Mediatani – Permintaan ikan tuna yang semakin meningkat di pasar dunia membuat industri ikan tuna kian menggeliat di sejumlah negara. Hal itu juga telah membuat harga jual ikan tuna makin melambung di pasaran.
Indonesia sudah dikenal sebagai salah satu negara penghasil tuna terbesar yang sampai saat ini masih memiliki potensi yang besar di pasar internasional.
Adapun beberapa jenis ikan tuna yang biasa ditemukan oleh nelayan di Indonesia, yakni tuna mata besar (bigeye tuna), albakora (albacore), madidihang (yellowfin tuna), cakalang (skipjack tuna) dan tuna sirip biru selatan (southern bluefin tuna).
Tidak hanya memiliki rasa yang lezat, ikan tuna juga memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, sehingga dianggap cocok untuk mengatasi permasalahan gizi buruk yang masih banyak terjadi di Indonesia.
Selain protein yang tinggi, ikan tuna juga mengandung banyak vitamin, seperti vitamin A, D, B6, dan B12. Ikan tuna juga kaya akan mineral dan omega 3 yang lebih tinggi dibanding daging ayam dan sapi yang mampu menjaga kolesterol dan jantung.
Bagian ikan yang memiliki berbagai nutrisi yang bermanfaat itu tidak hanya terdapat pada daging, rahang dan kulit ikan tuna saja. Bagian tulang ikan tuna yang biasanya dibuang ternyata dapat diolah sebagai minuman yang dapat menurunkan obesitas.
Dilansir dari Prasetya.ub.ac.id, inovasi minuman dari olahan tulang ikan tuna ini dikembangkan oleh lima mahasiswa Universitas Brawijaya yang berasal dari dua fakultas.
Kelima mahasiswa tersebut, yakni Dimas Teguh Prasetyo (Fakultas Peternakan, Fapet), Umi Lailasari (Fapet), Berliana Arifa Noer Shodiq (Fapet), Gita Aprini (Fapet) dan Hildatussyarifah (Fakultas Teknik).
Mereka berinisiatif mengembangkan minuman itu untuk menurunkan obesitas secara aman dan tanpa efek samping. Untuk membuat minuman berkhasiat itu, mereka memanfaatkan kandungan kalsium yang terdapat pada tulang ikan tuna untuk dijadikan nanokalsium. Setelah itu, bahan tersebut ditambahkan pada yoghurt.
“Kalsium dari tulang ikan tuna dalam bentuk nano mampu meningkatkan penyerapan kalsium sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan asupan kalsium harian,” ungkap ketua tim Dimas Teguh Prasetyo, dilansir dari Prasetya.ub.ac.id.
Pembentukan nanokalsium untuk meningkatkan nilai tambah dari kalsium tersebut dilakukan melalui teknik PEF (Pulsed Electric Field). Teknik ini dilakukan untuk menonaktifkan mikroorganisme dan enzim pada suhu kamar.
Metode PEF (Pulse Electrical Field) untuk membuat nanokalsium dari tulang ikan tuna ini dilakukan dengan menggunakan tegangan 16,5 kV dan frekuensi 15 kHz yang dilaksanakan di laboratorium TPPHP FTP UB.
Dari hasil pengujian, diketahui bahwa terdapat kandungan kalsium sebesar 0.0025 gram dalam sampel seberat 0.01 gram. Tim juga mencampurkan yoghurt untuk menambahkan kalsium.
Dimas menjelaskan bahwa pemilihan yoghurt sebagai bahan tambahan itu karena selama ini sudah dikenal sebagai minuman yang memiliki banyak manfaat sehingga potensi penerimaan yoghurt nanokalisum ini akan lebih tinggi.
Dengan adanya kombinasi tulang ikan tuna dan yogurt ini, maka minuman yang dihasilkan lebih efektif untuk menurunkan kadar kolesterol dan trigleserida yang menjadi faktor utama penyebab obesitas.
Perlu diketahui, obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, dimana disebabkan oleh akumulasi jaringan lemak berlebihan. Jika dibiarkan, hal ini dapat menimbulkan dampak buruk pada kesehatan.
Dampak yang paling buruk dari masalahan obesitas, yakni dapat memicu terjadinya komplikasi penyakit kardiovaskuler, diabetes, dan osteoporosis. Penyakit obesitas ini sekitar 70% disebabkan oleh konsumsi makanan yang melebihi kebutuhan angka kecukupan gizi (AKG) per hari.
Karya mahasiswa yang bimbing langsung oleh Dr Premy Puspitawati Rahayu ini berhasil memperoleh dana riset dari Kementrian Pendidikan dalam ajang Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta. Selanjutnya, tim akan memperjuangkan karya mereka di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XXXIV pada 2021 mendatang.