yang mudah didapat.
“Kita akan berikan lima ekor ayam unggul dengan karakter bertelurnya tinggi. Diharapkan setiap harinya ada dua ekor ayam yang bertelur. Dua ekor ayam yang bertelur ini, cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga,” jelasnya.
Di samping itu, dirancang stimulan dengan memberi beras. Sebab beberapa keluarga stunting akibat nutrisi buruk, akses ke pangannya rendah.
“Stunting ini urusan Negara. Namun harapan kami ke depan, Desa lewat sawah milik pemerintah bisa menanam beras yang hasilnya bisa membantu penyediaan bagi keluarga stunting,” ungkapnya.
Nandang Sunandar pula berharap agar strategi penanggulangan stunting berbasis tanaman-ternak ini dapat diadopsi oleh semua daerah. Apalagi, hasil pengujian selama beberapa pekan sudah nampak berhasil.
“Kita sudah pengujian selama 4 sampai 5 Minggu dan sudah cukup berhasil. Semoga bisa diadopsi ke depannya sebagai strategi penanganan stunting,” terangnya.
Bupati Sukabumi H. Marwan Hamami mengaku bersyukur adanya program ini. Apalagi, Pemerintah Kabupaten Sukabumi memerlukan percepatan penanganan stunting di lapangan.
“Program penguatan nutrisi ini menjadi salah satu solusi tercepat dalam menyelesaiakan masalah stunting. Bahkan konsep ini bisa membantu daerah lainnya,” pungkas Bupati Sukabumi.
Rendahnya Angka Konsumsi Ikan Jadi Penyebab Tingginya Angka Stunting di Wilayah Perbukitan
Selain upaya yang dilakukan Kementan dalam mencegah stunting, sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga menggalakkan kampanye Gerakan Makan Ikan (Gemarikan) di berbagai daerah.
Gerakan KKP ini menyasar daerah yang angka konsumsi ikannya masih rendah, sepert di wilayah perbukitan yang notabene jauh dari laut.
Dilansir dari laman resmi KKP, Senin (8/3), Direktur Pemasaran, Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Machmud tak memungkiri bahwa angka konsumsi ikan masyarakat di dataran tinggi lebih rendah dibandingkan masyarakat yang dekat dengan sentra produksi perikanan di pesisir pantai.
Machmud mengungkapkan salah satu wilayah perbukitan yang menjadi sasaran KKP adalah Majalengka karena daerah ini memiliki angka stunting yang masih tinggi.
Menurutnya, berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskedas 2018) prevalensi stunting yang terjadi di wilayah Jawa Barat cukup tinggi, yakni mencapai 29,2 persen.
Bahkan, untuk wilayah Majalengka, angka penderita stunting sudah mencapai 30 persen.
Adapun program Gemarikan ini dijalankan dengan memberikan sebanyak 500 paket berisi ikan dan olahan ikan yang terdiri dari bandeng presto, pindang tongkol, sumpia udang, pastel udang, abon ikan, bakso ikan dan basreng ikan untuk masyarakat.
Masyarakat di Majalengka memang cukup menyukai berbagai produk olahan ikan yang dipilih, seperti ikan pindang, bakso dan produk olahan kering…baca selengkapnya dengan klik di sini. (*)