Menjaga Nafas Ayam Broiler: Inovasi IoT untuk Monitoring Udara yang Lebih Sehat di Kandang

Tim pelaksana kegiatan ini terdiri dari Ummul Masir, S.Pt., M.Si. dan Anita Sari, S.Pd., M.Pd. dari Politani Pangkep, serta Ir. Agunawan, S.Kom., M.Kom. dan Muhammad Rijal, S.Kom., M.Kom. dari Institut Teknologi dan Bisnis Nobel Indonesia.
Tim pelaksana kegiatan ini terdiri dari Ummul Masir, S.Pt., M.Si. dan Anita Sari, S.Pd., M.Pd. dari Politani Pangkep, serta Ir. Agunawan, S.Kom., M.Kom. dan Muhammad Rijal, S.Kom., M.Kom. dari Institut Teknologi dan Bisnis Nobel Indonesia.

Mediatani – Bau amoniak yang menyengat sudah lama menjadi persoalan di Arumi Farm, Kabupaten Pinrang. Litter kandang yang lembap membuat udara tidak sehat, hingga menyebabkan angka kematian ayam broiler mencapai 10 persen setiap periode pemeliharaan. Kerugian pun tak terhindarkan bagi Henrianto, pemilik peternakan.

Namun situasi itu mulai berubah sejak tim dosen Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan (Politani Pangkep) bersama Institut Teknologi dan Bisnis Nobel Indonesia memperkenalkan sensor amoniak berbasis Internet of Things (IoT). Teknologi sederhana ini memungkinkan peternak memantau kadar amoniak secara real time sehingga bisa mengambil langkah pencegahan sebelum kondisi membahayakan.

Kolaborasi Perguruan Tinggi dan Peternak

Kegiatan pengabdian masyarakat ini merupakan bagian dari program yang didanai Kemendiktisaintek melalui Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) 2025 dengan skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat.

Sosialisasi digelar pada 16 Agustus 2025 di Desa Dolangan, dihadiri hampir 20 peserta yang terdiri dari peternak dan warga sekitar. Mereka diberikan pemahaman mengenai bahaya amoniak sekaligus diperkenalkan prinsip kerja sensor IoT.

Ketua Jurusan Peternakan Politani Pangkep, Dr. Alima Bachtiar Abdullahi, S.Pt., M.Si., yang hadir dalam kegiatan tersebut menilai program ini sebagai langkah nyata perguruan tinggi mendukung masyarakat.

“Kegiatan ini sangat baik sebagai bentuk sinergi perguruan tinggi dan masyarakat, sehingga dampak sosialnya bisa langsung dirasakan,” ujarnya.

Dampak Nyata bagi Kesehatan Ternak

Ketua tim kegiatan, Ummul Masir, S.Pt., M.Si., menjelaskan amoniak terbentuk dari dekomposisi feses yang bercampur dengan kelembapan tinggi. Jika dibiarkan, gas ini bisa mengganggu kesehatan ayam serta menurunkan kualitas udara kandang.

“Melalui pemantauan berbasis IoT, peternak bisa segera mengambil keputusan sebelum kadar amoniak mencapai tingkat berbahaya,” jelasnya.

Tim pelaksana kegiatan terdiri dari Ummul Masir dan Anita Sari dari Politani Pangkep, serta Ir. Agunawan dan Muhammad Rijal dari Institut Teknologi dan Bisnis Nobel Indonesia. Mereka berkolaborasi memberikan solusi menyeluruh, mulai dari penyuluhan, perencanaan, hingga pendampingan teknis.

Dari Sosialisasi ke Aksi Lapangan

Program ini tidak berhenti pada tahap sosialisasi. Tim akan melanjutkan ke demonstrasi alat dan pelatihan teknis bagi pekerja kandang maupun pemilik usaha. Instalasi sensor akan dilakukan ketika kandang mulai terisi ayam agar pemantauan berjalan optimal.

Henrianto, pemilik Arumi Farm, tak bisa menyembunyikan harapannya. “Semoga dengan adanya kelengkapan alat monitoring kadar amoniak ini bisa memberikan dampak yang terasa, karena sebagai peternak, kematian ternak adalah hal yang merugikan secara ekonomi,” tuturnya.

Perjalanan Arumi Farm ini adalah bukti bagaimana teknologi bisa menjadi solusi sederhana bagi masalah klasik di peternakan. Dengan kolaborasi perguruan tinggi, teknologi IoT, dan kemauan peternak untuk beradaptasi, masa depan peternakan yang lebih sehat dan produktif semakin nyata di Kabupaten Pinrang.

Salurkan Donasi

Exit mobile version