Mediatani – Budidaya ikan merupakan salah satu usaha perikanan yang bisa digeluti oleh hampir semua orang. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang dapat berhasil dengan omset yang besar.
Salah satunya ditunjukkan oleh mantan tenaga honorer di Pemkab Bangka Selatan, Maulayadi yang sukses meraup omset miliaran rupiah setelah menggeluti usaha budidaya ikan kerapu.
Setelah memutuskan untuk berhenti sebagai tenaga honorer pada tahun 2011, Maulayadi mencoba untuk menjalani berbagai jenis usaha. Namun, dia baru menggeluti budidaya ikan kerapu pada tahun 2015.
Dengan modal sekitar Rp200 Juta yang dimilikinya, ia membudidaya berbagai jenis ikan kerapu di 12 keramba apung yang dibuatnya di Perairan Pulau Tinggi Kecamatan Lepar Pongok Kabupaten Bangka Selatan.
Hingga saat ini, keramba apung yang dimilikinya sudah berjumlah 48 keramba dengan melibatkan belasan tenaga kerja. Dari bisnisnya ini, ia mampu menghasilkan omset kurang lebih Rp1,5 miliar dalam setahun.
Hasil panen ikan kerapu yang dibudidayakannya itu telah menjangkau pasar luar negeri. Aktivitas ekspor itu dilakukan di bawah naungan Koperasi Usaha Muda Inovatif.
“Sebelum saya membudidaya ikan kerapu, di Pulau tinggi ini memang sudah ada budidaya ikan ini. Makanya pada tahun 2015 saya tertarik untuk ikut jadi pembudidaya ikan kerapu,” ujar Maulayadi, dilansir dari Sindonews, Minggu (25/07/2021).
Meski di tahun pertama ia bisa mendapatkan hasil yang cukup menggiurkan. Namun, kata Maulyadi, pandemi COVID-19 telah membuat dirinya dan Koperasi Usaha Muda Inovatif kesulitan untuk melakukan pemasaran, mengingat negara tujuan ekspor menghentikan pembelian ikan dari luar.
Saat ini, Maulyadi mengatakan tengah memiliki sekitar 4 ton yang siap panen, namun penjualannya terhambat karena tidak bisa melakukan ekspor.
“Sedangkan kita harus mengeluarkan biaya operasional secara rutin. Jadi kami harus mencari modal cadangan lagi sampai bisa ekspor. Ini yang menjadi kendala saat ini,” ungkapnya.
Sementara itu, Pembina Koperasi Usaha Muda Inovatif, Sumindar mengungkapkan bahwa pihaknya siap menerima investor yang ingin berinvestasi bersama untuk mengembangkan budidaya ikan kerapu tersebut.
“Dengan kondisi seperti ini, kami membuka ruang bagi investor untuk bergabung dengan sistem bagi hasil hingga 30 persen dengan modal investasi kurang lebih Rp500 juta. Bagi yang berminat bisa menghubungi kami,” ujar Sumindar.
Budidaya udang Windu dan Vannamei
Selain menggeluti budidaya ikan kerapu, pada tahun 2016 Maul juga membudidaya beberapa komoditas perikanan lainnya, seperti udang dengan jenis Windu dan Vannamei.
Dilansir dari situs resmi Dinas Kelautan dan Perikanan Bangka Belitung, Maul juga menceritakan bahwa di lahan seluas satu hektar miliknya, ia membudidaya udang dengan mengandalkan metode yang masih sangat tradisional.
Meski masih menerapkan metode yang sederhana, Maul mengaku hasil yang diperolehnya cukup menjanjikan. Selama menggeluti budidaya udang, ia sudah berhasil 4 kali panen, dengan siklus satu tahun satu kali panen.
“Total sudah 4 kali panen, satu kalinya gagal, ruginya yah lumayan tapi dak buat jera lah, kalau soal keuntungan, yang pasti bisa buat beli mobil,” ungkap Maul.
Kedepannya, Maul berencana untuk mengembangkan budidaya udang berjenis Vannamei dengan cara semi intensif bersama teman kelompoknya.
“Ada lahan sekitar 10 hektar, nanti rencananya mau membentuk koperasi atau kelompok dan membuat budidayanya naik level semi intensif, kami juga sedang berupaya untuk mencari modalnya, ” tutur Maul.
Meski mendapat omset yang besar, Maul mengatakan bahwa kondisi tersebut tidak selalu berjalan dengan mulus. Menurutnya, ada beberapa tantangan yang dihadapinya terutama di tengah pandemi, seperti masalah pemasaran.