Opini oleh: Ihsan Arham, SP. M.Si.
Dosen Fakultas Pertanian dan Kehutanan, Universitas Sulawesi Barat
Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) pada 16 Oktober menjadi pengingat dunia bahwa kekuatan suatu negara ditentukan oleh kemampuannya memenuhi kebutuhan pangan seluruh masyarakat secara berkelanjutan. Peran terbesar dalam penyediaan bahan pangan adalah para pihak yang berperan dalam sistem pengelolaan pertanian secara menyeluruh, khususnya sang aktor utama yaitu petani.
Bagaimana dengan Indonesia, negara yang menyandang gelar si paling agraris di kawasan selatan Benua Asia ini. Jumlah petani yang kian berkurang, produktifitas dan ketersediaan bahan pangan, serta berbagai issu lainnya masih menjadi catatan merah dalam sistem pengelolaan pertanian negara. Namun, kali ini saya mengajak pembaca untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda dibalik issu hilangnya generasi muda di sektor pertanian.
Sektor pertanian menawarkan ruang yang besar untuk mejadi sumber nafkah bagi setiap generasi, terbukti dari kemampuannya menyerap tenaga kerja yang begitu besar meski saat ini terlihat ditinggalkan oleh generasi muda pencari kerja. Para pengangguran terbuka yang jumlahnya mencapai 5.86% (BPS 2022) tidak begitu tertarik melihat lahan produktif pertanian yang mencapai 13% luas Indonesia.
Kemana mereka pergi? Bukankah setiap generasi menyibukkan diri, bergerak sangat cepat, aktifitas yang semakin tak mengenal waktu dengan harapan yang sama; penghasilan. Namun mengapa mereka tak melirik sektor pertanian sebagai penopang penghasilan mereka.
Menjelang masa bonus demografi di Indonesia, sektor pertanian justru hanya menyerap sedikit pekerja muda dan membuat jumlah petani semakin berkurang. Dilema yang menjadi ketakutan besar saat ini adalah jika tidak ada generasi penerus sektor pertanian, dari mana kita mendapatkan sumber bahan pangan bagi seluruh penduduk yang jumlahnya semakin bertambah ini.
Apakah ini sebuah masalah serius? Faktanya, di saat sektor pertanian ditinggalkan oleh 5.1 juta keluarga petani dalam rentang waktu satu dekade (sensus pertanian tahun 2013), produksi pangan atau beras nasional justru mengalami peningkatan sebesar 36 persen.
Data pada gambar di atas menunjukkan sebuah fakta bahwa jumlah pekerja di sektor pertanian tidak membuat produksi pertanian Indonesia menurun. Sektor pertanian di Indonesia berjalan semakin efisien. Meski jumlah tenaga kerja sedikit, peningkatan produksi pertanian justru terjadi.
Kendati demikian, regenerasi petani tetap menjadi keniscayaan di sektor pertanian. Selain untuk mengganti petani yang mayoritas berumur uzud, milenial adalah generasi yang sangat akrab dengan teknologi digital yang dapat membantu memajukan pertanian.
Oleh karena itu, pemerintah juga harus melakukan berbagai upaya mendorong agar semakin banyak pemuda yang terjun di sektor pertanian, salah satunya dengan membuka kesempatan partisipasi yang besar dari hulu sampai hilir.
Sektor Pertanian di Tangan Kaum Muda
BPS (2019) mencatat bahwa setidaknya ada 4.989.299 jiwa (14.9%) petani berusia dibawah 34 tahun pada tahun 2018, jumlah yang jauh kecil jika dibandingkan dengan petani yang lebih tua. Namun jika menelisik produktifitas pertanian, jumlah yang kecil ini menjadi harapan besar bagi kemajuan pertanian bangsa jika ditopang oleh lingkungan kebijakan yang berpihak kepada mereka.
Harapan pertumbuhan ekonomi dibalik produksi penyediaan bahan pangan seluruh penduduk bangsa ini bisa saja diraih. Generasi muda saat ini adalah generasi yang sebenarnya banyak dicari oleh perusahaan maupun organisasi nirlaba karena kekuatan karakternya. Generasi ini juga sangat memiliki kecenderungan independen, techno savvy, wirausaha, mudah beradaptasi, berorientasi pada hasil, dan sangat akrab dengan perangkat berbasis internet of things (IOT).
Sektor pertanian yang dikelola oleh tangan-tangan generasi milenial ini telah melahirkan inovasi pertanian modern dari hulu sampai hilir sehingga kegiatan bertani menjadi semakin efektif dan menggairahkan. Efektifitas
Generasi muda di Tiongkok bahkan telah membuat sektor pertanian di negerinya dihiasi dengan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (artificial inteligence/AI), jaringan internet generasi kelima (5G), pesawat tanpa awak (drone) hingga e-commerce khusus pangan.
