Mediatani – Berbagai bahan baku obat alami tersebar di seluruh Indonesia. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh tiga orang mahasiswa Sekolah Farmasi ITB yang berhasil memanfaatkan bunga kenop untuk membuat produk suplemen jeli peningkat imun anak yang sangat dibutuhkan di masa pandemi saat ini.
Tim yang terdiri atas Maria Sinta Kusuma, Shallya Berliana Nur Rifa dan Ryandy Hartono berhasil meraih gelar Juara 1 pada kompetisi Pharmaceutical Industrial Case Study (PICS) 2021 yang berlangsung pada akhir bulan Januari lalu dengan tema Immune Enhancer as An Essential Supplement in Pandemic Situation.
Kompetisi PICS adalah kompetisi nasional untuk mahasiswa/i jurusan farmasi Indonesia. Kompetisi ini berupa studi kasus yang fokus pada bidang manufaktur, quality control, quality assurance dan juga pemasaran terhadap industri farmasi.
Kompetisi PICS ini, terdiri atas dua tahap yaitu tahap pre-liminary dan tahap final. Opening ceremony berlangsung pada 4 Desember 2021 dan dilanjutkan dengan babak penyisihan di awal bulan Januari. Dalam tahap ini, beberapa tim akan diseleksi hingga tersisa 10 tim terbaik berdasarkan dari penilaian makalah yang telah terkumpul.
Tahap selanjutnya yaitu tahap final. Tim yang berhasil lolos kemudian akan melakukan presentasi dan tanya jawab. Pada tahap ini, seluruh kelompok diminta untuk mengembangkan suplemen berbahan dasar Bunga Kenop dengan mempertimbangkan aspek produksi dan pemasaran skala industri.
“Pada kompetisi tersebut, kami membuat produk suplemen jeli peningkat imun berbahan dasar bunga kenop untuk anak. Kami merancang seluruh proses produksi, pengawasan mutu, hingga pemasaran suplemen jeli,” ujar Maria dilansir dari laman republika.id.
Maria menjelaskan, proses dimulai dari pengujian simplisia bunga kenop yang telah dipilih. Kemudian dilakukan proses dan sistem ekstraksi agar memperoleh kandungan aktif dari bunga kenop. Proses yang dimaksud adalah formulasi ekstrak bunga kenop agar menjadi sediaan jeli, proses pengontrolan mutu dengan evaluasi produk, strategi pemasaran, hingga analisis profit.
Meski berhasil ditetapkan sebagai juara, tim ini juga sempat menghadapi kendala. Menurut Maria, salah satu hal yang menantang adalah merancang sistem ekstraksi simplisia bunga kenop. Hal ini karena prosesnya belum terstandar dan tertera di Farmakope Herbal Indonesia.
Karena itu, timnya harus merancang sistem ekstraksi agar memperoleh kandungan ekstrak dengan rendemen paling maksimal sekaligus tetap mempertimbangan dana dan waktu.
Tidak hanya itu, tambah Maria, timnya juga harus bisa memformulasikan sediaan farmasi khususnya sediaan jelly dengan menggunakan bahan baku dan bahan pembantu yang menunjang stabilitas dan kualitas produk agar sesuai standar yang berlaku. Apalagi sediaan dalam bentuk jelly bukanlah bentuk sediaan farmasi yang umum.
Dalam kompetisi ini, ada beberapa kriteria penilaian dari tim juri meliputi aspek penyajian makalah dan performa saat presentasi. Ada 5 aspek yang dinilai dari konten makalah, yaitu fisibilitas penerapan, ketepatan, Inovatif, Sustainability, dan analisis pasar.
Sedangkan hal yang dinilai dari aspek presesentasi adalah penyajian atau slide presentasi, penyajian ketika pembawaan, diskusi serta bagian tanya jawab.
Menurut Maria, jika dibandingkan dengan judul makalah atau produk dari kelompok lain, timnya cukup unggul pada aspek fisibilitas penerapan dan inovatif.
Dari segi fisibilitas, pihaknya memanfaatkan bahan dan instrumen/alat yang sudah umum ada pada industri farmasi. Dengan begitu, tidak dibutuhkan lagi penambahan teknologi baru untuk pembuatan jelly dan hal ini dianggap mampu menekan biaya produksi dan harga jual.
“Dari segi inovatif, produk suplemen jeli di Indonesia masih tergolong jarang dan belum umum di pasaran, pemilihan bentuk sediaan jeli juga dirasa pas dengan target pasar anak-anak,” pungkasnya.