Mediatani – Dewasa ini, semakin banyak teknologi yang dikembangkan guna meningkatkan hasil produksi tanaman. Salah satu teknologi yang biasa digunakan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil produksi adalah teknologi Sonic Bloom.
Teknologi Sonic Bloom merupakan perpaduan antar penggunaan getaran suara dengan pemberian nutrisi sebagai pupuk daun pada tanaman. Contohnya, untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, maka tanaman dipapar dengan gelombang suara pada frekuensi tertentu dan kemudian diberi pupuk daun.
Teknologi Sonic Bloom ini pertama kali diperkenalkan oleh Dar Carlson. Oleh Dar Carlson, teknologi ini diperkenalkan sebagai teknologi ramah lingkungan karena paket teknologi ini di kemas dalam bentuk rekaman musik disertai pupuk daun yang disebut pupuk Sonic Bloom.
Di Indonesia, paket teknologi tersebut sudah banyak digunakan oleh banyak perkebunan besar, seperti Warso Farm (Agrowisata Durian), Tlogo Agro (Perkebunan Kakao dan Kopi), maupun usaha kecil pertanian juga dapat menggunakan teknologi ini. Karena teknologi ini juga menyediakan paket untuk kebun ukuran rumah tangga atau sekedar digunakan untuk penelitian dalam bentuk kaset rekaman musik dan 10 ml pupuk daun Sonic Bloom. Dalam pupuk daun Sonic Bloom mengandung unsur N, P, K berturut-turut adalah 31,74; 0,07; 0,71.
Teknologi Sonic Bloom dapat meningkatkan penyerapan unsur hara lewat daun hingga 7 kali lipat karena stomata dapat terbuka hingga 125% dibandingkan tanpa menggunakan Sonic Bloom. Hal ini disebabkan oleh gelombang suara dengan frekuensi tinggi (hingga 5000Hz) dan digunakan pada waktu tertentu (antara pukul 7 hingga 10 pagi) dapat merangsang pembukaan stomata lebih banyak dan lebih lebar. Sehingga, dapat meningkatkan laju penyerapan nutrisi yang terkandung dalam pupuk daun. Selain itu, berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan diduga dengan terbukanya stomata lebih banyak saat menggunakan Sonic Bloom dapat memaksimalkan penyerapan hara dan sintesis asam-asam organik seperti asam karbonat.
Meskipun teknologi Sonic Bloom sangat efektif bagi penyerapan pupuk oleh tanaman, tetapi mahalnya harga pupuk Sonic Bloom menjadi kendala bagi petani di Indonesia untuk menggunakan teknologi ini. Dan telah banyak peneliti yang telah melakukan penelitian untuk mendapatkan alternatif lain pengganti paket teknologi Sonic Bloom dengan menggunakan bahan yang lebih murah dan mudah didapatkan.
Demi mengkaji pengaruh teknologi Sonic Bloom dan menemukan alternatif pupuk daun pengganti pupuk Sonic Bloom yang lebih murah mudah diperoleh di pasaran, Sri Wulyani dan kedua temannya melakukan penelitian pada berbagai pupuk daun. Judul penelitiannya ialah “Respon Kualitas Hasil Tomat Cherry (Lycopersicum cerasiforme mill.) Terhadap Penggunaan Teknologi Sonic Bloom dengan Berbagai Pupuk Daun”.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa benar teknologi Sonic Bloom potensial meningkatkan kualitas hasil Tomat Cherry. Selain itu, pupuk Sonic Bloom yang termasuk paket peralatan teknologi Sonic Bloom dapat digantikan oleh pupuk daun yang banyak beredar di pasaran seperti Grow More, Bayfolan atau Hyponex pada konsentrasi/dosis yang disesuaikan mendekati komposisi dan dosis pupuk Sonic Bloom.
Terdapat juga salah satu dosen di Universitas Islam Malang, Ir. Istirochah Pujiwati MP. yang juga melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Produktivitas Kedelai Melalui Aplikasi Teknologi Sonic Bloom Pada Kondisi Cekaman Kekeringan”. Penelitian tersebut menggunakan suara buatan dari cicitan burung, ada generator dan sound-nya untuk merangsang pembukaan stomata. Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh hasil penelitian bahwa penggunaan Sonic Bloom dengan suara buatan dapat meningkatkan produksi hingga 40,89 % dari potensi produksinya 2,25 ton/ha.
Dikutip dari situs suryamalang.com, beliau mengatakan bahwa “Sebenarnya di alam ini sudah ada. Ketika ada suara gareng, cicit burung di pagi itulah sudah mendorong pembukaan stomata”. Ia berharap, penelitiannya tersebut dapat digunakan petani kedelai untuk dapat meningkatkan hasil produksinya.