Mediatani – Memasuki musim kamrau, sejumlah lahan pertanian di Kabupaten Lombok Tengah mulai mengalami kekeringan. Tidak tanggung-tanggung, luas lahan yang mulai terdampak mencapai 1.016 hektare (ha).
Dari total luas lahan tersebut, 33 ha diantaranya dalam kondisi kekeringan berat, 64 ha dalam kondisi sedang, 247 ha dalam kondisi ringan, dan 672 ha terancam kekeringan. Luas lahan ini juga termasuk di Kecamatan Loteng.
Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Loteng, Lalu Iskandar mengatakan jika kekeringan ini tersebar di lima kecamatan di 28 desa (14/6/2021).
Melansir dari Jawapos, Lima kecamatan yang dimaksud yaitu Kecamatan Praya Tengah meliputi Desa Pejanggik, Desa Kelebuh, Desa Beraim dan Desa Lajut. Kecamatan Praya Timur meliputi Desa Sukaraje dan Desa Mujur. Kecamatan Praya Barat di Desa Penujak.
Sedangkan pada Kecamatan Praya Barat Daya meliputi Desa Serage, Desa Pelambik, Desa Teduh, Desa Kabul, Desa Batu Jangkih dan Desa Montong Ajan. Terakhir, Kecamatan Pujut meliputi Desa Kawo, Desa Gapura, Desa Teruwai, Desa Bangket Parak, Desa Sukadana dan Desa Pengengat.
Desa lain yang terdampak di Kecamatan Pujut yaitu Desa Mertak, Desa Rambitan, Desa Sengkol, Desa Tanak Awu, Desa Pengembur, Desa Tumpak, Desa Persiapan Krame Jati, Desa Ketara dan Desa Segala Anyar.
“Paling parah ada di wilayah Pujut,” tandas Iskandar.
Untuk mencegah dampak yang lebih parah, dispertan seringkali mengingatkan petani agar memperhatikan jadwal pola tanam. Jika pertengahan tahun, maka sebaiknya petani menghindari menanam padi.
Solusi ini berlaku bagi petani di wilayah selatan Loteng dan sebagian di wilayah tengah Loteng. Sementara wilayah utara terpantau masih aman.
Di tempat terpisah, Kabid Sarana dan Prasarana Pertanian (SPP) Dispertan Loteng, Yusuf AD mengatakan jika jadwal pola tanam dapat terbaca lewat aplikasi sistem kesiapsiagaan pertanian dan bencana (SKPB).
Aplikasi SKPB bermanfaat untuk mengetahui data curah hujan per hari, peta sawah, peta administrasi dan peta topografi. Selain itu, aplikasi ini juga mampu memprediksi curah hujan dasarian, kalander tanam padi, palawija dan kerentanan bencana hidrometeorologi.
Bahkan, aplikasi ini juga dapat memberikan informasi historis kejadian bencana berupa, kekeringan, sebaran hama, prediksi kerentanan banjir, longsor, threshold kerentanan bencana dan prediksi indeks kerentanan bencana.
“Jadi, kapan mau tanam padi, kapan mau pupuk dan sebagainya bisa terbaca lewat aplikasi itu,” tutur Yusuf.
Saat ini musim kemarau bukan hanya melanda Kecamatan Loteng saja, namun juga sejumlah wilayah di Indonesia. Beberapa daerah diprediksi akan terancam kekeringan karena tidak mengalami hujan dalam waktu 2 bulan ke depan.
Berdasarkan jumlah ZOM (Zona Musim), Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa 62 persen wilayah di Indonesia sudah memasuki musim kemarau.
Wilayah yang tengah menghadapi musim kemarau meliputi, Aceh, sebagian Sumatra Utara, sebagian Jambi, Lampung bagian selatan, sebagian Banten, sebagian DKI Jakarta, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, DIY, dan sebagian besar Jawa Timur.
Bukan hanya itu, musim kemarau juga melanda sebagian besar Bali, sebagian besar NTB, sebagian besar NTT, Kalimantan Selatan bagian timur dan barat, sebagian Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah bagian utara, sebagian kecil Sulawesi Utara dan Papua Barat bagian timur.
Peringatan Dini Kekeringan Meteorologis di beberapa kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur berpotensi mengalami kekeringan meteorologis pada klasifikasi siaga hingga awas sampai dasarian ke depan.
Oleh karena itu, BMKG memberikan himbauan kepada masyarakat yang tinggal di wilayah zona kemarau panjang untuk mulai menghemat dan menggunakan air dengan bijak. Hal ini bertujuan agar dampak kekeringan akibat kemarau bisa dihadapi lebih baik.