Mediatani – Presiden Joko Widodo mengarahkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk membuat komoditas porang menjadi komoditas ekspor andalan baru Indonesia. Pasalnya, porang ini dinilai memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Dilansir dari laman suarasurabaya.net, di Madiun saat ini, porang telah menjadi komoditas primadona yang telah menembus pasar ekspor China, Jepang dan beberapa negara lain. Selain itu, banyak warga yang diketahui mulai beralih menjadi petani porang.
Melihat fenomena ini, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur Hadi Sulistyo mengungkapkan bahwa pada bulan Juni hingga Agustus, sudah banyak petani yang mengeluh karena sulitnya memperoleh bibit porang.
Sehingga, Hadi kembali mengingatkan kepada para petani dan juga pengusaha agar terlebih dahulu tidak menjual benih dan bibit porang keluar Jawa Timur.
Terutama untuk benih porang Varietas Madiun 1, yang menjadi varietas pertama dan satu-satunya porang unggul di Indonesia yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pertanian.
Bahkan, bukan hanya ke luar Jawa Timur, tetapi juga tidak diekspor ke luar negeri, sesuai dengan Pergub Jatim 30/2021 tentang Pengawasan Peredaran Benih Porang di Jatim yang telah ditandatangani oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
“Porang, hanya boleh diekspor keluar Jawa Timur saat sudah panen dan telah diolah dalam bentuk tepung atau chip (keripik),” ungkap Hadi.
Terkait hal ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan terus bekerja sama dengan beberapa pabrik pengolahan porang yang ada di Madiun dan Pasuruan agar porang bisa diolah lebih banyak lagi menjadi bentuk bahan jadi. Salah satunya seperti beras Konnyaku yang terkenal memiliki daya serat tinggi, bebas lemak dan rendah kalori.
Meskipun begitu, porang tidak bisa diolah sendiri oleh petani tetapi harus diolah dengan menggunakan teknologi pabrikan, agar bisa membuat beras sehat yang bernilai ekonomis tinggi.
Hadi menyebut bahwa Gubernur Jatim akan terus mengembangkan pabrik kecil yang tersebar di tujuh belas kabupaten/kota untuk mempermudah pengolahan porang sehingga tidak dijual dalam bentuk mentah.
“Ibu Gubernur akan merencanakan membantu bagaimana pabrikan-pabrikan kecil itu berkembang melalui dana KUR atau diupayakan dengan kredit lain,” ujar Hadi.
Harga panen umbi porang yang saat ini anjlok memaksa Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur untuk melakukan sejumlah strategi.
Strategi pertama, yaitu dengan mendorong para petani porang untuk mengatur jadwal panen ataupun menunda masa panen ke panen berikutnya. Hal ini agar keuntungan yang diperoleh bisa lebih besar.
Kedua, mendorong petani untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri dengan menjual umbi porang dalam bentuk keripik yang harganya lebih stabil.
Strategi ketiga, dengan meningkatkan kemampuan para petani dalam pemanfaatan teknologi. Dan strategi yang terakhir, memberi kemudahan akses Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Sementara itu, Nur Kolis, salah satu petani porang yang ada di Desa Banjarsari Wetan, Kecamatan Dagangan mengungkapkan bahwa telah banyak petani yang memilih menjual porang dalam bentuk keripik. Hal ini disebabkan karena harganya yang relatif stabil.
Keuntungan yang menggiurkan dan juga kebutuhan modal yang terjangkau inilah yang menjadi alasan banyak warga Kabupaten Madiun yang mulai beralih untuk menanam porang. Hal ini dibuktikan melalui tren kenaikan luas lahan yang terjadi selama lima tahun terakhir.