Oleh: Ika Siyami, Kus Indrawati, Mulyawan, Priyaji Agung Pambudi (*
REKLAMASI Teluk Jakarta untuk siapa ditujukan? Tensi pro dan kontra reklamasi Teluk Jakarta kian meninggi, sebab gubernur terpilih berjuang memenuhi janji kampanyenya untuk tidak melanjutkan proyek reklamasi tersebut.
Harusnya warga DKI Jakarta mempertanyakan secara radikal apakah perkara Reklamasi Teluk Jakarta pendekatannya sudah memenuhi standart teknologi dalam artian pengelolaan yang berkelanjutan dan adil bagi semua pemangku kepentingan? Sejauh mana pengaruh reklamasi terhadap kehidupan biologis dan biodiversitas Teluk Jakarta?
Sejauh mana kajian ilmiah tentang reklamasi Teluk Jakarta?? Apakah sudah ada yang komprehensif atau hanya kajian parsial saja? Tulisan ini menambah sedikit pengayaan pengetahuan tentang reklamasi Teluk Jakarta.
Mengenal Sistem Informasi Geografis
Menurut Irwansyha sistem informasi geografis atau disingkat SIG adalah sebuah sistem yang didesain untuk menangkap, menyimpan, memanipulasi, menganalisa, mengatur dan menampilkan seluruh jenis data geografis. SIG dengan konsep Real Wordnya merupakan sebuah cara bagaimana SIG mengubah realitas fisik dunia menggunakan model menjadi sebuah sistem informasi geografis yang dapat dismpan, dimanipulasi, diproses, dan dipersentasikan.
SIG tidak lepas dari data spesial yang merupakan sebuah data yang mengacu pada posisi, obyek, dan hubungan di antaranya dalam ruang bumi. Data spasial merupakan salah satu item dari informasi dimana didalamnya terdapat informasi mengenai bumi termasuk permukaan bumi, bawah permukaan bumi, perairan, kelautan, dan bawah atmosfer.
Jadi, secara singkat pemanfaatan SIG dalam peran sisi geospasial dalam kasus Reklamasi Teluk Jakarta yaitu untuk pemantauan dengan memanfaatkan citra satelit Google Earth, yang gunanya untuk membandingan area reklamasi kawasan Teluk Jakarta dan perhitungan laju muka tanah yang terancam menurun akibat kerusakan lingkungan wilayah pesisir dan pengurukan area pulau-pulau reklamasi.
Ada baiknya pemerintah yang sekarang sedang berkuasa mempertimbangkan sisi teknokratis pengembangan reklamasi Teluk Jakarta demi terwujudnya Sustainable Development Goals (SDGs). Sebab SIG erat kaitannya dengan sosio-spasial, reklamasi sejatinya berbicara tentang inovasi ruang untuk kepentingan aktivitas manusia, bagaimana aktivitas masyarakat setempat berdasarkan sejarah, budaya dan prioritas mereka diperhitungkan dalam pengembangan reklamasi tersebut.
Apakah pemerintah telah mengidentifikasi kondisi tempat yang sudah ada sebelumnya seperti profil masyarakat disana untuk membandingkan jika reklamasi itu dibangun, dan seperti apa diferensiasi mata pencaharian yang disiapkan pemerintah. Selain itu, pemerintah juga harus memiliki prioritas untuk mempertimbangkan aspek biologisnya.
Parameter Biologis Reklamasi Teluk Jakarta
Menurut Raharjo, salah satu contoh yang sering terjadi pada lokasi dengan permasalahan konversi lahan ialah perubahan iklim mikro dan bahkan makro, yang berujung pada hilangnya beberapa spesies organisme ditempat tersebut karena ketidakmampuan untuk beradaptasi dan berkompetisi dengan organisme lainnya. Karena konversi lahan membuat habitat hidup tercekam dan mereka harus lebih keras lagi dalam menjalani kehidupan.
Pembangunan reklamasi tentu membutuhkan materil seperti pasir misalnya, lalu dari manakah pasir di ambil untuk memenuhi kebutuhan reklamasi tersebut dan apakah dampak yang ditimbulkan dari aktivitas penambangan pasir tersebut.?? Tinjauan biologis mengatakan eksploitasi atau pengerukan pasir ini dapat merusak ekosistem karena dapat mengakibatkan longsor di dasar pantai, rusaknya terumbu karang, hilangnya habitat organisme perairan, dan masih banyak lagi.
Sejatinya agar tetap sustain penerapan analisis spasial berperan penting dalam menentukan dampak biologis yang dapat terjadi sebagai akibat dari proyek tersebut. Pengerukan pasir di beberapa wilayah sekitar Teluk Jakarta akan berdampak pada kerusakan ekosistem sebagai contohnya.
Melalui analisis tersebut pemangku kebijakan dapat meminimisasi dampak negatif dari proyek reklamasi agar ekosistem tetap terjaga dan aktivitas perekonomian serta pembangunan tetap berlangsung secara selaras dan beriringan. Karena tak ada artinya kita membangun property yang mewah namun saudara-saudara kita sesama makhluk Tuhan (organisme hidup) menderita dan kehilangan tempat hidupnya.
Keadilan yang mutlak tak cukup hanya sebatas berpedoman pada tatanan kehidupan manusia belaka. Lebih dalam lagi keadilan harus mencakup aspek ekologis yang semestinya terjamin keberlangsungan dan keberadaannya. Tentu semua ini demi keselarasan kehidupan dan interaksi yang saling menguntungkan antara manusia dengan alam.
Menyoal Reklamasi teluk Jakarta tersebut pemerintah dan semua stack holder harus mempertimbangkan kembali langkah yang akan diambil kemudian, bukan berarti harus di hentikan, melainkan melakukan kajian secara menyeluruh yang komferhensif dan tidak bersifat parsial.
(* Mahasiswa Pascarasjana Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia