Mediatani – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) melepas ekspor 12.600 ton olahan sawit asal Belitung Timur, Kamis (2/5). Pelepasan ekspor dilakukan Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil, mewakili Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
“Komoditas perkebunan ini menjadi andalan pemerintah dalam meraup devisa. Perlu kerjasama kolaboratif untuk mendorongnya,” demikian dikatakan Ali Jamil pada pelepasan ekspor sekaligus menyerahkan Surat Kesehatan Tumbuhan atau Phytosanitary Certificate (PC) sebagai persyaratan ekspor negara tujuan di Mentawa, Belitung Timur.
Ali Jamil menyebutkan olahan sawit yang diekspor yakni berupa Minyak sawit atau palm olein sebanyak 9.000 ton senilai Rp. 59,4 miliar.
“Tujuan ekspornya ke Bangladesh dan bungkil sawit atau palm kernel expeller sebanhak 3.600 ton senilai Rp. 6.12 miliar tujuan Vietnam,” ujarnya.
Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk bekerja pada sektor pertanian, lanjut Ali Jamil, maka mendorong sektor ini sebagai unggulan basis ekonomi maka akan secara otomatis meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Kita tengah gencarkan ekspor komoditas pertanian, untuk mendorong neraca perdagangan dengan ekspor non migas. Dan hal ini sesuai dengan instruksi Presiden,” jelasnya.
Lebih jauh Ali Jami menuturkan sebagai garda terdepan pengawasan dan perlindungan produk pertanian, Badan Karantina Pertanian Kementan terus melakukan upaya dalam penguatan sistem perkarantinaan. Khusus untuk akselerasi ekspor upaya yang dilakukan diantaranya meningkatkan kualitas layanan publik, sertifikasi manajemen mutu laboratorium ISO/EIC 17025-2017, penerapan sistem manajemen anti penyuapan dan pembinaan perusahaan eksportir dengan program Agro Gemilang.
“Penguatan sistem perkarantinaan menjadi penting agar jaminan produk pertanian kita diterima di pasar dunia,” tandas dia.
Di tempat yang sama, Manager PT Seelindo Wahana Perkasa, Wiliam Hadinata sekaligus sebagai pemilik komoditas ini menyampaikan pihaknya terus didampingi petugas karantina pertanian dalam melakukan eksportasi. Khususnya dalam
memenuhi persyaratan Sanitary and Phytosanitary (SPS) sebagai persyaratan negara mitra dagang.
Ia membeberkan kualitas komoditas pertanian asal Kepulauan Bangka Belitung seperti Lada, Karet dan Sawit baik berupa segar maupun olahan asal Kepulauan Bangka Belitung tidak diragukan lagi, hal ini dibuktikan dengan tren peningkatan permintaan ekspor ke manca negara .
“Komoditas ini makin legit karena tengah diminati pasar dunia,” bebernya.
Kepala Karantina Petanian Pangkalpinang, Saifudin Zuhri mengatakan data ekspor dari sistem otomasi perkarantinaan, IQFAST di wilayah kerjanya yakni di tahun 2018 telah diterbitkan 325 PC untuk Lada, Karet, Sawit dan Turunannya dengan nilai ekonomis 771,9 Miliar. Sementara untuk kurun waktu Januari hingga April 2019 telah tercatat Lada sebanyak 68 kali dengan total volume 638 ton senilai Rp. 38,2 miliar dengan 14 tujuan negara.
“Karet olahan dengan tujuan Cina sebanyak 31 kali total 5.725 ton senilai Rp. 157,4 miliar dan Olahan sawit sebanyak 14 kali untuk tujuan Cina dan 226 kali untuk tujuan Vietnam dengan total 49,4 ton senilai Rp. 427,9 miliar,” sebutnya.
“Kenaikan permintaan yang cukup signifan di kuartal pertama tahun 2019,” tambah Zuhri.
Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dalam hal ini dwakil oleh Wakil Gubernur, Abdul Fatah yang didampingi pejabat dinas terkait dan pelaku usaha agribisnis yang hadir dan melepas ekspor menyampaikan apresiasinya atas kinerja Kementan melalui Karantina Pertanian Pangkalpinang yang telah mengawal komoditas unggulan daerahnya ke manca negara.
“Kami berharap pemerintah pusat dalam hal ini Kementan memberi perhatian khusus bagi subsektor perkebunan didaerahnya. Kembalikan kejayaan komoditas pertanian asal Babel,” ujarnya.
Karenanya, Abdul Fatah mengajak para pelaku usaha khususnya dibidang Kelapa Sawit untuk terus lakukan inovasi dan terobosan. Sawit mempunyai peran penting dalam meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat.
“Industri pengolahan kelapa sawit mendorong ekspor turunan kelapa sawit sehingga menghasilkan devisa bagi negara,” tuturnya.