Di Indonesia, generasi milenial yang bertahan di sektor pertanian juga menemukan formulasi untuk bertani lebih efektif dan mengatasi berbagai masalah yang kerap dihadapi petani, mulai dari aspek permodalan, hama penyakit, cuaca, hingga harga hasil panen yang berfluktuasi.
Perusahaan rintisan atau startup berbasis teknologi yang didirikan oleh generasi milenial paling terlihat jelas kontrubusinya dalam membantu produksi serta pemasaran hasil tani. Jumlah start up pertanian (agritech) ini pun semakin massif di Tanah Air.
Laporan CompassList berjudul ‘Indonesia Agritech Report 2020’ menyebutkan ada empat jenis startup pertanian dan perikanan yang didirikan oleh milenial di Indonesia yakni e-commerce, pembiayaan, pengembangan teknologi, edukasi dan pendampingan.
Jika Anda mencari di media sosial, Anda akan menemukan banyak kelompok diskusi pertanian yang didominasi oleh kaum milenial. Portal berita dan blog tentang pertanian juga menawarkan berbagai tips dan informasi yang diperlukan. Hal ini dapat meningkatkan kapasitas pengetahuan petani muda.
Petani muda juga bisa menyelesaikan masalah petani seperti permodalan dan akses pasar. Berkat teknologi internet, masalah-masalah tersebut dapat diselesaikan di telapak tangan Anda. Petani yang belum bankable dapat mengakses permodalan melalui pinjaman peer-to-peer yang ditawarkan oleh startup financial technology (fintech).
Petani muda juga dapat memperluas jaringan dan akses pasar dengan menggunakan startup berbasis e-commerce. Teknologi yang dapat memecahkan masalah teknis, seperti pemanen, pekebun, dan penggunaan drone dalam pertanian, juga berkembang di tangan para petani muda.
Fakta di atas memberikan gambaran tentang peluang dan kekuatan generasi muda untuk menghadapi tantangan komersial pertanian. Kaum muda membutuhkan keterampilan yang berkaitan dengan dunia modern untuk menghadapinya, meskipun jumlah kaum muda relatif kecil. Merekalah generasi baru pertanian Indonesia yang mampu memenuhi kebutuhan pangan dunia. Bergabunglah dengan mereka dan dapatkan kekayaan melalui pertanian.
Merawat Generasi Muda Pertanian
Kehadiran petani muda di Indonesia memberikan harapan besar bagi sektor pertanian. Meski jumlahnya kecil, dampak yang diciptakan cukup besar. Berbagai kendala dalam bertani diatasi dengan cara mereka sendiri sesuai dengan karakter generasi zamannya.
Dukungan pemerintah untuk menciptakan ekosistem kerja yang nyaman khususnya di sektor pertanian adalah hal yang paling mendesak bagi peningkatan partisipasi generasi muda. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, total investasi di sektor pertanian pada tahun 2019 mencapai Rp 57 triliun. Sementara kontribusi investasi asing sebesar 3% dari total yang masuk ke Indonesia. Semestinya ini dapat menjadi modal besar untuk mewujudkannya.
Generasi muda tak hanya membutuhkan akses pada kepemilikan lahan, namun daya tarik yang sangat penting dikembangkan adalah akses teknologi pertanian yang mudah, apresiasi pasar pada kualitas produk, dan kepraktisan rantai distribusi. Teknologi pertanian yang adaptif dapat menujang efektifitas dan efisiensi usaha tani, namun permodalan seringkali menjadi penghalang. Harga peralatan pertanian dengan teknologi yang tinggi dapat diraih jika akses modal di perbankan menjadi lebih lunak.
Begitu juga dengan apresiasi pasar pada kualitas produk yang dihasilkan oleh usaha tani jika dilakukan dengan cara yang lebih modern ini. Dukungan seperti ini akan menjadi hal yang membuat hilirisasi produk pertanian menjadi lebih meriah. Selanjutnya, rantai distribusi memang menjanjikan partisipasi yang besar, namun ancaman tingginya margin di setiap rantai dapat menjadikan pasar menjadi lesu. Praktisnya rantai distribusi dapat mempercepat perputaran modal usaha tani beserta pertumbuhannya.
Dibalik semuanya, perhatian kita seharusnya tidak berfokus pada siapa yang akan melakukannya namun pada bagaimana kita bisa melakukannya. Motivasi ada di dalam diri setiap manusia, tak pandang usia dan jabatan atau pekerjaan yang dimiliki. Motivasi yang dimiliki generasi baru pertanian tetap harus dikaji lebih mendalam hingga dapat ditularkan pada generasi milenial lainnya. Dengan demikian, titik balik krisis petani muda di Indonesia perlahan dapat teratasi. Selamat memperingati Hari Pangan Sedunia 2022, jangan lupa makan.
===
Copyright : Mediatani.co
Penulis : Ihsan Arham, SP. M.Si.
Editor : Agung Paqsi AG.