Mediatani – Meski pandemi Covid-19 tidak berdampak signifikan ke berbagai sektor pangan, namun wabah tersebut ternyata mempengaruhi sektor peternakan khususnya pada penurunan harga komoditas telur dan unggas. Hal ini terjadi lantaran daya beli yang merosot sehingga permintaan terhadap komoditas tersebut menurun.
Seiring dengan hal tersebut, komoditas jagung sebagai bahan baku untuk pakan ternak juga turut mengalami lonjakan harga. Sehingga, para peternak harus berpikir keras agar tidak gulung tikar dan usahanya tetap dapat dilanjutkan.
Berbagai inovasi pun dilakukan untuk menyikapi harga pakan ternak yang melambung tinggi ini. Seperti yang dilakukan oleh peternak yang bergabung di Kelompok Tani Permatani Terpadu di Kelurahan Limbungan, Kota Pekanbaru, yang membudidayakan maggot sebagai pakan.
Maggot Black Soldier Fly (BSF) menjadi salah satu pakan alternatif ternak yang dapat menghemat harga pakan pabrikan yang mulai menanjak di pasaran.
Ketua Poktan Kelompok Tani Permatani Terpadu, Muhammad Badra didampingi Penyuluh Pertanian Elisa Nurani Kombong, menyampaikan beberapa persoalan terkait Budidaya unggas yang dia lakukan.
“Kenaikan harga pakan, sangat berdampak pada produksi ayam probiotik kami. Sehingga sempat terhenti sementara dalam proses budidaya. Hal ini disebabkan kekurangan modal untuk membeli pakan yang harganya melambung tinggi,” tutur Muhammad Badra dilansir dari pekanbaru.go.id, Selasa 5 Oktober 2021.
Dari kondisi ini, lanjut Badra, muncullah inovasi yaitu dengan memanfaatkan maggot sebagai alternatif pakan ternak. Ini sangat membantu dan sangat efisien dalam membantu menekan biaya pengeluaran pembelian pakan hingga kurang lebih 30-40%.
Biasanya, pabrikan dengan protein tinggi yang digunakan bisa mencapai 4 karung pakan. Namun, setelah menggunakan maggot BSF, saat ini cukup menggunakan 2 karung pakan protein yang bagus dan 1 karung pakan kualitas rendah.
Elisa selaku pendamping Kelompok Tani Permatani Terpadu mengatakan, kenaikan harga pakan ternak unggas utamanya pakan ayam sudah mulai terjadi sejak Februari 2021. Kenaikan yang fluktuatif cukup merisaukan para peternak ayam.
“Apabila masalah ini tidak segera diantisipasi bisa saja berujung pada banyaknya peternak yang akan gulung tikar,” imbuhnya.
Secara detail Elisa menjelaskan pentingnya inovasi yang telah dipraktikkan oleh Badra ini. Ia membuat kandang ayam yang di bawah kandangnya diternakkan maggot BSF.
Selanjutnya, feses dari ayam probiotik yang jatuh kemudian dimakan oleh maggot. Lalu maggot dibawa ke atas untuk dimakan oleh ayam.
Setelah ayam mengonsumsi maggot, sangat berpengaruh terhadap berat badan ayam probiotik yang dibudidayakannya. Kenaikannya berat badan ayam pun sama pada saat menggunakan pakan pabrikan full dengan protein tinggi.
Elisa berharap untuk para peternak agar memiliki pakan alternatif dengan harga yang murah dan bernilai gizi tinggi. Sekiranya maggot ini bisa menjadi alternatif pakan ternak.
“Sehingga walaupun harga pakan tinggi, tidak akan mempengaruhi peternak. Dan saya menekankan serta mendorong kepada seluruh peternak atau petani di Kota Pekanbaru bisa mengadopsi sistem atau teknologi ini,” tutup Elisa.