Mediatani – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menaruh perhatian serius untuk mengembangkan budidaya mutiara asal Lombok atau yang biasa dikenal South Pearl. Belakangan ini, budidaya mutiara kelas premium ini terus memperlihatkan kemajuannya dengan berhasil menjangkau pasar luar negeri alias diekspor.
Untuk itu, Pemprov NTB terus mengupayakan agar kerang spesies Pinctada maxsima ini dengan potensi dan kekhasannya bisa menjadi lebih maju. Salah satu langkah yang dilakukan yakni dengan berusaha mendaftarkannya masuk dalam Indikasi Geografis (IG).
Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menjadi penunjuk daerah asal suatu barang dan/atau produk yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang dan/atau produk yang dihasilkan.
Tanda yang digunakan sebagai Indikasi Geografis dapat berupa etiket atau label yang ditempelkan pada barang yang diproduksi. Tanda tersebut dapat berupa nama tempat, daerah, atau wilayah, kata, gambar, huruf, atau kombinasi dari beberapa unsur tersebut.
Dilansir dari KoranNTB, Kamis, (25/2), Ketua Dekranasda NTB, Niken Saptarini Widyawati melakukan peninjauan langsung lokasi pengembangan budidaya Mutiara di Dusun Batu Putih dan Balai Pengembangan Budidaya Perairan Pantai (BPBPP), Sekotong Kabupaten Lombok Barat.
Dalam kunjungannya, ia menyemangati dan mendorong para pembudidaya mutiara tersebut untuk terus berupaya meningkatkan kualitas pengelolaan. Dia juga menjelaskan bahwa saat ini pemerintah provinsi NTB tengah berupaya untuk mendorong agar mutiara NTB bisa mendapatkan hak Indikasi Geografis.
“NTB terkenal dengan Mutiara yang memiliki kualitas yang mendunia. Untuk budidaya Mutiara juga kita sedang mengupayakan untuk mendapatkan hak Indikasi Geografis,” tutur perempuan yang akrab disapa Bunda Niken.
Niken menilai bahwa NTB memiliki laut jernih yang begitu asri dan cocok sebagai budidaya air laut, terutama untuk Pinctada maxsima yang menjadi rumah Mutiara. Untuk itu, pemerintah, perusahaan dan seluruh stakeholder terus aktif mengupayakan keberlangsungan Mutiara Lombok.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB, Yusron Hadi, menuturkan bahwa dengan adanya IG, nilai jual mutiara kerang asal Lombok dapat meningkat. Apalagi mutiara asal Lombok ini sudah memiliki brand ternama yang terkenal hingga pasar dunia.
“IG adalah salah satu instrumen yang memberikan keunikan pada suatu produk. Alhamdulillah Mutiara Lombok sudah punya brand. Jika kita punya IG berarti kita punya nilai kekhasan dan semakin punya nilai jual di pasar internasional,” ungkap Yusron.
Sementara itu, selaku Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut Lombok (BPBL Lombok) Mulyanto menjelaskan bahwa mutiara asal Lombok menjadi produk yang kelima untuk terdaftar IG setelah sayur kangkung, madu sumbawa, susu kuda liar sumbawa dan kopi tambura.
Dia mengatakan bahwa pihaknya telah mengusulkan pendaftaran IG tersebut. Penyusunan IG tersebut melibatkan banyak stakeholders seperti Kementerian Hukum dan HAM, perindustrian, kelautan dan sebagainya. Menurutnya proses penyusunannya mengalami beberapa kali perbaikan.
“Sampai saat ini kami masih menunggu. Semoga segera keluar agar memberikan kekhasan untuk Mutiara Lombok ini,” harapnya.
Di sisi lain, salah seorang perajin Mutiara sekaligus sebagai penanggung jawab kelompok usaha “Tunas Rahayu”, Muktamar, mengaku merasakan dampak sangat besar dari manfaat hasil budidaya mutiara Lombok ini.
“Budidaya mutiara yang kita kelola ini banyak diminati oleh kalangan atas. Kita sebagai masyarakat mendapat bantuan dari instansi dan dinas terkait untuk dapat mengelolanya sehingga manfaatnya sangat luar biasa, peningkatan penghasilannya juga lumayan, bisa sekolahkan anak sampai kuliah juga,” ungkap.
Muktamar juga mengungkapkan bahwa hasil budidaya mutiara lombok sudah sering dijual sampai ke luar negeri alias diekspor. Menurutnya, nilai jual mutiara Lombok ini bervariasi tergantung dari besar maupun kecilnya mutiara.
“Jika ada cacatnya bisa turun harganya jika bundar besar maka harganya bisa ratusan juta per biji,” pungkasnya.