Jika mendengar kata ‘teknologi’, pasti yang terlintas pertama kali adalah gadget, aplikasi, maupun software. Walaupun beberapa komponen tersebut ada di sekitar kita, namun kita tidak boleh tutup mata untuk terbuka dengan teknologi di bidang lain, misalnya dalam bidang pertanian. Di dunia agribisnis pertanian, tentu mengenal yang namanya teknologi juga dan semakin lama selalu ada teknologi baru dengan invoasi-inovasi yang baru juga.
Bukan Hanya Komunikasi, Perkembangan Teknologi Pertanian Ini Juga Tidak Kalah Maju!
Seperti halnya perkembangan teknologi maupun komunikasi, di bidang pertanian pun teknologinya tidak kalah canggih. Saat ini banyak penemuan-penemuan yang dianggap akan meningkatkan kualitas pertanian di Indonesia. Bayangkan saja jika dalam sebuah bidang tidak ada perubahan yang signifikan? Pasti kualitas sebuah produk di dalam pertanian akan berhenti di tengah jalan seperti itu-itu saja.
Terlebih lagi Indonesia adalah negara agraris yang memiliki sumber daya alam tinggi dan pengelolaan yang cukup baik, jadi dalam bidang pertanian jelas ini sangat akan mendukung. Bukan hanya kekayaan hayati saja, Indonesia yang memiliki daerah tropis yang bersahabat dengan iklim dan cuacanya, akan sangat mendukung sector pertanian sehingga selalu dilirik oleh negara-negara asing.
Bidang pertanian ini adalah bidang yang selalu dibutuhkan oleh siapapun. Melihat dalam peranannya dalam menunjang kebutuhkan sandang, pangan, dan papan manusia dalam sehari-hari. Manusia tidak akan bisa bertahan tanpa adanya ‘pangan’. Untuk memperoleh ‘pangan’, tentu harus membutuhkan pertanian yang menghasilkan beras. Jelas ini adalah mata rantai yang saling terikat.
Lalu seperti apa sih perkembangan teknologi dalam dunia pertanian ini? Teknologi adalah ilmu yang berhubungan dengan peningkatakn keterampilan dalam industri. Jika diterapkan di dalam dunia pertanian, pengertiannya adalah sebuah trik atau cara untuk meningkatkan usaha tani. Misalnya saja dalam proses pemilihan benih yang terbaik, bagaimana menyebarkan dan meletakkan benih di poros yang tepat, proses pemeliharannya, hingga ketika memanennya.
Di luar komponen tersebut, perkembangan pertanian juga dapat dilihat dari jenis obat-obatan dan makanan yang digunakan, pupuk jenis apa saja yang dipakai, hingga pestisidanya. Tentu beberapa komponen tersebut tidak dapat dilakukan dengan asal saja, peran petani dan teknologi yang harus saling bersatu untuk menghasilkan hasil panen yang maksimal.
Banyak yang beranggapan bahwa teknologi telah merampas semua pekerjaan petani, karena dengan teknologi ini akan dapat dilakukan dengan cara mudah dan waktu yang singkat disbanding masih menggunakan memanfaatkan SDM yaitu petani. Padahal realitanya, teknologi tidak akan bekerja dengan baik jika tidak ada kerjasama yang baik dengan petani. Teknologi bukan robot, jadi harus tetap membutuhkan peran SDM untuk melakukannya.
Penerapan teknologi dalam dunia pertanian ada banyak, misalkan saja :
- Traktor yang dimanfaatkan sebagai pengganti cangkul;
- Pupuk buatan lebih dianggap menguntungkan lebih cepat disbanding pupuk kompos atau pupuk hijau;
- Penanaman benih padi berjajar dianggap lebih menghasilkan padi yang banyak dibanding penanaman benih yang disebar.
Beberapa hal di atas adalah hal kecil yang dapat ditemui sehari-hari. Di luar itu masih banyak fungsi dan manfaat dari teknologi yang dapat dirasakan. Bukan untuk menggantikan, teknologi hanya berperan meningkatkan produktivitas dan kinerja pertanian. Keuntungan yang didapat bukan hanya dari segi hasil yang dituai nantinya, namun mempercepat kinerja petani.
Bukan hanya itu saja, kekuatan dari teknologi pertanian ini akan meningkatkan komoditas panen antar daerah yang nantinya dengan meningkatkan harga produknya. Oleh karena itu, petani harus menggunakan teknologi dan kemudahan yang ada untuk mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya saja pemanfaatan internet untuk promosi hasil panennya dengan penawaran harga yang lebih miring dibanding pembelian di pasar, tentu akan meningkatkan pendapatan.
Namun di balik kemudahan-kemudahan yang ditawarkan, ada beberapa kekurangan yang ditimbulkan. Misalnya saja para petani yang telah terbiasa menggunakan traktor untuk membajak sawah akan meninggalkan kerbau sebagai media yang digunakan sebelumnya. Jika alat traktor ini digunakan terus-menerus, petani harus menerima kenyataan bahwa suatu saat alat ini dapat rusak. Teknologi dapat mudah berkembang namun juga dapat rusak.
Selain itu pembelian mesin ini tidak dengan biaya yang sedikit, tentu harus rela membelinya. Contoh lain seperti penggunaan pestisida pada tanaman yang ditanam, hal ini akan berdampak buruk pada pembeli dan pengkonsumsinya kelak. Petani tidak memikirkan hal hingga sampai titik itu, mereka hanya berpikir bahwa tanaman mereka akan terbebas dari hama. Namun di antara kelebihan dan kekurangan itu, perkembangan teknologi pertanian di Indonesia harus tetap didukung untuk semakin lebih baik lagi.