Mediatani – Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Tabanan, I Ketut Arsana Yasa menceritakan tentang perjuangan yang sangat luar biasa dari seorang nelayan yang bernama I Wayan Suantra alias Nang Adel terjebak di tengah laut.
Dilansir dari Tribun Bali, nelayan tersebut terjebak di tengah laut tanpa memiliki persediaan makanan sedikitpun dan juga handphone untuk melakukan komunikasi. Dia hanya bertahan dengan menghisap permen serta rokok yang dimiliki.
“Kasian sekali, tapi kejadiannya justru lucu sekali. Nang Adel ini hanya bisa menghisap permen dan rokok saja selama terombang-ambing di tengah lautan itu kemarin malam hingga pagi,” kata pria yang akrab disapa Tut Sadam ini.
Menurut pria yang merupakan Anggota DPRD Tabanan Dapil Tabanan-Kerambitan ini, kejadian nelayan yang mampu bertahan tanpa makanan di tengah lautan tersebut menjadi sebuah cerita yang cukup lucu.
Saat itu Nang Adel yang merupakan Ketua Kelompok Nelayan Segara Taman, Klecung, Desa Tegal Mengkeb, Selemadeg Timur ini berangkat melaut bersama tiga orang rekannya yang juga merupakan nelayan.
Kebetulan karena baru saja melakukan mererahinan (upacara), Nang Adel memiliki stok makanan yang cukup banyak. Makanan yang dibawanya itu ada sebanyak satu buah kantung plastik.
Kemudian, setelah semua telah mempersiapkan bekal, termasuk rokok dan permen, para nelayan ini akhirnya berangkat melaut untuk mencari ikan layur. Ketika sampai di tengah laut, mereka pun bergotong royong untuk menaikan jaring yang telah menjerat ikan.
Sebelum kembali ke daratan, Nang Adel bersama ketiga rekannya memakan bekal yang sebelumnya dibawa. Namun karena makanan itu masih tersisa, Nang Adel memberikannya kepada salah satu rekannya.
Ketika merasa sudah cukup mendapatkan ikan, mereka pun hendak kembali ke daratan. Namun Nang Adel justru belakangan dan dikira masih sedang mencari ikan.
“Tapi kok Nang Adel yang seharusnya sudah mendarat belum balik sampai jam 19.00 Wita, kami kira mancing lagi,” tutur Sadam.
Nang Adel pun tak dapat dihubungi karena tidak membawa handphone. Hingga kemudian diputuskan dua orang nelayan untuk mencoba melakukan pencarian di laut. Sayangnya, pencarian di sekitar Pantai Yeh Gangga dan Pantai Kelating tidak membuahkan hasil karena jarak pandang yang terbatas.
Karena tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Nang Adel, kedua nelayan tersebut pun memutuskan untuk kembali ke daratan. Selain itu, mereka juga terkendala dengan cuaca yang tidak mendukung, sehingga disepakati akan kembali mencari besok subuhnya.
Keesokan harinya, Basarnas dan Satpol Air Polres Tabanan serta jajaran lainnya membantu para nelayan untuk melakukan pencarian lagi. Hingga akhirnya, pada pukul 06.20 Wita saat menuju selatan Pantai Pasut, korban berhasil ditemukan dalam keadaan selamat di selatan Pasut.
Ternyata, ketika korban ditemukan, kondisi mesin perahunya macet sehingga membuatnya tidak bisa pulang ke daratan. Tim gabungan pencarian tersebut kemudian memutuskan untuk membawa korban ke daratan dan mengganti mesin jukung korban yang rusak.
“Astungkara semua mendarat dalam keadaan selamat. Dan kami sampaikan terimakasih reaksi cepat dari BASARNAS, POL AIR serta Bendega Tabanan serta semua yang telah memberikan dukungan yang luar biasa ini,” ucapnya.
Tut Sadam menceritakan, saat korban telah sampai di daratan, suasana yang mengharukan pun tampak ketika istri, anak dan keluarga korban lainnya yang menunggu di daratan menyambut Nang Adel dengan isak tangis.
“Saya dan kawan lainnya juga sangat terharu dan bersyukur teman nelayan kita bisa selamat sampai di rumah,” tuturnya.