Mediatani – Micin atau yang bahasa ilmiahnya monosodium glutamat (MSG), kini sudah menjadi salah satu bahan penyedap rasa yang hampir selalu digunakan saat membuat masakan. Banyak yang menilai masakan menjadi kurang sedap jika tidak menggunakan micin.
Penggunaan micin atau MSG ini sebenarnya sudah menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat. Hal itu lantaran micin ini bisa membuat tingkat kecerdasan menurun dan mengganggu kesehatan bila MSG ini sering dikonsumsi.
Mengetahui dampak buruk dari MSG ini, lima mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) yang tergabung dalam tim Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) Universitas Airlangga mencoba membuat inovasi berupa penyedap rasa berbahan alami.
Adapun bahan alami yang digunakan yaitu ikan lamuru dan rumput laut. Inovasi tersebut diperkenalkan kepada masyarakat pesisir Kelurahan Trajeng, Kecamatan Panggung Rejo, Kota Pasuruan lewat kegiatan sosialisasi yang berlangsung selama dua hari pada Kamis dan Jumat (26-27/8/2021).
Ketua Tim PKM-PM Lailatus Sa’diya menjelaskan bahwa penyedap rasa alami yang dibuat timnya itu mampu mengurangi risiko penyakit dan gangguan kesehatan lainnya.
Selain itu, karena bahan yang digunakan berupa ikan balo alias ikan lemuru, maka perekonomian masyarakat setempat juga menjadi meningkat.
Pasalnya, Kelurahan Trajeng ini merupakan wilayah yang dekatan dengan pesisir dan pelabuhan, dimana kebanyakan masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan dengan berbagai macam ikan hasil tangkapan. Salah satu yang jumlahnya cukup melimpah adalah ikan lemuru (Sardinella lemuru) atau ikan Balo.
Lailatus mengungkapkan, jumlah dan proporsi hasil perikanan tangkap di laut dalam satu tahun bisa mencapai 1.785,6 ton dengan dominasi hasil tangkapan ikan lemuru sebanyak 76,7 ton, dan selebihnya berbagai jenis ikan laut lainnya.
Di awal studi, Tim PKM-PM mengetahui bahwa masyarakat Trajeng masih kerap menggunakan micin sebagai penyedap rasa.
Padahal, masyarakat paham dengan efek yang akan ditimbulkan jika keseringan mengonsumsinya seperti asma, sakit kepala, hipertensi, obesitas, kerusakan sel, kerusakan ginjal, dan depresi.
Sebagai langkah awal, tim melakukan survei lokasi, melakukan diskusi dengan mitra tentang permasalahan dan mencari cara mengatasi kecanduan terhadap micin tersebut.
Pada tahapan kedua, tim menjelaskan program micin alami kepada ibu-ibu PKK. Di pertemuan ketiga, tim menggelar kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan secara luring dengan protokol kesehatan.
“Masyarakat menunjukkan keinginan kuat untuk beralih penyedap rasa sintetik ke alami,” ungkap Lailatus.
Potensi ikan lemuru
Melihat potensi hasil tangkapan ikan lemuru yang cukup melimpah, PKM-PM mengusulkan agar ikan tersebut dikombinasikan dengan rumput laut Sargassum sp. sebagai bahan membuat penyedap rasa alami.
Untuk diketahui, ikan lemuru mengandung asam glutamat, dimana jumlah penyedap rasanya mencapai 1,268 persen, protein, lemak, kalsium, dan zat besi membutuhkan asam glutamat.
Sementara rumput laut Sargassum mengandung asam glutamat yang lebih tinggi dari ikan lemuru, yaitu 22-24 persen sehingga dapat menciptakan rasa sedap dan gurih (umami) pada penyedap rasa yang akan dibuat.
“Serta memiliki kandungan protein sebesar 13-17 persen, dan antioksidan 5-15 persen,” ucap Lailatus.
Adapaun Tim PKM-PM yang melaksanakan program ini terdiri dari Isnaini Dwi Yuliani Akuakultur 2020, Siti Aisyah Cahya Panglipuringtyas Akuakultur 2018, Tika Patmawati Akuakultur 2020, dan Rio Marcelino Akuakultur 2020 dengan dosen pendamping Wahyu Isroni, S.Pi., MP.