Lada termasuk salah satu jenis tanaman yang banyak mengandung kimia seperti halnya pati, minyak lada, dan juga minyak lemak. Bumbu dapur ini memiliki sifat agak pahit, hangat, pedas, dan juga antipiretik. Kisah sukses petani lada menjadi inspirasi petani pemula, mengingat permintaan lada selalu meningkat tiap tahunnya. Terlebih lagi, budidaya lada cukup mudah dilakukan. Disamping itu, lada juga menyimpan banyak khasiat untuk kesehatan tubuh.
Para petani inspiratif membuktikan bahwa tanaman lada bisa tumbuh sangat optimal pada daerah dengan ketinggian 300-1.100 mdpl, curah hujan sekitar 2.000-3.000 mm/tahun, suhu udara 20°C-30°C, serta kelembaban udara berkisar 50-90%. Tanaman lada akan sangat subur apabila ditanam pada daerah yang mendapat cukup sinar matahari yakni sekitar 10 jam/hari. Untuk lebih jelasnya, anda simak saja kisah sukses petani lada berikut ini.
Kisah Sukses Petani Lada di Semarang
Bambang Wijono berhasil budidaya tanaman lada (merica). Warga Desa Kuncen, RT.13/RW.III, Karang Duren, Tengaran, Kabupaten Semarang ini melakukan pengembangan budidaya tanaman lada yang merupakan bagian dari rintisan turun temurun. Dalam penanaman serta pengembangan tanaman lada, Bambang melakukannya pada 2 tempat lahan yang berbeda, yaitu di tanah peninggalan mendiang kakeknya dengan luas sekitar 1 hektar yang ditanami sekitar 1000 pohon lada, dan di lahan miliknya sendiri seluas 1/2 hektar dengan sekitar 350 pohon lada.
Penanaman dan pengembangan lada tersebut dimulai dari sistem biji. Kemudian dilakukan dengan sistem penyetekan. Masa panen tanaman lada milik Bambang ini sekitar 1-1,5 tahun jenis lada pada sistem stek dan 2,5-3 tahun pada sistem biji. Untuk harga ladanya, Bambang mematok harga sekitar Rp. 170.000/kg untuk jenis lada putih. Sementara untuk lada yang jenis hitam, Bambang membanderol harga sekitar Rp. 175.000/kg. Terlebih lagi, banyak pembeli yang datang langsung ke rumah Bambang.
Kisah Sukses Petani Lada di Belitung
Selain Bambang, ada lagi petani sukses dengan bertani lada yang bernama Poniman. Sebagai pemilik kebun tanaman lada dan juga seorang pengepul, Poniman mengaku memulai bisnisnya dengan melakukan budidaya rempah putih ini. Pada panen pertama paling lama diperlukan waktu 3 tahun. Setelah itu, tanaman lada bisa dipanen kembali hingga 5 tahun ke depan. Pengepul tanaman lada di Air Raya, Tanjung Pinang, Kabupaten Belitung ini berhasil mendapatkan hasil panen yang memuaskan.
Budidaya tanaman lada ini memang sangat menjanjikan. Hasil panen tanaman lada yang didapat dari seluas 1 hektar lahan produktif lada di daerah Belitung dapat mencapai 2.000 kg dengan harga per kg lada putih tersebut dihargai sebesar Rp. 150.000. Selain peroleh panen dari hasil kebunnya, lada putih ini juga didapatkan dari para petani serta pedagang besar yang menjual lada putih ke dirinya. Harga komoditas rempah khas Belitung ini terus bergerak ikuti nilai tukar dolar. Hal ini karenakan, 70% produksi lada putih yang ada di Belitung diekspor ke berbagai negara di Eropa dan juga Asia.
Sebagai seorang pemasok tanaman lada di daerah Tanjung Pandan, Poniman dapat mengantongi omzet mencapai Rp. 6 miliar ketika musim panen tiba di sepanjang bulan Juli-Oktober. Dikarenakan hasil panen lada yang selalu melimpah, maka ekspor lada putih ke Eropa tidak akan pernah ada habisnya. Apalagi, kualitas lada yang semakin lama tersimpan di gudang, maka akan semakin bagus. Dengan begitu, tidak akan mengurangi nilai ekonomis dari tanaman lada putih tersebut. Ekspor lada putih ini juga dikirim melalui pelabuhan di Batam.